Chapter 2

3.6K 202 1
                                    

Kamu aja tidak tahu aku siapa, nyebut nama aku saja kamu salah-salah.

***

Seperti biasa Zahra berdiri di tepi lapangan, dan tidak lupa membawa handuk kecil dan sebotol air mineral untuk Kevin. Ini adalah hal yang rutin Zahra lakukan hampir setiap harinya, walaupun Kevin tidak pernah meminta atau menyuruhnya membawakan semua itu. Tapi ia dengan sukarela membawakannya.

"Okay latihannya cukup sampai disini" ucap Kevin kepada semua teman - temannya, dan langsung berhambur menuju tepi lapangan. Zahra segera berlari menuju Kevin, karna ia tau pangerannya itu pasti sangat haus.

"Hai Kevin ini handuk dan minuman buat lo" Zahra tersenyum manis sembari memberikan handuk dan minumannya.

"Thanks" singkat Kevin dengan dinginnya, tanpa membalas senyuman Zahra. Tapi itu tidak masalah bagi Zahra, meskipun Kevin tidak pernah membalas senyumannya dan bahkan tidak pernah senyum kepadanya. Asalkan Kevin menerima pemberiannya, itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini.

"Kevin di panggil Bu Dita" panggil seseorang.

"Ngapain?" jawab Kevin.

"Gak tau, katanya secepatnya ke ruangan dia" ucap seseorang itu lagi dan segera pergi. Kevin hanya manggut-manggut dan segera pergi menuju ruangan Bu Dita, tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Zahra.

* *

Tok . . Tok . . Tok. .

"Masuk!" seru seseorang dari dalam, Kevin membuka pintunya dan berjalan ke arah Bu Dita. "Ibu panggil saya?" tanya Kevin, jelas - jelas ia sudah tau masih saja bertanya.

"Iya saya panggil kamu, kamu tau kesalahanmu?" tanya Bu Dita langsung ke topik pembicaraan.

"Kesalahan?" ulang Kevin mencoba mengingat-ingat ia melakukan kesalahan apa. "perasaan gak ada Bu" lanjut Kevin, karna memang tidak melakukannya.

"Ini kesalahannya" Bu Dita memberikan lembar kertas hasil ulangan Kevin beberapa hari belakang ini.

"Nilai ulangan kamu semuanya di bawah rata - rata, mau jadi apa kamu kalau kayak gini terus. Jangan kamu pikir karena kamu ketua tim basket jadi kamu tidak tinggal kelas" omel Bu Dita, bahkan emosinya sudah sampai ubun-ubun.

Entah dengan cara apalagi ia memperingati Kevin agar lebih giat belajar. Tapi memang Kevin tidak bisa di nasehati, sehingga membuat ia putus asa menghadapi Kevin yang malasnya minta ampun.

"Terus saya harus ngapain Bu?" tanya Kevin santai, tanpa peduli dengan emosi Bu Dita yang meluap-luap itu.

"Belajar!"

"Iya Bu nanti saya akan belajar" jawab Kevin malas-malasan.

"Memang begitu seharusnya, dan saya sudah memilih Zahra Hayra Alexander sebagai tutor kamu yang mengajari semua ketertinggalan kamu. Dia itu pintar tidak kayak kamu yang tidak mempunyai otak sama sekali" tanpa memikirkan perasaan Kevin, Bu Dita langsung menyindir Kevin dengan menyebutnya tidak mempunyai otak. Agar anak itu cepat sadar dan berubah.

"Zahra Hira Alexander? Itu siapa bu?" bingung Kevin jujur baru pertama kali ia mendengar nama itu.

"Zahra Hayra Alexander! Bukan Zahra Hira Alexander! Seenaknya saja kamu mengganti nama orang. Hayra murid terpintar di kelas XI IPA 1 dan sekarang cepat panggil dia dan bawa kesini secepatnya".

"Sebenarnya siapa Bu yang mau di panggil Zahra Hayra Alexander atau Hira?" Kevin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, benar-benar bingung dengan guru yang ada di depannya itu.

"Namanya Zahra Hayra Alexander dan ibu suka memanggilnya Hayra, cepat bawa dia kesini sebelum saya memakan kamu hidup-hidup!" akhirnya emosi yang sudah sampai ubun-ubun itu keluar dengan ganasnya. Selalu seperti itu, Bu Dita tidak bisa menahan emosinya kalau berhadapan dengan seorang Kevin Elnarda Dinata.

"Iya bu" Kevin segera pergi meninggalkan ruangan Bu Dita, mencari orang yang bernama Zahra Hayra Alexander di koridor sekolah.

***

"Zahra Hira siapa coba? Terus dia kelas berapa?" tanya Kevin pada dirinya sendiri sembari mengacak-acak rambutnya asal.

Apa? Kevin tidak tau siapa Zahra Hayra Alexander? Jangankan untuk tau, menyebut namanya saja ia tidak bisa. Zahra Hayra, Zahra Hira dan apapun itu Kevin tidak akan pernah peduli. Seorang siswi terpintar di kelas XI IPA 1 dan sekaligus orang yang setiap harinya membawakannya handuk dan minuman.

Sungguh malangnya Zahra.

Kevin sudah memasuki beberapa kelas untuk mencari orang yang bernama Zahra Hayra Alexander itu, tapi hasilnya nihil. Kenapa harus memasuki kelas satu persatu, tidak ingatkah Kevin kalau Bu Dita sudah memberitahu kelasnya. Mungkin benar Kevin tidak mempunyai otak sama sekali.

Setelah sekian lama ia mencari tapi tak kunjung ketemu, akhirnya Kevin memutuskan kembali ke ruangan Bu Dita.

"Maaf Bu saya tidak menemukan Zahra Hira Alexander"

"Zahra Hayra Alexander!" tegas Bu Dita.

"Sudah kamu cari?" sambungnya lagi.

"Udah Bu, bahkan udah 3 kali saya memasuki kelas yang sama buat cari dia" jawab kevin.

"3 kali? Memangnya kamu cari dia ke kelas berapa?" Tanya Bu Dita lagi.

"X bu" jawab Kevin polos, tanpa dosa.

"Astaga Kevin sampai kiamat pun kamu mencari dia di kelas X dia tidak akan pernah di temukan. Dia itu kelas XI sama seperti kamu dan kelasnya tepat di samping kelas kamu? Benar-benar ya kamu bikin saya emosi saja" Bu Dita memijat pelipisnya yang terasa nyut-nyutan.

"Sekarang cepat panggil DIA!!" teriak Bu Dita dengan garangnya dan tanpa pamit lagi Kevin berlari mencari Zahra lagi dan lagi.

TBC

EDITING 07 JUNI 2016

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang