Naruto mengintip dari balik pintu,melihat sosok pria yang sedang asik mengetik di laptop hanya menggunakan sebelah tangan.
Naruto jadi merasa bersalah,karena dirinya Sasuke sampai harus terluka parah begitu. Setelah kejadian seminggu yang lalu Naruto langsung merawat Sasuke dan mengeluarkan peluru yang bersarang di bahu kiri nya.
Andai Sasuke waktu itu tidak memberikan blazer nya pada Naruto mungkin ia tidak harus menerima timah panas bahu nya,walau kenyataan nya Sasuke masih memakai rompi anti peluru Tetap saja masih tembus, untung nya tidak sampai merusak areal tulang.
Jadilah pria itu bekerja di rumah menggunakan arm Sling di bagian kiri, kepala nya masih di pasangi perban begitu juga dengan wajahnya.
"Masuk,jangan berdiri terus di situ."
Bahu Naruto sedikit naik ketika ketahuan dan tertangkap basah sedang mengintip,ia pun mulai melangkah masuk dengan sifat malu-malu.
"Ba-bagaimana keadaan mu?"
Sasuke melirik kemudian kembali fokus pada pekerjaan nya,data kali ini sangat penting dan harus segera ia kirim pada sekretaris nya di kantor.
"Lumayan,kemari dan duduk."
Naruto tidak melihat ada kursi lebih,lalu ia harus duduk di mana? Melihat Naruto yang masih diam mematung Sasuke segera menarik tangan Naruto, membiarkan nya duduk di pangkuan nya.
"Lebih baik."
"Eh tapi...perut mu kan luka nya masih basah,kalau luka nya terbuka lagi bagaimana?"
"Tidak apa-apa."
Tangan Sasuke kembali menari di atas keyboard dengan lincah,Naruto hanya memperhatikan tidak berani membuat pergerakan lebih yang berpotensi membuat luka Sasuke kembali membuka.
"Tidak usah tegang begitu,santai saja. Kau baru saja mandi kah?"
"Eh...uhm... i-iya."
"Bau mu enak."
Sesekali Sasuke mendekatkan hidungnya ke telinga Naruto yang tertutupi rambut, menghirup bau nya kemudian kembali bekerja. Dan itu membuat Naruto sangat gugup dan malu.
"Hey..."
"Uhmm...iya?"
"Kapan kita mulai?"
"Huh?"
Tangan Sasuke berhenti mengetik setelah mengklik kata 'send' di laptop nya,kemudian beralih memegang perut Naruto.
"Kapan aku bisa melihat perut mungil ini mengembang,dan di dalamnya ada...putra atau putri ku."
Wajah Naruto semakin memanas dan memerah. Bahasa Sasuke ini sungguh tidak baik untuk di cerna.
"Kau bilang kau bisa hamil,saat ku sentuh kau selalu terkesan menghindar. Aku tidak mau memaksakan kehendak,karena aku tahu kau jenis orang yang bagaimana."
"Maksud mu?"
"Tidak bisa di bentak dan cengeng. Kalau aku memaksakan kehendak ku yang ada kau akan menjadi takut pada ku,iya kan?"
Naruto menoleh ke belakang melihat Sasuke yang juga menatap nya,memang benar. Sekali ia di bentak maka air Matanya akan langsung menggenang.
"Jadi aku menunggu,kapan kau bersedia membuka diri dan tidak menolak ku lagi."
Satu kecupan Sasuke layangkan tepat di pelipis Naruto,lambat laun seiring waktu berjalan perasaannya mulai tumbuh untuk Naruto. Ia yang tidak pernah tersenyum tulus kini mudah tersenyum hanya untuk bocah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Blood.
FanfictionHidup itu...Hanya sebentar. Dan sudah pasti,tidak ada guna nya... Dan... Nilainya. karena hidup itu,murah.