Chapter 19

6.5K 145 3
                                        

Aku sakit, karena ulahmu.

***
Happy Reading

Pagi menjelang, sinar matahari sudah mengintip dari sela - sela gorden kamar Zahra. Tapi tidak sama sekali mengusik tidur gadis itu, ia semakin menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya. Zahra meringkuk di tempat tidur seperti bayi yang ada di dalam kandungan. Tubuhnya menggigil kedinginan, nafasnya memburu dan terasa panas di kulitnya.

Zelka memasuki kamar Zahra dan melihat adiknya masih meringkuk di tempat tidurnya. Zelka membuka gorden kamar Zahra lalu duduk di tepi ranjang. Zelka lah yang bertugas membangunkan adik - adiknya kala pagi menjelang. Karena kedua orangtuanya sudah pergi bekerja pagi - pagi sekali.

"dek bangun udah pagi" ucap Zelka lembut, hening. Tidak ada sahutan dari Zahra.

"Dek nanti telat loh ke sekolahnya" lanjut Zelka, ia menarik selimut yang menutupi kepala Zahra. Zelka mengusap lembut rambut adiknya itu penuh sayang.

Tak sengaja telapak tangannya menyentuh dahi Zahra, panas bahkan sangat panas. Zelka menyibak selimut yang menutupi Zahra, sontak membuat Zahra semakin menggigil. Zelka memegang tangan serta kaki Zahra.

"astaga dek kamu demam" dengan cepat Zelka menyelimuti tubuh Zahra lagi dan segera berlari untuk mengambil air hangat dan handuk kecil. Untuk mengompres Zahra.

Zelka menuruni anak tangga dengan sangat buru - buru, membuat Revo yang sedang sarapan bengong melihatnya. Tak lama kemudian Zelka datang lagi dari dapur membawa baskom, membuat kerutan di dahi Revo semakin banyak. Belum sempat Zelka menginjakkan kakinya di anak tangga pertama, barulah Revo bertanya.

"Abang mau ngapain? Kok bawa - bawa baskom segala?" Zelka menghentikan langkahnya, hampir saja ia lupa dengan adiknya yang satu ini. Karena terlalu khawatir dengan Zahra.

"teteh demam, kamu berangkatnya sama pak Ujang aja ya. Nanti pulangnya abang yang jemput" Revo hanya mengangguk lalu melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.

Zelka menempelkan handuk basah ke dahi Zahra, gadis itu tetap menggigil membuat Alwan semakin khawatir. Pintu kamar Zahra dibuka, lalu muncullah Revo. Revo menghampiri Zelka untuk berpamitan, ia duduk di tepi ranjang memperhatikan betapa pucatnya wajah tetehnya itu.

"cepat sembuh teh, Revo pamit ke sekolah dulu. Nanti pulang sekolah biar Revo yang jagain teteh" Revo mengecup bibir pucat Zahra, lalu bergegas pergi sebelum Zelka menasehatinya dengan kata - kata yang sangat membosankan itu.

30 menit berlalu, Zelka masih setia menemani adiknya itu. Sedetik pun pandangannya tak luput dari wajah Zahra. Untung panasnya sudah mereda, tinggal minum obat saja pasti sudah sembuh. Karena sedari tadi Zahra belum bangun - bangun jadi ia belum meminum obat sama sekali.

"ngghh . ." Zahra meringis sembari memegang kepalanya. Zahra membuka matanya perlahan demi perlahan, hingga ia melihat abangnya yang duduk di dekat ranjangnya.

Zelka tersenyum "udah bangun?" Zahra mengangguk lemah, ia ingin duduk tapi di tahan oleh Zelka.

"haus bang" ucapnya dengan suara serak, Zelka mengambil segelas air minum yang ada di atas nakas lalu memberinya ke Zahra.

"pelan - pelan" ucap Zelka karna Zahra terlihat buru - buru. Setelah air di dalam gelas kandas, Zahra memberi gelasnya ke Zelka.

"udah mendingan?" Zahra mengerutkan dahinya, bingung akan maksud pertanyaan Zelka.

"kamu demam" sambung Zelka melihat kebingungan Zahra.

"hmm udah bang"

"bentar ya babang ambil makan sama obat buat kamu" Zahra mengangguk.

'Demam' Zahra menggumamkan kata itu berkali - kali. Ia mengingat - ingat kenapa ia bisa demam. Zahra ingat, pasti karena kemarin ia berendam di bathub hampir 3 jam lamanya. Ia berendam selama itu hanya untuk membersihkan tubuhnya dari bekas - bekas sentuhan Kevin padanya. Ia menggosok tubuhnya sampai berkali - kali, supaya tubuhnya benar - benar bersih. Setelah merasa bersih barulah ia keluar dari bathub dengan keadaan menggigil, bibir pucat dan bersin - bersin.

Setelah minum obat, Zahra istirahat kembali agar demamnya cepat menurun. Tapi ia menolak, ia tidak mengantuk.

"tidur dek" suruh Zelka untuk ke sekian kalinya.

"aku gak ngantuk bang, kita ngobrol aja ya" melas Zahra dengan puppy eyesnya. Kalau sudah begini ceritanya, Zelka tidak bisa menolak permintaan adiknya itu.

"babang duduknya di sini aja" Zahra menepuk tepi ranjang tepat di samping ke palanya. Zelka mengikuti apa yang dikatakan Zahra. Setelah Zelka duduk di tepi ranjang, Zahra menempatkan kepalanya di pangkuan Zelka.

* * *

Satya, pria ini tengah asik membaca buku di kelasnya. Dengan mulut yang tidak hentinya mengunyah permen dan telinganya yang di sumpal headseat. Satya begitu menikmati aktivitasnya ini, ketika orang - orang sedang menyantap makanan di kantin. Pria ini lebih memilih di kelas, membaca buku tentang otomotif. Sebenarnya ini bukan aktivitas yang sering Satya lakukan ketika istirahat seperti ini. Ia akan pergi ke kantin bersama Zahra dan Angel atapun teman - teman cowoknya yang lain.

Berhubung hari ini Zahra tidak masuk jadi ia malas ke kantin apalagi dengan Angel. Entah kenapa akhir - akhir ini ia tidak suka dengan sifat Angel yang berubah - ubah. Dan lebih tepatnya tidak memperdulikan sekitar..

Don't forget vote and comment!thxyuu:)

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang