Ingat ketika mertua nya bilang kalau Naruto bisa saja dalam bahaya? Sasuke sampai sekarang masih waspadai dan mengawasi anak-anak serta istri nya.
Walau ia bekerja ke tempat yang jauh,tapi keamanan di rumahnya sudah seperti di penjara khusus saja. 24 jam non stop penjagaan.
Ia tahu betapa kotor dirimu sertakan pekerjaan yang ia tangani, makanya ia selalu mempersiapkan diri dengan segala yang akan terjadi. Apalagi istrinya sekarang sedang hamil besar.
"Apa sebenarnya...yang mengincar anak itu?" Gumam Sasuke sambil memperhatikan foto keluarganya tepat di tepi meja kerjanya.
Ia masih berada di kantor padahal Hari sudah sangat larut, pekerjaan nya tinggal sedikit dan ia pantang membawa sisa dari kantor ke rumah.
"Permisi tuan Uchiha,ada yang ingin menemui anda."
"Suruh pergi saja,aku sibuk."
"Ini aku...Sasuke."
Dahi Sasuke berkerut. Tangannya menggenggam erat gagang telepon sementara tangan sebelah nya lagi berhenti menari di atas keyboard. Apa mau wanita ini? Pikir Sasuke geram.
"Tampak nya kau sangat bahagia ya. Punya anak yang tampan,pasangan yang sedang mengandung dan tampak sangat manis. Sayang dia bukan perempuan,hanya laki-laki hermaprodith aneh yang berhasil merebut hati mu."
"Berani menyentuh istri anak ku,kau berhadapan dengan ku."
"Ah... Bukan hanya aku pria tampan ku sayang,tapi ada banyak. Aku hanya sedang menikmati masa-masa di mana kau cemas se-cemas mungkin. Setiap detik,menit,jam,hari... Ahahaha... Hhhh... Apa kau pikir anak itu tidak bermasalah,hn?"
"Katakan apa mau mu."
"Tinggalkan dia. Maka aku akan dengan senang hati membubarkan orang-orang yang saat ini mengincar mu atau pun si pirang bodoh itu."
"Ku pikir wanita gila di dunia ini sudah masuk rumah sakit jiwa semua,atau masuk rehabilitas. Tapi ternyata lepas satu orang."
"Hahaha... Benarkah? Ya...aku gila memang,itu pun karena kau tinggalkan dan mengkhianati perasaan ku."
"Siapa suruh kau bawa perasaan permen karet sialan? Kita itu hanya sebatas rekan kerja,tidak lebih. Aku untung kau juga dapat bagiannya,urusan kau dengan hati mu itu sama sekali bukan urusan ku."
"Oh. Urusan hati ku kau tidak peduli,tapi kau lebih peduli dengan anak orang yang berhutang besar pada banyak mafia? Termasuk aku dan kau,serta...kau pasti sadar kalau dia bukan perempuan tulen. Astaga menjijikkan sekali."
"Setidaknya dia jauh lebih terhormat dibandingkan dengan perempuan tulen yang siap mengangkang di depan orang-orang asal ia mendapat keuntungan."
"Kau-"
"Berhenti menghina istri ku dan berhenti mengejar dan mengincar apa yang seharusnya tidak kau incar Sakura. Kau tahu aku orang yang seperti apa, berhenti sebelum kau tersandung batu yang kau buat sendiri."
"Mari lihat sehebat apa tuan Uchiha satu ini."
Sambungan telepon terputus. Sasuke meletakkan gagang telepon di tangannya, wajahnya menunjukkan ekspresi yang keras sekarang, giginya ber-gemeretak, rahangnya juga mengeras. Ia benci kalau keluarga nya di usik.
***
"Ugh.."
Hanae yang melihat ibunya kesulitan berjalan segera berdiri dari duduknya,membantu sang ibu agar bisa duduk di sofa kemudian lanjut dengan pekerjaan nya barusan.
"Ah... Senangnya punya 2 pria yang perhatian. Yang satu suami ku,yang satunya lagi anak ku."
Hanae menoleh dan tersenyum riang pada Naruto,ia tengah menggambar entah apa di buku gambar nya. Anak itu sangat suka dengan seni apalagi itu berbau lukisan dan sejenisnya. Naruto tidak mengerti tapi ia rasa ada sedikit yang aneh,Hanae keturunannya kan? Pasalnya ia suka dengan hal kesehatan, sementara Sasuke suka baca buku, kenapa anaknya justru suka menggambar?

KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Blood.
FanficHidup itu...Hanya sebentar. Dan sudah pasti,tidak ada guna nya... Dan... Nilainya. karena hidup itu,murah.