Chapter 9

2.4K 167 11
                                    

Cukup sudah aku berpura-pura, sekarang aku ingin berjalan mulus, tanpa kepura-puraan, tanpa hambatan, tanpa sakit hati, tanpa kediaman.

***

Kini Angel dan Kevin sama-sama duduk di bangku taman sekolah. Setelah tadi pagi Kevin membisikkan agar Angel menemuinya pada jam istirahat. Angel menepati janjinya dan menemui Kevin, meskipun ia tidak tau alasan pria itu mengajaknya ketemuan. Sudah 5 menit lamanya mereka di selimuti kesunyiaan, bahkan Kevin yang mengajak pun hanya diam menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku.

Angel membuang nafasnya "Ada apa?" tanyanya ragu, mencoba memecahkan keheningan diantara mereka.

Kevin menegakkan tubuhnya, menarik nafas lalu membuangnya. "Gue cuma mau jelasin alasan kenapa gue cium lo waktu itu" Angel mengangguk, jujur ia sangat penasaran kenapa Kevin menciumnya dan bodohnya ia pun membalas ciuman itu.

"Gue tau gue lancang karna udah nyium lo, tapi asal lo tau gue cuma... Cuma mau nunjukin perasaan gue ke lo"

"Perasaan?" Tanya Angel.

"Iya, gue suka sama lo sejak gue tau lo yang beri gue handuk sama minuman itu" Jawab Kevin.

"Itu bukan gue yang ngasih tapi Zahra" kilah Angel cepat.

"Gue tau semuanya, lo kan yang sering naro minuman dan handuk di atas meja gue? Dan gue juga tau lo sering merhatiin gue" Kevin terdiam sejenak memberi jeda sebelum melanjutkannya "Dan gue juga sama, gue sering perhatiin lo diam-diam. Yang buat gue suka sama lo".

"Tapi gu..."

"Sampai kapan lo bohongin perasaan lo sendiri? Sampai kapan lo nyakitin hati lo sendiri? dan sampai kapan lo terus berkorban seperti ini? Sampai kapan Ngel?" Tanya Kevin.

"Gue gak tau sampai kapan, yang jelas gue gak mau nyakitin perasaan Zahra. Dia sahabat gue dan gue sayang sama dia. Lihat dia begitu menyukai lo, gue sadar dia yang pantas buat lo bukan gue" Jawab Angel.

"Oh gitu? Menurut lo dia yang pantas buat gue? Huh lo salah. Karna menurut gue ENGGAK. Lo juga pantas, lo juga berhak, dan lo juga patut BAHAGIA. Lo selalu pikirin perasaan Zahra tapi apa dia pernah mikirin perasaan lo? Apa dia tau betapa sakit hatinya lo, kalo dia selalu deket sama gue?" emosi yang ia tahan-tahan selama ini meluap kepermukaan, ia sudah tidak tahan lagi melihat Angel yang menanggung rasa sakit itu sendiri.

Mata Angel mulai berkaca-kaca "Itu urusan gue bukan urusan lo. Terserah gue ngorbanin perasaan gue, terserah gue kalau gue nyakitin hati gue sendiri dan terserah gue mau lakuin apa. ITU BUKAN HAK LO!!" Air mata Angel meluncur bebas dari pelupuknya. Ia memang bodoh telah membohongi perasaannya sendiri, menyakiti hatinya demi Zahra. Apa ia salah jika ia ingin melihat Zahra bahagia? Apa ia salah lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya? Apa ia salah melakukan itu semua?

Kevin mengepalkan tangannya kuat-kuat, membuat kuku-kuku tangannya putih. Ia menahan emosinya gak tidak keluar semuanya saat ini juga. Tapi rasanya percuma saja ia menahan, pembicaraan ini memang harus mengeluarkan banyak emosi.

"ITU HAK GUE!! Lo tau selama ini gue menahan sakit seperti yang lo rasain! Gue sakit liat lo dengan sengaja menyakiti hati lo, gue sakit karna berpura-pura cuek dan dingin seperti ini. Gue bahkan lebih sakit dari lo"

"Gue bersikap seolah tidak peduli dengan keberadaan Zahra yang hampir setiap harinya bawa gue handuk dan minum. Harusnya gue bersikap baik kedia, berlaku layaknya gue menerima pemberian dia dengan senang hati. Memberikan senyum dan berterima kasih layaknya orang berterima kasih. Tapi apa? Gue gak lakuin itu semua, gue cuek, dingin dan tidak bersahabat. Bahkan terang - terangan gak liat dia. Itu semua karena LO! Karna gue gak mau lo semakin sakit, gue gak mau nambahin luka lo. Harusnya lo ngerti, BUKAN KAYAK GINI!!" Lanjut Kevin dengan emosi.

Akhirnya semua yang mengganjal di hatinya sudah ia keluarkan, sudah ia luapkan. Sudah sejak lama ia ingin mengatakan ini tapi belum ada waktu yang tepat. Dan sekaranglah waktu itu, sebelum semuanya terlambat. Sebelum ada hati yang lebih lama terluka.

Kevin benar-benar puas sekarang, bebannya seolah berkurang setelah mengatakan semuanya. Ia sudah muak berpura-pura, berpura-pura cuek dan dingin padahal hatinya menjerit ingin menyapa Angel apabila berpapasan di koridor atau di manapun dan berterima kasih atas pemberiannya.

Berpura-pura tidak menganggap Zahra yang telah baik kepadanya, sedangkan hatinya meraung-raung mengucapkan kata maaf atas ketidak bisaannya itu. Berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa, sedangkan kenyataannya semua kacau, berantakan, tidak ada yang beres.

Cukup sudah ia berpura-pura, sekarang ia ingin berjalan mulus, tanpa kepura-puraan, tanpa hambatan, tanpa sakit hati, tanpa kediaman. Semua harus di perjelas sejelas-jelasnya. Tapi apakah Kevin bisa? Apa ia sanggup?

Angel masih menangis dengan seenggukan, tidak menyangka semuanya akan serumit ini. Tidak menyangka kenyataannya begitu mengagetkannya. Bukan cuma ia yang sakit, Kevin sakit dan Zahra pun sakit. Bahkan semuanya jadi terasa sulit.

TBC

Vote and comment:)

EDITING 06,OKTOBER 2016

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang