Benci, aku sangat membenci dia. Tapi rindu yang datang terus berulang membuat aku jadi serba salah. Aku dilema, aku tidak tau hati siapa yang akan menang melawan semua kemungkinan yang akan terjadi di hari esok.
***
"2 bulan lagi kita akan pindah ke Amerika" Hery to the point.Kevin menelan ludahnya, seperti ada sebuah alarm peringatan kalau hal penting itu sebuah bencana baginya. Hery membenarkan posisi duduknya menjadi tegap.
Inilah Hery yang tidak suka berbasa-basi, sesakit apapun yang ingin ia sampaikan akan langsung ia ucapkan langsung tanpa memilah-milih kata agar tidak terdengar menyakitkan.
Kevin menatap ayahnya serius, seolah bertanya 'Ayah pasti bohong kan?' Tidak usah di tanyakan lagi, pasti semua itu benar.
"Kenapa harus pindah yah, terus sekolah Kevin gimana?"
"Gak lama lagi kan kamu udah kenaikan kelas, jadi kelas XII nya di lanjutkan di Amerika. Masalah kita harus pindah, ayah di pindah tugaskan ke cabang perusahaan kita disana. Dan mungkin ayah akan menetap ditugaskan disana, jadi lebih baik kita semua pindah saja" jelas Hery panjang lebar.
Kevin membulatkan matanya. Pindah? 2 bulan lagi? Tidak! Kevin menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau pindah sebelum ia menebus semua kesalahannya KeZahra. 2 bulan lagi itu tidak lama, apa biasa ia menebus semuanya dalam waktu sesingkat itu? Mungkin Kevin bisa, tapi masalahnya apakah Zahra mau memaafkannya?
Kevin mengusap wajahnya dengan kasar, kenapa semua jadi serumit ini. Apa ia tidak usah ikut saja ke Amerika? Kalau ia tidak ikut, lalu dengan siapa ia disini?
"Vin" panggil Rike yang melihat kemurungan Kevin "Ada apa?" lanjut Rike meyakinkan kalau Kevin baik-baik saja.Kevin menatap Ayah dan bundanya dengan wajah sendunya "Yah, Bun, Kevin gak usah ikut ya. Kevin tinggal disini aja" mohon Kevin, siapa tau ayah dan bundanya mengijinkannya.
"Tidak, sekali ikut tetap ikut. Tidak ada penolakan!!" tegas Hery lantang. Harusnya Kevin tidak usah bertanya dari awal, tanpa ditanya pun pasti Hery tidak akan mengijinkannya. Inilah Hery, semua yang ia perintahkan harus di turuti dan tidak bisa di bantah sekalipun oleh istrinya, Rike.
Rike mengusap lembut punggung Kevin, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk saat ini. Kalaupun ia bicara pasti keputusannya tidak bisa di ganggu gugat. 'sekali ikut tetap ikut'.
* *
Kevin menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. '2 bulan lagi' kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepalanya. 2 bulan lagi ia akan pindah, dan itu artinya ia tidak bisa bertemu Zahra lagi. Meninggalkan cinta yang tidak bisa ia miliki itu.Waktu terus berjalan begitu cepat, hari ini tepat hari ke 7 Kevin berusaha untuk meminta maaf keKevin. 7 hari, hari demi hari Kevin lalui hanya untuk minta maaf dan minta maaf.
Melelahkan memang, tapi itu tidak di masalahkan lagi oleh Kevin. Lelah yang ia rasakan selama 7 hari ini, belum sebanding dengan lelah dan sakit hati yang Zahra rasakan.
Penolakan, tatapan tajam dan bentakan dari Zahra sudah jadi makanannya beberapa hari belakangan ini. Meskipun begitu Kevin tetap kekeh agar Kevin memaafkannya. Bukan cuma bentakan dari Kevin yang dapat, tapi dari Satya dan Nico juga. Jika Kevin ingin bertemu dengan Zahra maka ia harus melewati serangan dari Satya dan Nico terlebih dahulu.Bukan serangan yang seperti kalian bayangkan, seperti tonjokan, pukulan, tendangan ataupun sejenisnya. Bukan seperti itu. Tapi serangan seperti cacian, hinaan dan pandangan jijik dari keduanya. Bahkan itu lebih sakit di banding pukulan.
Lebih baik ia di pukul saja dari pada di telinganya selalu mendengar kata-kata yang menyayat hati itu.
Seperti biasa lagi, Zahra berjalan ke arah pojok taman ke arah pohon yang sering Zahra tempati. Kevin mengikuti Zahra dengan sembunyi-sembunyi, agar Zahra tidak mengetahui kedatangannya.
Zahra sudah duduk di tempat ia biasa, dan begitu pun Kevin yang duduk di balik pohon yang sama dengan Kevin.
Kevin dan Zahra hanya terpisahkan pohon, di waktu yang sama namun tempat yang berbeda. Keduanya sama-sama menyandarkan tubuhnya ke pohon, tanpa mereka sadar keduanya sama-sama memejamkan mata. Sama-sama menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan.
'Melawan tapi sakitnya tak tertahan mengelak tapi hatiku tak menolak benci dan rinduku terus berulang siapakah yang menang ku tak tau
Kau benarkah tercipta untukku selesaikan semua penantianku kesepianku misteri hidupku
Menerima tapi masih ada curiga mencinta tapi takut hati terluka benci dan rinduku terus berulang siapakah yang menang ku tak tau
Kau benarkah tercipta untukku selesaikan semua penantianku kesepianku misteri hidupku misteri hidupku'Zahra Mengakhiri lagunya dengan perasaan yang gundah gulana. Lagu itu seolah menggambarkan apa yang ia rasakan sekarang.
Mengelak, ia mencoba menghindar dan menjauh dari Satya. Hanya ingin membuat hatinya lebih sakit. Tapi hatinya menolak semua itu, ia ingin mendekat dan selalu bersama Satya.
Benci, ia sangat membenci Kevin. Tapi rindu yang datang terus berulang membuat ia jadi serba salah. Ia dilema, ia tidak tau hati siapa yang akan menang melawan semua kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di hari esok.
Kevin, ia mendengar jelas nyanyian yang Zahra menyanyikan. Entah kenapa ia merasa lagu itu untuknya, dan dari lagu itu Kevintau isi hati Zahra saat ini. Kevin bangkit dari duduknya, ini saatnya ia harus menjelaskan semuanya.
“Hayra" panggil Kevin dengan lembut, Zahra yang merasa namanya di panggil mendongak. Ia menatap Kevin dengan tatapan mengintimidasi.
"kenapa sih lo selalu ngikutin gue, kurang kerjaan banget" jawab Zahra dengan ketusnya. Mungkin ini sudah ke 1000 kalinya ia mengatakan hal yang sama ke Kevin. Bukannya kapok atas yang Zahra lakukan kepadanya, itu malah membuat Kevin semakin ngencar untuk mengejarnya.
Kevin tersenyum manis, seolah yang dikatakan Zahra itu sebuah kata-kata manis yang membuat ia senang. Zahra memutar bola matanya jengah, harusnya ia sudah tau. Apapun yang ia katakan tidak akan berpengaruh ke pria itu.
EDITING 24 DESEMBER 2016

KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince [COMPLETED]
Fiksi RemajaMy prince seorang yang aku kagumi, dia ketua tim basket di sekolah ini. Wajah tampan, sifat cuek dan dengan gaya yang terkesan cool. Hanya wanita bodoh saja yang nggak suka dengan Kevin, Tapi.. Masih ada tapinya, otaknya cuma separo alias sedikit. S...