Jadi, untuk apa kamu melakukan ini semua? kalo kamu tidak menyukaiku.
***
"Maafin Zahra bang" gumamnya merasa bersalah ke Zelka. Ini pertama kalinya ia berbohong ke Zelka. Apapun masalah yang di alaminya, kecip besarnya ia selalu menceritakannya ke Zelka. Tapi masalah yang ini berbeda.
Zahra memeluk erat kedua lututnya, ia menggelamkan wajahnya disana. Ia memejamkan matanya, mengingat-ingat kejadian beberapa hari belakangan ini.
Dimana ia selalu menunggu Kevin sendirian di kelas hingga 45 menit lamanya. Ketika Zahra menyanyakan alasan keterlambatannya, pria itu selalu menjawab dengan jawaban yang sama.
"Sorry gue telat, gue ada urusan penting tadi" selalu itu, bahkan Zahra sudah bosen mendengarnya dan menganggap kalau Kevin terlambat memang karena ada urusan penting yang tidak bisa di tunda. Ya Zahra mencoba paham.
Sekarang semuanya sudah jelas. Alasan penting pria itu adalah 'Angel' Kevin mengantar Angel pulang terlebih dulu lalu kembali lagi ke sekolah. Zahra memegang dadanya tapat di hatinya
'Sakit' cuma 5 huruf dan satu kata. Tapi sudah memporak-porandakkan hatinya. Zahra masih setia dengan posisinya, ia enggan untuk bangkit dari duduknya.
Bell pulang sekolah sudah bedering dari tadi, Zahra yakin kalau kiki sudah mencari-carinya. Setelah merasa sekolah sudah sepi, Zahra mencoba bangkit dari duduknya. Ia mengancing kembali seragamnya, merapikan rambutnya, menghapus sisa air mata di pipinya, lalu membersihkan tanah yang menempel di roknya. Sungguh penampilannya benar-benar berantakan.
Zahra berjalan dengan lunglainya, kepalanya menunduk sedari tadi. Ia mndengar derap langkah kaki, ua mendongakkan kepalanya dan melihat kiki yang berdiri tepat di depannya. Satya menatap Zahra tajam, tapi jelas di manik matanya ada ke khawatiran disana. Nafas Satya memburu, karena berlaru kesana kesini mencari Zahra.
Zahra menundukkan kepalanya, ia tidak berani menatap kiku karna sudah membohonginya. Satya memegang dagu Zahra lalu mengangkatnya ke atas agar gadis itu melihatnya. Satya melihat Zahra dari atas sampai kembali lagi ke wajah Zahra.
"Lo dari mana?" tanya Satya dingin.
"Kenapa lo berantakan banget, mata sembab habis nangis? Bibir berdarah, leher merah, lo dari mana dan habis ngapain? Hmm?" lanjut Satya yang selalu menyerang Zahra dengan pertanyaan bertubi-tubi. Satya meringis melihat Zahra .
"Tadi bang Zelka telfon gua, dia bilang kita ada pelajaran tambahan dan dia nyuruh gue buat anter lo pulang. Belajar boong dari mana lo?"Tanta Satya.
Zahra menundukkan kepalanya dalam-dalam, kedua bahunya. Bergetar hebat. Dia menangis.
Satya memegang kedua bahu Zahra"Ra.. jawab gue, sebenarnya lo habis ngapain sampai lo bohongin gue dan Bang Zelka, selama ini lo gak pernah bohong sama kita".
Bukannya menjawab, Zahra menghamburkan pelukannya ke Satya. "Maafin gu- gue, gue gak maksud bo-bohong sama kalian" ucap Zahra terbata-bata. Satya membalas pelulan Zahra dan mengusap lembut rambutnya, seolag menenangkannya.
"Lo hutang penjelasan sama gue" Zahra mengangguk, sebenarnya ia ingin mengatakannya ke kiki. Tapi bukan sekarang, nanti pasti ada waktu yang tepat.
"Mau jalan-jalan?" tanya Satya di sela pelukannya, Zahra mengangguk antusias. Mungkin dengan jalan-jalan dengan Satya bisa mengurangi sakit hatinya. Satya melepas pelulannya, ia menghapus air mata yang ada di pipi Zahra.
Jauh di belakang Satya, ada seseorang pria yang memperhatikan mereka sedari tadi. Tangannya mengepal kuat, ia tidak suka Satya memeluk dan menyentuh Zahra.
Karena cuma dirinya lah yang boleh melakukan itu. Ia menahan emosinya hingga membuat wajah dan lehernya merah, lalu ia segera pergi sebelum kiki maupun Zahra menyadari keberdaannya.
Satya menepati janjinya, ia membawa Zahra jalan-jalan ke wahana hiburan. Setelah mengetahui ia di bawa ke wahana hiburan, senyum di bibir Zahra tidak pernah luntur.
Meskipun ia terlihat bahagia, jelas di matanya memancarkan kesedihan. Satya paham jelas, jadi sebisa mungkin ia membuat Zahra melupakan masalah yang sedang di hadapinya itu.
Sebenarnya Satya sudah sangat penasaran, kenapa Zahra sampai begitu. Tapi ia tidak mau memaksa gadis itu bicara kepadanya saat ini juga. Cepat atau lambat Zahra sendirilah yang akan membuka mulut dan menceritakannya tanpa di minta.
Satya mengantar Zahra tepat pukul 19.00 dan memberi alasan ke Zelka alasan ia mengantarkan Zahra terlambat. Untung bang Zelka percaya dengan ucapan Zelka, kalau tidak Zelka sudah tidak tau lagi harus memberi alasan apa.
***
Pagi menjelang, sinar matahari sudah mengintip dari sela-sela gorden kamar Zahra. Tapi tidak sama sekali mengusik tidur gadis itu, ia semakin menarik selimutnya sampai Menutupi kepalanya. Zahra meringkuk di tempat tidur seperti bayi yang ada di dalam kandungan. Tubuhnya menggigil kedinginan, nafasnya memburu dan terasa panas di kulitnya.
EDITING 24 DESEMBER 2016

KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince [COMPLETED]
Novela JuvenilMy prince seorang yang aku kagumi, dia ketua tim basket di sekolah ini. Wajah tampan, sifat cuek dan dengan gaya yang terkesan cool. Hanya wanita bodoh saja yang nggak suka dengan Kevin, Tapi.. Masih ada tapinya, otaknya cuma separo alias sedikit. S...