04

56.7K 3K 542
                                    

ROMEO UPDATE🦋
HAPPY READING!

• 300 vote - 300 komen for the next chapter•

••••

Romeo tersenyum menatap wajah Evelyn yang terpejam dengan begitu cantiknya. Kulitnya begitu lembut dan sejuk kala jemarinya menyentuh peremukaannya. Romeo sampai tidak menyangka, ada gadis secantik dan sebodoh ini di dunia.

Cup!

Satu kecupan Romeo curi untuk kesekian kali dari bibir manis Evelyn. Senang dadanya kala benda kenyal lembut itu berhasil ia jamah sesuka hatinya.

"Aku tidak sabar melihat ekspresimu saat mengetahui pria itu telah mati sayang," kekeh Romeo. Tangannya mengusap-usap surai Evelyn dengan matanya yang tak pernah lepas memuja.

Romeo menyentuh kelopak mata Evelyn yang tertutup. "Apakah mata ini akan membelalak kaget?"

Tangannya turun ke pipinya, mengusap-usap pelan dengan ibu jarinya. "Atau— pipi ini akan menangis ketakutan karena takut disalahkan?"

Seringai Romeo terpatri kian keji, tak sabar ia menanti esok pagi. Saat dimana dunia pemberitaan akan menyiarkan teagedi pembunuhan itu. "Jika itu terjadi, larilah padaku sayang. Maka aku akan menolongmu, kau tidak perlu takut untuk itu." Romeo membasahi bibirnya dengan senyuman piciknya.

"Evelyn, Evelyn. Salahkan saja dirimu yang begitu berani menarik perhatianku. Maka kau harus rasakan ini, penderitaan yang begitu nikmat dan menyesakan. Penuh darah namun memabukan." Hanya Romeo dengan kegilaannya yang mengerti akan maksud ucapannya.

Cinta? Obsesi? Apapun itu. Romeo tidak perduli.

Sedari kecil Romeo selalu dimanjakan, ia selalu dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Dan saat ia menginginkan Evelyn, itu artinya ia akan mendapatkannya bukan? Pasti. Dan Romeo meyakini dirinya.

Romeo dekap tubuh itu, tanpa khawatir Evelynnya terbangun. Sebab ia sudah menyuntikan obat lelap pada gadis itu. "Evelynku yang cantik." Romeo menggila tanpa peduli apa alasannya.

Romeo melirik ke arah jam tangannya. Masih pukul dua dini hari. Masih sangat pagi jika harus beranjak pergi meninggalkan aroma Evelyn yang sangat manis ini. Maka dari itu ia memilih untuk ikut berbaring di sisi Evelyn. Satu jam rasanya cukup untuk ia melepaskan kantuk, ditemani aroma tubuh Evelyn yang wangi membuatnya dengan cepat terlelap.

*****

Evelyn duduk mematung menghadap ke layar televisi. Berdebar kencang jantungnya mendengar kabar yang tersiar pagi ini. Seorang pemuda ditemukan tewas dalam keadaan tubuhnya yang terkoyak-koyak, menyisakan bagian kepalanya yang utuh tanpa goresan sedikitpun.

Sang pembunuh seakan ingin memberitahu dengan jelas siapa korban itu.

"R-revan..." lirih Evelyn.

Saliva Evelyn tercekat di kerongkongan, lemas ia mendapatkan kabar pembunuhan keji itu. Siapa yang melakukannya? Kenapa ada orang sejahat itu?

Kejadian itu hanya berjarak tiga puluh menit dari terakhir kali ia melihat pria itu. Dan dilihat dari lokasi kejadian yang tak jauh dari rumahnya itu, Evelyn semakin yakin bahwa memang pembunuhan itu terjadi saat Revan dalam perjalanan pulang.

Romeo AlmaheraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang