Chapter 22

4.8K 170 12
                                    

Jika hatinya masih mencintai dan mengagumi seorang, maka pikiran dan tubuhnya menolak keras hal itu. Ia tidak mencintai dia lagi, ia membencinya dan tidak mengharapkan dia.

***

Setelah memanggil Kevin dan segera menyuruhnya untuk menemui Bu Dita. Zahra langsung pergi tanpa bicara satu kata pun keKevin.

Zahra berhenti tepat di depan kelasnya, kelasnya di tutup. Tentu saja karena di dalam sedang berlangsung proses belajar mengajar. Hanya terdengar suara Bu Dessy yang menggema di kelas. Yup, Bu Dessy. Guru matematika sekaligus guru yang pernah menghukumnya dan Satya. Zahra masih ingat jelas tentang hal itu, dan ia juga masih kesal dengan guru itu.

* *

"iya Bu saya permisi" Kevin keluar dari ruangan Bu Dita dengan ekspresi yang sulit di artikan. Harusnya ia senang dengan kabar yang Bu Dita sampaikan, karena Zahra sudah mengundurkan diri tidak mau jadi tutornya lagi. Dan itu artinya Kevin sudah bebas, ia bebas kemana saja setelah pulang sekolah. Ia bebas bermain dengan teman-temannya, ia bebas mengantar dan berduaan dengan Angel tanpa harus buru-buru karena harus kembali ke sekolah.

Kevin tersenyum tipis, lalu melangkahkan kakinya untuk memesan makan. Setelah memesan makanan, kini Kevin berjalan ke arah meja yang di tempati Zahra dan duduk tepat di bangku di hadapan Zahra.

Zahra mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang duduk di depannya lalu kembali menyantap makanannya. Zahra maupun Kevin sama-sama menikmati makanannya dalam diam. Zahra memakan baksonya dengan santainya dan sesekali fokus ke ponsel yang ia genggam. Ia hanya fokus dengan 2 benda yang ada di hadapannya, ponsel dan bakso. Ia sama sekali tidak menganggap Kevin ada di hadapannya.

Kevin menggeser mangkok baksonya yang sudah kosong dari hadapannya lalu menyeruput jus alpukatnya rampai kandas. Ya, Kevin sudah selesai makan. Cepat memang karena ia benar-benar kelaparan. Sedangkan Zahra, gadis itu belum selesai bahkan masih ada setengah lagi. Entah gadis itu kalau makan lama seperti itu, atau karena ia melakukan 2 aktivitas sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

Zahra memakan baksonya lalu memainkan ponselnya, kegiatan itulah yang Zahra lakukan berulang-ulang. Membuat Kevin geram, tidak bisakah gadis itu menghabiskan makanannya dulu lalu memainkan ponselnya?

"habisin dulu makanannya baru lanjut maen ponselnya lagi, gak baik makan sambil maen ponsel" Zahra hanya diam tanpa ada niat untuk menjawab.

Meskipun Zahra diam, ia menuruti perkataan Kevin. Ia memasukkan ponselnya lalu benar-benar fokus ke makanannya. Setelah selesai makan ia bergegas pergi, meninggalkan Kevin yang masih duduk manis di bangku kantin.

"Hayra" panggil Kevin sekali lagi dan lagi-lagi Zahra diam "Hayra gue bicara sama lo bukan sama tembok, jawab ke" Zahra menghentikan langkahnya, ia menatap Kevin tajam. Seolah mengatakan 'jangan ikuti dan ganggu gue' setelah itu ia melanjutkan langkahnya.

Bukan Kevin namanya jika hanya di tatap seperti itu sudah takut. Malah ia akan semakin gigih untuk mengejar targetnya. Kevin berlari mengejar Zahra yang kini berjalan ke taman sekolah. Kevin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman untuk mencari keberadaan Zahra.

Tak butuh waktu lama untuk mencari gadis itu, karena tepat di bawah pohon yang cukup rindang itu tempat favorite Zahra . Ya Kevin tau itu, karena ia sering melihat Zahra dan Satya duduk disana. Tempatnya memang agak di pojok taman tapi sangat cocok untuk menyendiri ataupun mengerjakan hal lain.

"lagi ada masalah?" tanya Kevin tiba-tiba, sontak membuat Zahra kaget. Tanpa harus melihat siapa yang bicara, Zahra sudah tau kalau pemilik suara itu adalah Kevin. Dan ia tidak peduli, meskipun di dalam sana jantungnya sudah berdebar tidak menentu.

Jujur di dalam hatinya yang paling dalam, Zahra senang berduaan seperti ini dengan Kevin. Tapi pikiran dan tubuhnya tidak sejalan dengan hatinya. Jika hatinya masih mencintai dan mengagumi seorang Kevin, maka pikiran dan tubuhnya menolak keras hal itu. Ia tidak mencintai Kevin lagi, ia membencinya dan tidak mengharapkan Kevin dan lagi-lagi hatinya menjerit membantah semua itu, ia masih mencintai Kevin meskipun pria itu telah menyakitinya.

* * *

Hari demi hari berlalu, keadaan Zahra tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Jika ia sedang sendiri, maka ia hanya menghabiskan waktunya hanya untuk melamun dan melamun. Tapi beda halnya jika ia sedang berkumpul dengan keluarganya, ia akan bersikap seperti biasa. Banyak bicara, humoris dan tampak sangat bahagia. Hingga tidak ada yang menyadari kesedihan yang tengah dialaminya.

FlashBack on

Bell istirahat berdering dengan kencangnya, Zahra berdiri dari duduknya sembari membersihkan roknya yang kotor karena duduk di bawah pohon bersama Kevin. Hanya duduk, tidak mengobrol sama sekali. Meskipun Kevin selalu mencoba mengajaknya mengobrol, ia hanya diam tidak ada niat sama sekali mengobrol dengan pria itu.

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang