Chapter 29

3.1K 158 8
                                    

Hati-hati dalam berbicara, mulutmu adalah harimau mu.

***

Begitu lah ocehan-ocehan ataupun pertanyaan-pertanyaan yang beberapa orang tanyakan keduanya. Bukannya menjawab Kevin hanya menyunggingkan senyumnya, seolah membenarkan semua itu.

Zahra memasuki kelas dengan sebingkai senyum di bibirnya, masih sepi. Hanya ada beberapa orang di kelas termasuk Angel, Satya dan Nico jelas belum datang. Zahra duduk di bangkunya dengan santai.

"Kenapa? Kaget ya karna gua tau. Sepintar apapun lo nyembunyiin itu gue bakal tau juga, sejauh dan segelap apapun lo saling menindih dan mendesah gue pasti bisa melihat dan mendengar. Ambil aja karna dia udah jadi bekas gue" ucap Angel.

Kata-kata itu, kata-kata yang pernah ucapakan ke Angel waktu itu. Zahra memiringkan kepalanya agar bisa melihat siapa yang mengucapkan kata-kata itu. Tidak lain dan tidak bukan, Angel lah orangnya. Zahra melihat Angel dengan wajah datarnya dan di balas Angeldengan senyum menyeringainya.

Jelas di mata Angel tersimpan seribu kebencian untuk Zahra. Dan jelas pula Zahra dapat melihat itu. Itu tidak masalah, Angel membencinya ya ia tau itu. Angel ingin balas dendam, ya ia juga tau itu. Angel ingin merebut Kevin darinya, dan itupun ia tau.

"Sekarang sudah jelas kan, siapa yang jilat ludahnya sendiri. Lo sendiri yang bilang, Kevin itu bekas lo dan lo udah serahin ke gue. Tapi buktinya apa? Lo yang mungut bekas gue, SISA-SISA GUE!!"

'Sisa-sisa gue' Zahra mengulang kata-kata itu dalam hatinya. Ia mengepalkan tangannya kuat, rahangnya mengeras. Jangan sampai emosi yang ia tahan-tahan selama ini meluap seketika. Ia tidak suka jika di katakan mengambil sisa-sisa Angel, ia tidak sehina dan serendah itu.

"Dasar muka dua, udah rusak hubungan orang dan mungut bekasnya pula. Kalau gue jadi lo yah, mending gue gantung diri aja dari pada nahan malu kayak gini"

'Nahan malu?' Zahra tersenyum miring. Jelas-jelas Angel yang nahan malu, kenapa ia malah mengatakan itu ke orang lain? Dasar otak dangkal, tidak bisa berpikir panjang. Mungkin memang benar, karna di otak Angel hanya ada kata kebencian. Hingga ia tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan. Jelas ia yang menahan malu dan bermuka dua.

Bermuka dua, pernah beberapa hari yang lalu. Salah seorang guru menegur tentang cara berpakaian Angel yang kurang sopan. Bahkan mengancam akan merobek pakaian Angel jika ia berani memakai pakaian yang kurang sopan lagi. Bukannya mendengarkan, Angel malah semakin memperketat pakaiannya dan sengaja menghampiri guru yang menegurnya itu. Benar-benar sudah tidak waras bukan?

"Hei bitch gue ngomong sama lo! Lo dengerin gue gak sih!!" bentak Angel dengan kerasnya, rupanya ia merasa geram karna Zahra tidak menanggapi setiap ucapannya. Dia pikir Zahra akan melawan balik jika ia mengatakan itu semua, namun dugaannya salah. Zahra tau apa yang ada di kepala cantik Angel itu, jadi ia putuskan untuk diam saja walau sebenarnya ia ingin memaki balik gadis itu. Sabar sabar sabar.

* * *

Tidak butuh waktu lama, Satya dan Nico sudah sampai di tujuan yaitu di kelas Kevin. Mereka buru-buru merapikan alat tulis hanya untuk menghampiri kelas Kevin. Tidak usah bingung, sejak Kevin dan Zahra resmi menjadi sepasang kekasih. Kevin, Nico dan Satya pun resmi menjadi teman dan bahkan sahabat.

Setelah melihat kesungguhan Kevin yang meminta maaf ke Zahra, Satya dan Nico baru sadar. Kalau sebenarnya Kevin itu orang yang baik, dan asik diajak mengobrol. Jadi tidak heran, kini mereka sudah sangat akrab. Walau usia persahabatan mereka baru berusia 4 hari lamanya. Apabila Satya dan Nico keluar duluan, maka mereka akan menghampiri kelas Kevin terlebih dahulu. Dan begitupun sebaliknya.

Setelah guru tersebut pergi meninggalkan kelas, Satya dan Nico langsung memasuki kelas Kevin. Keduanya menghampiri meja pria itu, Satyaduduk di bangku di samping Kevin. Sedangkan Nico duduk di atas meja tepat di depan Kevin. Satya merampas kertas ulangan yang tengah di pegang Kevin itu, membuat Kevin melototkan Satya.

Satya melototkan matanya takjub, dan mulutnya berseru "WOW! Ini beneran? Nilai matematika lo dapat A?" Satya mengucek matanya, siapa tau ia salah lihat. Tapi sayang ia tidak salah lihat. Merasa tidak yakin dengan apa yang di dengarnya, merampas kertas ulangan Kevin dan Satya.

Nico pun melototkan matanya takjub "Gile! Ini beneran? Wah wah wah gue kagak percaya. Jangan-jangan lo nyontek ya?" Nico menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh ia tidak percaya.

Kevin merampas kembali kertas ulangannya dari tangan Nico "Sebodoh-bodohnya gue, gue gak pernah nyontek. Ini tuh murni dari otak gue" Kevin memasukkan kertas ulangannya ke dalam tasnya.

"Cihh gaya lo songong banget, dulu aja lo tuh bodoh banget. Mentang-mentang udah pinter gayanya selangit" sunggut Nico. Ketiganya bangkit dari duduk masing-masing, lalu berjalan bersamaan menuju kantin.

"Itu dulu bro, sekarang kan ceritanya beda" Kevin memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.

"Lo pinter karna sepupu gue kali" timpal Satya.

"Ya emang, gue pinter karna pacar gue yang paling cantik sedunia. Dengan kesabarannya ngajarin gue, akhirnya gue jadi..Astaga pacar gue dimana?" Kevin menepuk jidatnya cukup keras, ia benar-benar lupa dengan Zahra Karna ia terlalu asik mengobrol dengan Satya dan Nico.

Kevin memutar tubuhnya, ternyata mereka sudah melewati kelas Zahra. "Kalian duluan aja ke kantin, ntar gue nyusul sama Zahra" keduanya hanya mengangguk, lalu melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda itu.

Kevin berlari menuju kelas Zahra, kosong tidak ada siapa-siapa di kelas. 'Taman' dengan cepat ia berlari menuju taman sekolah, siapa tau Zahra ada disana. Lagi-lagi tidak ada, nafasnya sudah memburu. Sungguh ia sangat lelah berlari kesana kemari. Kevin menggaruk kepalanya, berpikir tempat apa lagi yang biasa Zahra datangi.

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang