Udah baca sejauh ini dan masih di-offline-kan? No vote, no comment. Kebangetan sih😢🥺
Padahal nulis itu susah loh. Kita bukan cuma modal kuota, tapi juga ide dan pikiran. Aku bahkan masih bertahan gak premium karena tahu gimana susahnya akan melanjutkan membaca cerita ini kalau tiba-tiba berbayar. Jadi, tolong apresiasi sedikiiiiiit saja usahaku dengan follow, vote & comment. Gak susah kan? Syukur-syukur kalian masukkan ke reading list juga😁Oke deh. Semoga kalian yang selama ini sudah supoort ceritaku dengan follow, vote & comment, sehat selalu dan dilancarkan rezekinya. Aamiin...
Happy reading chingu-yaa!🤗
"Hai, Na?"
Untuk beberapa saat, Ishana hanya terpaku menerima sapaan itu. Senyuman yang biasanya mudah ia tampilkan pada cowok di hadapannya ini seketika terasa sulit ia berikan.
"Hai, Kak Bima."
Bima mengerutkan keningnya samar. Merasa aneh dengan cara Ishana memandanginya. Gadis itu nampak murung.
"Lo kenapa, Na?"
Ishana menggeleng. "Saya gak kenapa-napa kok, Kak."
"Beneran? Lo sama Diaz baik-baik aja, kan?"
Kali ini Ishana mengangguk. "Maaf, Kak. Saya lagi buru-buru." Ia berjalan melewati Bima. Namun baru saja beberapa langkah ia langsung berhenti dan berbalik. Membuat Bima yang semula akan pergi mengurungkan niatnya. Ia merasa Ishana ingin mengatakan sesuatu padanya.
Gadis itu mengamati Bima dengan seksama. Mulai dari mata, hidung, bibir, bahkan rambutnya yang agak ikal. Menyadari bahwa mereka memiliki kemiripan mencolok pada mata dan rambut seketika membuat sepasang mata gadis itu memanas. Tak pernah sekali pun ia membayangkan memiliki seseorang di dunia ini yang memiliki kesamaan genetik dengannya. Semua yang didengarnya kemarin malam rasanya masihlah seperti mimpi.
Apa benar Kak Bima adalah Kakakku?
Tanya itu tak tersampaikan lewat kata. Karena gadis itu terlanjur menjatuhkan air matanya dan berbalik pergi. Meninggalkan Bima yang diliputi kecemasan oleh perilaku tak biasa adiknya. Tanpa keduanya sadari, seseorang secara tak sengaja mengamati interaksi keduanya dari jarak tak terlihat.
Dengan perasaan mengganjal di hati, Diaz mengejar Ishana. Hatinya tak tenang melihat gadisnya menangis untuk lelaki lain. Begitu menemukan Ishana di ruang latihan Nomos Band, gadis itu menampilkan senyum terbaiknya untuk Diaz. Sayangnya senyuman itu tak lantas membuat rasa cemburu Diaz menguap.
"Udah bimbingannya? Aku bawa makan siang buat Kakak. Setelah ini aku harus langsung ke kelas. Makan siangnya dihabiskan ya," ujar gadis itu ringan. Seolah wajah sedih yang Diaz lihat beberapa saat lalu tak pernah ada.
Diaz mengambil langkah lebar untuk sampai ke hadapan Ishana. Cowok itu menatap Ishana langsung di mata. Katakanlah ia paranoid. Tapi ia harus memastikan bahwa binar di mata gadis itu tak pernah berubah untuknya.
Meskipun keheranan dengan aksi diam Diaz, Ishana tetap menampilkan senyumannya. Ia bahkan sengaja ingin membuat Diaz terkejut dengan tiba-tiba berjinjit untuk mengecup pipi kanan cowok itu. Dan usahanya berhasil! Meskipun hanya beberapa saat, sepasang mata Diaz yang menatapnya tajam berubah membulat.
Ishana yang salah tingkah pun berjalan cepat melewati Diaz. Namun, belum gadis itu sampai di pintu, Diaz rupanya sudah terlebih dulu menarik Ishana agar berbalik kembali menghadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Alasan Untukmu
ChickLitDi mata semua orang, Ishana Naladipha adalah cewek cantik, cerdas, aktif dan mandiri. Tidak heran jika secara tidak resmi ia dipredikati sebagai salah satu mahasiswi tercantik di Fakultas Seni oleh para mahasiswa. Tidak akan ada yang lolos dari peso...