Chapter 4

2.7K 176 1
                                    

Aku beruntung mempunyai kesempatan ini untuk mengajar kamu.

***

25 menit

45 menit

1 jam

Sudah 1 jam lamanya Zahra menunggu Kevin dan tak tak kunjung datang juga. Ia mulai kesal, jangan-jangan pria itu sudah pulang dan sekarang lagi tidur enak di kamarnya. Sedangkan Zahra takut, gelisah dan sendirian di sekolah yang sepi ini.

"Okay gue tunggu 5 menit lagi demi my prince" gumam Zahra sembari duduk di salah satu bangku paling depan.

Terdengar derap langkah kaki orang, membuat Zahra tersenyum. Karena ia yakin kalau itu adalah Kevin, pangeran ngaretnya.

"Huh huh sorry gu-gue telat" ucap Kevin terbata-bata dengan nafas yang tersenggal-senggal. Zahra berdiri dari duduknya lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

Zahra melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.

"Lo telat 1 jam 2 menit Mr.Ngaret! Dan gue bakal bilang ke Bu Dita kalo lo gak ada niat sama sekali buat belajar!" ucap Zahra penuh penekanan, dengan raut wajah benar-benar seperti orang kesal. Bukan seperti orang kesal tapi benar - benar kesal. Bagaimana pun juga ia boleh kesal menunggu Kevin seorang diri di kelas yang sepi dan menyeramkan seperti ini.

"Yang penting kan gue udah datang, ayo cepat belajarnya dan please jangan bilang ke Bu Dita. Bisa-bisa gue bakal mati" mohon Kevin, ia mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

"Emang gue peduli"

"Lo tega sama gue kalau gue sampai mati?" Tanya Kevin.

'Gak tega sih' ucap Zahra membatin.

"Please ya ya ya".

Zahra membuang nafas beratnya "Okay gue gak bakal bilang tapi dengan satu syarat" Zahra mengangkat sebelah alisnya menunggu persetujuan Kevin, si pangeran ngaretnya itu.

"Apa?"

"Ajarin gue main basket" sepertinya Zahra tidak mau membuang - buang kesempatannya lagi, kapan lagi ia bisa diajari main basket sama cowok idamannya. Kalau bukan sekarang.

"What? Apa-apaan lo? Gak gak gak gue kagak mau!" Kevin mengibas-ngibaskan tangannya dan menolak mentah-mentah syarat yang Zahra ajukan.

"Yaudah kalo gak mau, tinggal gue bilang ke Bu Dita apa susahnya juga. Lagian nih ya, lo buang-buang waktu gue aja. Andai gue gak nunggu lo pasti sekarang gue lagi tidur di kamar" okay kali ini Zahra benar-benar berbohong, karena menunggu Kevin tidak sama sekali membuang waktunya. Melainkan sebaliknya waktu yang berharga buatnya.

"Lo ngancam gue?"

"Siapa yang ngancam, tinggal bilang 'ya' aja susah banget"

"Okay gue mau ngajarin lo, PUAS!" mau tidak mau Kevin harus menerima persyaratan itu, mengajari Zahra bermain basket. Zahra sudah berteriak histeris dalam hatinya, hanya dalam hati karena wajahnya kini masih seperti orang kesal. Akting yang bagus bukan?

* * *

"Okay sekarang kita mulai pelajarannya, yang tidak mengerti pelajaran apa?" tanya Zahra pada Kevin, sedangkan yang di tanya hanya mengangkat kedua bahunya.

Yapss kini Zahra dan Kevin sudah berada di kelas Zahra memulai belajar bersamanya. Setelah kemarin sempat tertunda karena keterlambatan Kevin, tapi kali ini pria itu tepat waktu. Ketika bell pulang sekolah berdering nyaring ia langsung menghampiri kelas Zahra.

"Semua" ucap Kevin datar "What? Se..." belum sempat Zahra melanjutkan kata-katanya dengan cepat Kevin memotongnya.

"Kenapa? Lo keberatan ngajarin gue?" tanya Kevin datar tapi sangat mengerikan buat Zahra.

"Oh eng-enggak" gugup Zahra "A-hmm huh tarik nafas buang, tarik-buang ok ok" Zahra mencoba menghilangkan rasa gugupnya dengan menarik nafasnya lalu membuangnya. Sedangkan Kevin hanya menatap aneh gadis itu.

"Woy! Cepat gue gak banyak waktu nih"

"Iya kita mulai dari pelajaran Matematika" Zahra mulai berkonsentrasi penuh, mulai menjelaskan pelajaran yang Kevin kurang ia mengerti. Dari cara menggunakan rumus, rumus apa yang di gunakan untuk materi ini, menjabarkannya dan masih banyak lagi. Ia benar-benar sudah seperti seorang guru yang mengajari muridnya, karena ia tidak mau mengecewakan Bu Dita yang sudah mempercayainya.

TBC

EDITING 07,JUNI 2016

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang