Chapter 6

1.9K 140 1
                                    

Ternyata di balik sifat cuek dan dinginnya, dia perhatian juga.

***

Happy Reading guyss

Zahra berhenti dengan nafas memburu, serta keringat yang sudah membanjiri dahi serta lehernya. Menyadari kalau Zahra sudah benar-benar kehabisan energi, Kevin menarik tangan Zahra menuju tepi lapangan untuk beristirahat.

"Kita istirahat dulu, pasti capek kan?" Zahra mengangguk lemah lalu menghapus bulir keringatnya dengan punggung tangannya. Ia memang sangat cape, apalagi terik matahari yang begitu menyengat.

"Nih minum" Kevin memberikan sebotol air mineral ke Zahra.

Zahra tersenyum lebar dan langsung menyambar minumannya "Makasih" ia membuka tutupnya dan meneguk setengah air minumnya.

"Terus buat lo?" Zahra baru menyadari kalau Kevin tidak punya minuman.

"Masih ada, nih lap keringat lo" Kevin memberikan handuk kecil warna biru muda, tapi Zahra mengerutkan dahinya dan menatap nanar handuknya.

"Tenang aja masih bersih kok" seolah mengerti dengan tatapan Zahra, Kevin langsung menjelaskannya.

'Ternyata di balik sifat cuek dan dinginnya, dia perhatian juga' Zahra menundukkan kepalanya, menyembunyikan pipinya yang merona. Zahra melap keringatnya dalam diamnya dengan penuh perasaan, membayangkan kalau Kevin lah yang tengah melap keringatnya.

"Gak usah pake perasaan juga kali" Zahra mendongak dan menatap Kevin.

"Enggak kok" sahut Zahra.

"Gimana latihan pertamanya, senang?" tanya Kevin.

"Iya hehe" Zahra cengengesan tidak jelas, tentu saja ia senang ia diajari langsung oleh pangerannya.

"Yaiyalah senang, orang lo diajarin sama orang tampan" jawab Kevin dengan percaya diei.

'PD bangat nih orang, tapi memang tampan sih' batin Zahra.

"Ternyata lo gak secuek dan sedingin yang gue pikir" Zahra berucap dengan ragu, dan mencoba mencairkan suasana antara dirinya dan Kevin.

Mendengar ucapan Zahra, Kevin menolehkan pandangannya ke arah gadis itu lalu tersenyum tipis. Tapi sangat manis menurut Zahra.

'OMG dia senyum sama gue' Zahra menggulum senyum dalam diamnya, karena ini pertama kalinya Kevin senyum kepadanya.

"Sebenarnya kita gak boleh menilai orang dari penampilan luarnya" Kevin berucap lirih, seolah ia tersinggung dengan ucapan Zahra itu.

Zahra jadi merasa bersalah, karena ia tidak ada niat sama sekali untuk menyinggung perasaan Kevin. "bukan gitu maksud gue"

"Semua orang juga sama kayak lo, menganggap gue cuek, dingin dan tidak bersahabat. Tapi gak masalah sih, semua orang kan punya pendapat masing - masing tentang gue" Kevin kelihatan bersedih menjelaskan tentang dirinya, bukan cuma Zahra yang mengatakan ia seperti itu tapi hampir semua orang. Tapi ia punya alasan kenapa ia seperti itu.

Kevin tidak pernah mengambil pusing tentang hal itu. Inilah dirinya, inilah hidupnya. Terserah orang menilainya seperti apa, ia tidak masalah. Zahra menatap iba Kevin, ia jadi merasa bersalah.

"Di balik itu semua, gue dapat menarik kesimpulan kalo lo perhatian" puji Zahra sembari memamerkan deretan gigi putihnya.

"Biasa aja, ohh ya gue minta maaf kalau selama ini gue cuek dan dingin sama lo. Padahal hampir setiap hari lo bawain minuman dan handuk buat gue, dan lebih parahnya gue baru tau nama lo" jujur Kevin menyesali sikapnya selama ini ke Zahra ia seperti orang yang tidak tau terima kasih padahal gadis itu sangat baik kepadanya.

Zahra mengangguk "Iya santai aja".

"Kenapa lo sering bawa itu semua buat gue?" ini adalah pertanyaan yang terngiang-ngiang di kepalanya setiap harinya. Ingin ia menanyakannya tapi gengsinya yang terlalu tinggi membuat ia mengacuhkan saja dan menganggap itu semua wajar.

Walau sebenarnya Kevin sudah tau alasannya tapi ia hanya ingin mendengar langsung dari dari bibir gadis itu.

"Hmm.. Anu.. itu" Zahra sudah menduga, cepat atau lambat Kevin akan menanyakan ini padanya. Masalahmya ia tidak menyangja akan secepat ini.

Kevin yang melihat kebingungan Zahra hanya mengangguk paham "Tanpa di jawab gue udah tau jawabannya"

"Oh yaa?" kaget Zahra.

"Hmm, lo tau gak setiap minuman dan handuk yang lo kasih ke gue semuanya di simpan baik-baik" Zahra menganga mendengar pernyataan Kevin itu.

"Bekas botolnya gue simpan di karton besar di kamar, gue udah kayak nyimpen sampah. Sampai Bunda marah - marah nyuruh gue supaya membuangnya. Dan handuk-handuknya, gue cuci lalu di simpen di lemari. Kalau di hitung - hitung udah banyak bangat tuh handuk" kejutan? Ya Zahra benar-benar terkejut.

Benarkah Kevin menyimpan barang pemberiannya? Ia tidak pernah menyangka.

Zahra menelan ludahnya, membasahi kerongkongannya yang terasa kering seketika "Kenapa gak di buang aja?" Tanya Zahra.

"Itu cara gue menghargai pemberian orang"

"Tapi gak usah di simpen juga, apalagi botol bekasnya"

"Yang nyimpen kan gue, kenapa lo yang ribet. Itukan udah jadi hak gue" jawab Kevin.

"Tapi..."

"Gak usah di bahas, ayo pulang" Zahra mendengkus kesal, ternyata pria yang ada di dekatnya ini sangat keras kepala.

Zahra mengambil tasnya dan begitupun dengan Kevin. Mereka berjalan beriringan, sepanjang koridor sekolah keduanya hanya saling bungkam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Setelah hampir di ambang gerbang sekolah, Kevin melangkah kearah kiri menuju parkiran. Sedangkan Zahra kearah kanan menuju gerbang sekolah.

Zahra berjalan seorang diri ke arah halte terdekat, menunggu bus atau taxi. Sudah 10 menit lamanya ia menunggu, tapi tak kunjung datang. Ia melihat jam tangan biru yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam 16:45. Dari pada capek mondar mandir tidak jelas, ia memutuskan duduk saja. Ia merogoh saku roknya untuk mengambil ponsel miliknya.

Cittt...

Tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti tepat di depan halte. Zahra tidak memperdulikannya ia masih fokus dengan ponselnya. Seseorang duduk di samping Zahra.

"Nunggu bus?" tanya seseorang itu Zahra hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Gak ada yang jemput?" Zahra hanya menggeleng, pertanda tidak.

"Tinggal dimana?" karena merasa orang yang di sampingnya terlalu banyak tanya, ia mendongakkan kepalanya. Tanpa sadar menganga dengan bodohnya, ia benar-benar kaget. Ternyata orang yang duduk di sampingnya dan mengajaknya mengobrol adalah Kevin, pangerannya.

Menyadari kebodohannya, Zahra mengatupkan mulutnya agar lalat tidak masuk.

"Gak usah kaget juga kali, kenapa lo ninggalin gue. Orang cuma mau ambil motor di parkiran, pas gue balik lonya udah nggak ada. Gue pikir di culik setan" Zahra mendengkus kesal, bagaimana bisa orang secantik dirinya di culik setan, ada - ada saja.

"Yuk pulang dan gue gak menerima penolakan" Kevin menarik tangan Zahra menuju motornya, mengisyaratkan agar Zahra menaiki motornya. Seperti orang dungu Zahra mengikut saja.

TBC
EDITING 06, OKTOBER 2016

My Prince [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang