Chapter 14

2.8K 152 8
                                    

Jangan menertawakan di atas penderitaan orang.

***

"Baik-baik di sekolah, jangan nakal-nakal, yang rajin belajarnya, kalo ada apa-apa cepat hubungi Abang, jangan lupa makan, entar kalo udah pulang tunggu Abang OK" Selalu seperti itu, Bang Zelka selalu memberinya nasehat-nasehat yang sebenarnya tidak perlu di ucapkan lagi. Tanpa Zelka mengingatkannya sebenarnya Zahra sudah mengetahuinya. Begitulah Abangnya yang terlalu over protektif ke adik-adiknya.

Bukan cuma Zahra  yang selalu di nasehati seperti itu, Revo pun sama. Tapi kevin dan Zahra selalu berbeda menanggapi perkataan  Zelka. Jika Zahra cuma diam mendengarkannya, walau ia sudah bosan mendengarnya. Sedangkan Revo langsung memotong pembicaraan  Zelka dengan kalimat yang selalu ia ucapkan.

"Iya Bang nggak usah di lanjutin lagi, Revo udah tau bahkan udah hapal semua itu. Revo udah gede bang bukan anak kecil lagi" setelah mengucapkan itu Revo langsung pamit meninggalkan Zelka.

"Yaudah gih masuk" suruh Zelka mendorong pelan punggung , Belum sempat Zahra melangkah Zelka menyerukan namanya. Ia memutar tubuhnya sambari menautkan sebelah alisnya. Zelka mendekati Zahra lalu mengecup singkat bibir Zahra .

Zahra menepuk jidatnya sambil cengengesan karena lupa. Jika Zahra hanya cengengesan saat Zelka menciumnya, beda halnya dengan beberapa siswa siswi yang lalulalang di gerbang sekolah. Mereka kaget, bahkan mulutnya menganga sempurna. Ada yang mencibir dan ada juga yang menatap mereka iri, dan yang lebih parahnya ada yang...

Brukk

"Aduhh.." Zelka berlari menuju siswa yang sukses menabrak gerbang sekolah yang keras itu. Sangking kagetnya ia melihat adegan itu ia berjalan tanpa fokus ke jalannya tapi fokus ke alwan dan Zahra.

Si siswi duduk di tanah dengan tangan kanannya yang sibuk mengelus kepalanya yang terus nyut-nyutan. Zelka membantu ia berdiri.

"Kamu nggak papa?" tanya Zelka khawatir, melihat gadis itu dari bawah sampai atas. Siapa tau ada yang lecet gitu sih gadia hanya menggeleng lalu tersenyum kikuk.

"Makasih"ucapnya gugup, Zelka mengangguk ramah.

"Lain kali hati-hati" sih gadis mengangguk lalu pamit meninggalkan Zelka. Baru beberapa langkah, alwan menyerukannya lagi "jangan menunduk, awas di depan ada tembok" sontak sih gadis berhenti lalu mendongakkan kepalanya. Sial, ia di kerjai. Sih gadis menatap Zelka kesal.

 Zahra yang melihatnya sudah ingin tertawa, tapi ia tahan karna Zelka  menggelengkan kepalanya. Seolah mengatakan 'tidak baik menertawakan orang yang lagi dapat musibah'. Tapi sekuat apapun ia menahan tawanya tetap saja harus di keluarkan 'menahan tawa itu tidak baik' begitu katanya.

"Hahaha astagaa Bang liat nggak ekspresinya tadi, lucu parah hahahaha" Zahra memegang perutnya yang terasa sakit karna terlalu lama menahan tawanya.

"Udah sana, titip salam buat temannya. Bilangin kalau jalan hati-hati" ucap Bang Zelka.

"Haha, siap bang hati-hati yaa" Zelka mengangguk lalu meninggalkan sekolahan.

Sepanjang koridor menuju kelasnya, senyum di bibirnya tidak pernah pudar. Selain karena kejadian di gerbang tadi, banyak anak-anak lain yang menyapanya dan bahkan hanya senyum ke arahnya. Zahra hanya membalas semuanya dengan senyuman ramahnya.

Zahra mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, melihat apakah Angel sudah datang atau tidak. Ternyata sudah datang karna tasnya sudah ada di atas mejanya, sedangkan orangnya entah kemana.

"Bi angel kemana?" tanya Zahra ke temannya yang duduk di sebelah mejanya.

"Please deh jangan panggil gue 'Bi', emang gue pembantu lo gitu" sewot orang yang di panggil 'bi' oleh Zahra itu. Zahra memutar bola matanya kesal, hanya salah sebut nama saja dia sewot minta ampun.

"Lo kan Brother Idiot gue"

"Idiot Brother kali"

"Hahaha sama aja"

"Yaa yaa yaa"

"Ckk, halo Satya yang gantengnya melebihi pangeran William. Lo liat Angel nggak?" ulang Zahra dan setiap katanya penuh penakan. Satya tersenyum manis, lebih tepatnya di manis-maniskan. Membuat Zahra jijik melihatnya.

"Ohh Angel, hmm gue nggak tau" jawab Satya cepat lalu memalingkan wajahnya dari Zahra. Zahra mengepalkan tangannya dan siap untuk menonjok mulut Satya dengan kerasnya.

Sungguh ia sangat kesal dengan pria yang satu ini, sudah di bela-belain mengatakan Satya gantengnya melebihi pangeran william demi mengetahui keberadaan Angel. Tapi apa? Pria songong itu malah tidak mengetahuinya.

"Awww.." Satya meringis kesakitan, ia membalikkan badannya dan melihat tatapan sangar Zahra. Dengan suksesnya Zahra menjambak rambut Satya yang sudah tertata rapi itu. Satya semakin meringis, karna Zahra menarik rambutnya.

"Aduhh Ra lo kenapa sih, seneng banget dah jambak rambut gue. Lama-lama rontok nih, lepasin nggakk?" Satya melototkan matanya ke Zahra berharap gadis itu takut dan melepas jambakannya. Bukannya takut Zahra membalas pelototan mata Satya, dan akhirnya mereka saling melotot satu sama laen. Dengan tangan Zahra yang masih menjambak rambut Satya.

Teman-teman mereka yang ada di kelas hanya tertawa geli melihat kelakuan anehh bin nyata Zahra dan Satya. Sudah tidak asing lagi bagi mereka jika Zahra dan Satya seperti ini. Bahkan pernah lebih parah dari sekedar saling melotot, Satya menggendong Zahra seperti mengangkat karung beras dan berjalan santai di koridor. Hingga semua yang melihatnya tertawa berbahak-bahak. Jujur waktu itu Zahra sangat malu, bahkan satu minggu ia tidak berani keluar kelas karna malu.

Pukk

Zahra merasakan tangan hinggap di pundaknya, tapi ia tidak memperdulikan karna pasti Angel yang melakukannya. Zahra dan Satya masih saja melotot tidak ada yang mau kalah.

"Ehemm" dehem seseorang.

"Apa sih ngel nanggung nih, please deh jangan ganggu" kesal Zahra yang Mengira kalau Angel lah yang berdehem itu.

Puy itu nama sebutan Zahra ke sahabatnya Angel.

"Sampai kapan kalian adu mata seperti itu?"

"Sampai gue menang dan Satya kalah" jawab  Zahra enteng.

"Dan mohon jangan ganggu, karna sampai gue kalah lo bakal tau akibatnya" lanjut Zahra.

"Anak-anak inilah contoh orang yang ti...

••••

Vomenntnya hargain.

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang