Chapter 5

2.8K 186 6
                                    

Aku bahagia bersamamu.

***

"Iya kita mulai dari pelajaran Matematika" Zahra mulai berkonsentrasi penuh, mulai menjelaskan pelajaran yang Kevin kurang ia mengerti. Dari cara menggunakan rumus, rumus apa yang di gunakan untuk materi ini, menjabarkannya dan masih banyak lagi. Ia benar-benar sudah seperti seorang guru yang mengajari muridnya, karena ia tidak mau mengecewakan Bu Dita yang sudah mempercayainya.

Hampir 2 jam lamanya Zahra mengajari Kevin, setelah ia menjelaskan satu materi dan Kevin mengerti maka ia memberi contoh soal untuk Kevin kerjakan sendiri. Tidak mudah memang mengajari seorang Kevin, ia harus extra sabar menghadapi Kevin yang seperti anak SD itu.

* * *

Setelah semua selesai Kevin meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal, Zahra yang melihatnya hanya bisa menganga.

"Heh ngapain lo liatin gue kayak gitu" tanya Kevin tiba-tiba, membuat Zahra terlonjak kaget.

"Eh kagak" cicit Zahra.

"Yaudah yuk"

"Kemana?" Tanya Zahra.

"Lapangan basket lah"

"Ngapain?"

"Lo lupa?"

"Iya, eh enggak maksud gue"

'Cewek aneh' batin Kevin bergegas meninggalkan kelas dan diikuti Zahra dari belakang.

* * *

Kini Kevin dan Zahra sudah berada di tengah lapangan. Kevin sudah mengganti seragam sekolahnya dengan baju basket yang biasa ia pakai waktu latihan, sedangkan Zahra masih memakai seragam lengkap karena ia tidak membawa baju ganti.

"Besok kalau mau latihan, jangan pakai baju ini. Bawa baju ganti" ucap Kevin.

"Iy-iya" gugup Zahra.

"Lo kan masih pemula jadi pertama - tama berlatih dribble. Dribble menggunakan tangan kanan dan kiri, pertama tangan kanan dulu kayak gini" Kevin memperaktekkan mendribble menggunakan tangan kanan, dan Zahra memperhatikannya dengan seksama.

"Setelah mahir menggunakan tangan kanan, di lanjut menggunakan tangan kiri. Setelah mahir keduanya lo bisa menggabungkannya menjadi satu, kayak gini" jelas Kevin dan dilanjutkan dengan memperaktekkan mendribble menggunakan tangan kiri lalu menggabungkan keduanya.

"Sekarang ayo coba" Zahra mengangguk mengerti lalu mendribble bola dengan tangan kanannya seperti instruksi yang Kevin contohkan kepadanya. Tidak terlalu sulit, karena sebelumnya ia sudah pernah melakukannya.

Suara pantulan bola begitu menggema di lapangan basket itu, sedari tadi Zahra masih berlatih mendribble menggunakan tangan kanan dan kiri.

Seperti sebelumnya ia hanya mahir mendribble dengan tangan kanan, sedangkan dengan tangan kiri masih kurang. Mungkin belum terbiasa.

Meskipun begitu ia masih mencoba, Kevin yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala, entah apa yang ia pikirkan.

"Tangannya jangan kaku gitu, relax aja kayak tangan kanan tadi" tegur Kevin yang melihat betapa kakunya tangan kiri Zahra ketika mendribble. Sudah berapa kali mencoba tetap hasilnya sama, tangan Zahra hanya sanggup sekali mendribble bolanya.

"Kayak gini" Kevin mengambil bola yang di tangan Zahra dan memperaktekannya. "Mudah kan?" lanjutnya lagi dan memberi bola ke Zahra lagi.

Zahra merenggangkan kelima jarinya, mencoba merilekskannya agar tidak kaku. Dan hasilnya tetap sama, ia tidak bisa. "Huh gue gak bisa" lirih Zahra terdengar putus asa.

Kevin berdecak lidah "Gini" Kevin pergi ke belakang Zahra dan memegang tangan kiri Zahra dari belakang, sontak membuat Zahra kaget.

Deg.. Deg.. Deg..

Degup jantung Zahra berpacu dengan kencang, seolah dilajukan dengan kecepatan tinggi. Inilah yang ia rasakan setiap kali berdekatan dengan Kevin. Jantungnya meloncat-loncat kegirangan, mengikuti desiran darahnya yang mengalir di seluruh tubuhnya.

"Fokus Hayra, tangannya gini gak usah terlalu tegang atau kaku gitu"

"Hayra?" gumam Zahra nyaris seperti desisan, tapi masih bisa di dengar jelas oleh Kevin.

"Iya Hayra, nama lo kan Zahra Hayra Alexander. Jadi panggilnya Hayra aja, biar gak ribet. Gak papa kan?" jelas Kevin, memang benar Hayra lebih simple dan mudah di ingat.

Zahra hanya mengangguk pertanda setuju, tidak masalah Kevin memanggilnya dengan sebutan apa. Itu sama sekali bukan masalah besar baginya.

"Nah gini, sekarang ambil bolanya terus dribble. Tangan gue bakal bantu lo cara lakuinnya. Anggep aja tangan gue gak ada di atas tangan lo" sambung Kevin.

'Gak anggep gimana, tangan gue udah keringat dingin kayak gini' jerit Zahra dalam hatinya.

Zahra mulai memantul-mantulkan bolanya, dan tentu saja di bantu Kevin dari belakang. Seperti koala dan pohon, Kevin begitu lengket ke punggung Zahra. Kevin sudah seperti memeluk Zahra dari belakang, sadar atau tidak dengan posisi mereka yang begitu intim keduanya sama-sama menikmatinya.

Tbc
Editing 06 oktober 2016

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang