Chapter 21

5.1K 168 10
                                    

Menunjukkan perasaan kita yang tidak bisa di ucapkan lewat kata-kata.

***

"iya boleh dek, tanya aja"

"kalau ciuman di bibir artinya apa bang?" inilah pertanyaan yang ingin ia tanyakan sedari tadi. Sebenarnya ia sudah tau artinya karena keluarganya sering melakukannya. Tapi ini berbeda, bukan ciuman keluarga yang berarti kasih sayang yang tulus. Ini tentang ciuman seorang pria dan wanita.

"ciuman di bibir itu untuk menunjukkan perasaan kita yang tidak bisa di ucapkan lewat kata-kata"jawab Bang Zelka.

"menunjukkan perasaan?" apa waktu itu Kevin menciumnya di bibir untuk menunjukkan perasaannya? Zahra menggeleng, tidak mungkin Kevin menyukainya. Jelas - jelas pria itu hanya menyalurkan nafsu bukan menunjukkan perasaanya.

Zahra benar-benar mendengarkan penjelasan Zelka seperti mendengar penjelasan gurunya di sekolah. Diam tanpa ada niat untuk memotong. Jelas Bang Zelka sedetil-detilnya agar Zahra mengerti dan tidak banyak tanya lagi. Karena sebenarnya Zelka sedikit risih menceritakan hal-hal seperti itu dengan Zahra. Tapi kalau tidak menjelaskan ia takut adiknya itu bertanya ke orang lain. Dan menjelaskan hal yang tidak-tidak Ya, Zahra sakit hati dan sangat sangat menyesal. Ia menyesal karena kebodohannya, kebodohannya yang mengejar-ngejar beberapa tahun ini. Hingga ia tidak pernah melihat sekitarnya, yang ia lihat hanya Kevin, Kevin dan Kevin. Yang akhirnya membuat ia sakit hati juga.

***

Zahra sudah sembuh dari demamnya dan memutuskan untuk masuk sekolah hari ini. Sebenarnya ia sangat malas pergi ke sekolah, karena di sekolah ia pasti akan bertemu Angel dan Kevin. Apalagi Angeli teman satu mejanya. Tapi tidak mungkin jika ia tidak berangkat sekolah, karena itu sudah jadi kewajibannya sebagai seorang anak sekolahan. Hanya Satyalah ia berangkat sekolah, karena sepupunya itu sudah sangat merindukannya. Ok Zahra memang kePDan, tapi itulah kenyataannya. Satya selalu menelfon dan mengirim ia pesan singkat hanya untuk menanyakan kabar Zahra dan mengatakan ia merindukannya.

Sesampainya di sekolah, Zahra tidak langsung ke kelasnya. Ia pergi ke ruangan Bu Dita, memang Bu Dita belum datang. Tapi ia memutuskan untuk menunggu saja. Dari pada ia di kelas hanya akan memperburuk moodnya saja. 5 menit lagi bell masuk akan berbunyi dan Zahra masih setia menunggu.

Selang beberapa menit Bu Dita memasuki ruangannya membuat senyum di bibirnya mengembang sempurna.

"Ibu terima keputusan kamu Ra, Ibu juga tidak mau nilai kamu menurun karena terlalu sibuk menjadi tutornya Kevin"ucap Bu Dita.

"sekali lagi saya minta maaf sudah mengecewakan ibu"

"kamu tidak mengecewakan tapi sudah sangat membantu, sekali lagi ibu ucapkan terima kasih" Zahra tersenyum tipis, ia mengangguk sopan dan pamit. Belum sempat ia membuka pintu Bu Dahlia memanggilnya "tolong panggilin Kevin dan suruh secepatnya kesini"

"baik bu, permisi" Zahra bergegas meninggalkan ruangan Bu Dita untuk memanggil Kevin. Ia memutar bola matanya malas, jujur ia sangat malas untuk bertemu pria itu. Tapi Bu Dita sudah memerintahkannya, dan ia mengiyakannya. Dan itu artinya ia harus memanggilnya.

Andai saja ini bukan jam pelajaran, pasti ia sudah menyuruh orang saja untuk memangilkan pria itu. Dan masalahnya ini jam pelajaran, tidak ada satu orang pun yang bisa ia suruh.

Setelah memanggil Kevin dan segera menyuruhnya untuk menemui Bu Dita. Zahra langsung pergi tanpa bicara satu kata pun keKevin.

Zahra berhenti tepat di depan kelasnya, kelasnya di tutup. Tentu saja karena di dalam sedang berlangsung proses belajar mengajar. Hanya terdengar suara Bu Delia yang menggema di kelas. Yup, Bu Delia. Guru matematika sekaligus guru yang pernah menghukumnya dan Satya. Zahra masih ingat jelas tentang hal itu, dan ia juga masih kesal dengan guru itu.

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang