8. Siapa yang Uring-uringan?!

473 40 0
                                    

Kerja part time yang Ishana maksud sebenarnya adalah mengajar adik tingkatnya secara privat.

Ascarya, adik tingkatnya yang masih berada di semester satu itu berani membayar Ishana asalkan ia mau mengajari materi-materi perkuliahan di semester atas. Mahasiswa satu itu memang nampak ambisius sejak awal. Cita-citanya adalah melestarikan sanggar tari milik keluarganya yang sudah terkenal dan memiliki banyak cabang di Bali. Tidak heran cowok berdarah Bali itu selalu ingin unggul dari teman-temannya.

"Ada yang perlu ditanyakan lagi gak, Ar?" tanya Ishana setelah menjelaskan beberapa materi dan memberikan beberapa diktatnya pada Ascarya.

Ascarya membuka halaman demi halaman seraya menggeleng. Cowok itu kemudian mengangkat pandangannya pada Ishana. "Gak salah saya jadiin Kakak sebagai tutor. Ini catatannya lengkap banget. Beneran gak apa-apa saya pinjam?"

Ishana mengangguk singkat dengan senyum tipis. "Asal jangan hilang aja."

Keduanya berpisah tepat saat jam menunjukkan pukul 14.45 WIB. Ishana tidak ada kelas lagi setelah ini. Selain nanti malam bekerja di club mulai dari jam 21.00 - 01.00 WIB sebenarnya Ishana tidak ada kegiatan lagi. Dan ia sudah tidak aktif lagi dalam organisasi kampus belakangan ini. Jadi, gadis itu memutuskan untuk pulang lebih awal. Dia bisa menggunakan waktu yang ada untuk sedikit beristirahat dan memutar otak bagaimana caranya untuk mendapatkan dengan cepat agar bisa segera melunasi hutangnya pada Diaz. Sepertinya sesampainya di kostan nanti, Ishana akan berselancar lagi di Web MyPartTime.com.

"Kita pulang cepet hari ini, Jac. Mumpung aku belum nemu kerjaan part time baru lagi." Ishana bermonolog begitu berjalan mendekati scoopy kesayangannya di lantai dua. Saty-satunya keuntungan membuatkan bekal makan untuk Diaz rupanya adalah membuat Ishana datang lebih pagi lagi dari biasanya ke kampus. Sampai-sampai bisa parkir di lantai primadona gedung parkir kampusnya.

Kening gadis itu berkerut samar saat menemukan paper bag yang nampak familiar tergantung begitu saja di stang motornya. Ishana meraih paper bag itu dan menimbang isinya.

Kosong?

Sedikit penasaran, ia mengeluarkan kotak makan di dalamnya dan mendapati kotak itu kosong licin tak bersisa. Dan kalau saja ia tidak mengeluarkan kotak itu dari paper bag, Ishana tidak akan menemukan sebuah sticky note tertempel pada bawah kotak bekal berwarna Pink itu.

Enak. Tapi kurang banyak. Besok buatkan lagi.

-Pacar kesayangan-

Ishana tidak bisa tidak tersenyum membaca tulisan itu. Tidak heran kalau banyak gadis yang patah hati setelah putus dari Diaz. Ternyata meskipun brengsek, cowok itu bisa bersikap semanis ini.

Entah ini perlu atau tidak, Ishana mengirimkan pesan singkat pada Diaz. Untuk membalas pesan cowok itu pada sticky note.

Setelah itu, Ishana memasukkan kembali kotak makan itu ke dalam paper bag dan mulai mengendarai motornya keluar dari area kampus.

****

Ishana
Oke

Sudah? Tidak ada lagi? Sudah lebih dari dua menit Diaz memelototi pesan dari Ishana. Terlalu lama sebenarnya hanya untuk satu kata terdiri dari tiga huruf itu. Namun bukan membaca lah yang membuat Diaz heran. Tapi jumlah kata balasan Ishana yang membuatnya tak suka.

Ini cewek bener-bener gak ada romantis-romantisnya! Kesal Diaz dalam hati. Padahal Diaz dengan manisnya menuliskan tujuh kata untuk gadis itu. Belum ditambah nama pengirimnya. Bahkan ia melakukannya dengan tulis tangan. Catat itu. Tulis tangan!

Dengan gusar, Diaz melempar ponselnya ke atas meja apartemennya. Cukup keras hingga Elang dan Bima yang tengah ada di sana menoleh heran pada cowok itu.

Satu Alasan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang