4. Berlebihan

469 42 1
                                    

Kurang dari 24 jam setelahnya, Ishana baru mengerti maksud dari perkataan Diaz kemarin sore.

"Na? Kok bengong? Sini gabung! Udah mau mulai nih."

Masih dengan mata tertuju pada Diaz yang duduk tenang di antara mahasiswa jurusan seni tari lainnya, Ishana memilih kursi yang masih kosong di ruang serbaguna itu.

Karena Ishana memang yang terakhir datang, begitu ia duduk, acara diskusi pun langsung dimulai. Rizal selaku ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Seni Tari membuka diskusi perihal festival dies natalis Jurusan Seni Tari yang akan dilaksanakan enam hari lagi. Dikarenakan tanggal dies natalis Fakultas dan jurusan yang berdekatan, persiapannya cukup kejar tayang. Mengingat sebelumnya mereka semua juga sibuk menyiapkan festival dies natalis Fakultas.

Semua panitia sibuk dengan tugas-tugasnya. Mulai dari menyeleksi proposal stand-stand yang diajukan mahasiswa, hingga menghimpun mahasiswa yang bersedia tampil untuk menyemarakkan acara. Belum lagi mencari penyanyi lokal untuk tampil agar pembelian tiket festival laris manis.

Karena semester lima ini Ishana mulai memperbanyak jam kerja part timenya, ia hanya menyanggupi untuk tampil sebagai penyemarak acara tanpa terlibat dalam kepanitiaan. Pikirnya, ia harus berkontribusi untuk memeriahkan acara dies natalis jurusannya sendiri. Karena mungkin masa ini akan menjadi masa yang paling dirindukannya begitu lulus nanti.

Tapi, mendapati Diaz menjadi satu-satunya yang mencolok di antara teman-teman satu jurusannya mulai membuat Ishana tidak nyaman. Ia menerka-nerka apa yang akan dilakukan Diaz kali ini di sini.

Dan jawaban yang ditunggu pun akhirnya terjawab sudah lewat mulut sang ketua HIMA. "Nah, guys. Sebelumnya kita kan sudah sepakat untuk guest star kita tahun ini adalah Badass Girl dan The Liars. Tapi, kemarin siang The Liars tiba-tiba membatalkan pertunjukkan mereka karena vokalis mereka baru saja mengalami kecelakaan dan masih dalam masa pengobatan. So ... gue tawarin Nomos Band untuk tampil dan mereka mau. Hari ini Kang Diaz selaku vokalis bahkan menyempatkan waktunya sebagai perwakilan band untuk ikut diskusi bareng kita."

Sontak puluhan mahasiswi di ruangan itu menghela napas senang seraya heboh bertepuk tangan. Terlebih saat Diaz tersenyum jumawa pada mereka semua. Tak terkecuali pada Ishana yang langsung tidak antusias lagi untuk berlatih.

Keesokan harinya, ruang serbaguna jurusan Seni Tari yang sengaja dibuat lengang, mulai digunakan oleh mahasiswa-mahasiswa yang terlibat dalam pertunjukan dies natalis untuk berlatih.

Ishana sendiri lebih suka berlatih saat menjelang petang. Dan kesempatan itu nampaknya tidak disia-siakan oleh Diaz. Cowok itu dengan sengaja berlatih di waktu yang sama bersama kedua temannya. Tebar pesona di sudut ruangan yang telah disediakan keyboard, set drum dan gitar.

Mahasiswa lainnya mulai bergosip tentang interaksi Diaz dan Ishana yang nol besar di hari pertama mereka berlatih. Padahal keduanya berlatih di dalam ruangan yang sama. Tapi Ishana bahkan tidak menatap Diaz sama sekali. Berbanding terbalik dengan Diaz yang selalu diam-diam mengamati Ishana. Jelas-jelas semua orang tahu kalau Diaz bersedia berpartisipasi dalam acara itu untuk mendekati Ishana. Namun Ishana malah mengabaikan seluruh usaha Diaz untuk mencari perhatiannya.

Alih-alih saling bertegur sapa, Ishana malah asik sendiri menari di depan dinding cermin. Mengabaikan Diaz, Bima dan Elang yang memperhatikan gadis itu dalam diam di pojokan.

"Gila ... penilaian gue buat nih cewek naik berkali-kali lipat," celetuk Elang pelan. Tanpa sadar menarik perhatian Diaz dan Bima. "Bukan cantik doang. Bodynya beuh ... sexy banget. Pasti enak-anjing!"

Komentar Elang terpotong umpatan saat tahu-tahu saya stick drum dan mic menghantam kepalanya kuat. Jelas Diaz dan Bima pelakunya.

"Jaga mulut lo," ucap Diaz tajam. Kembali memusatkan perhatian pada Ishana yang masih berlatih dengan earphone menyumpal telinganya.

Satu Alasan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang