Setelah pergi dari hadapan Diaz, Ishana kembali berjalan gontai memasuki rumah sakit. Menapaki satu persatu tangga hingga sampai di lantai dua. Sengaja Ishana tidak menggunakan fasilitas lift. Ia butuh waktu untuk menguatkan diri melihat kembali kondisi adik-adik pantinya yang kini masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Sesampainya di bangsal umum nomor 12, gadis itu semakin melambatkan langkahnya menuju kasur di ujung ruangan yang paling dekat dengan jendela kamar.
"Na?" panggil Bu Laila lemah mendapati Ishana masih berada di rumah sakit dan bukannya pulang ke kostan. "Kamu belum pulang?"
Ishana menggeleng pelan. "Gimana Nana bisa pulang, Bu? Gio bahkan belum siuman sejak tadi. Nana gak akan tenang."
"Dia akan baik-baik saja, Na."
Ishana mengalihkan pandangannya pada Gio yang masih menutup matanya. Luka bakar yang cukup besar akibat ledakan gas LPG tadi sore lagi-lagi membuat mata gadis itu digenangi air mata. Gio baru berusia enam tahun. Bagaimana ia sanggup menahan rasa sakitnya saat siuman nanti? Bocah kecil itu pasti akan menangis kesakitan untuk waktu yang lama.
Kini pandangan Ishana beralih pada Kevin yang tidur tepat di ranjang samping, bersebelahan dengan ranjang Gio. Luka bakar yang dialami Kevin pun sama parahnya. Remaja SMA itu sengaja ditidurkan secara menyamping karena luka bakarnya terletak pada punggung atas hingga belikatnya. Adik asuh yang sering menggombalinya itu kini bahkan enggan bicara padanya. Masih merasa bersalah karena merasa menjadi penyebab ledakan gas.
Ishana menghela napas dan menduduki kursi yang menghadap ranjang Kevin. Tangannya terulur menghapus air mata yang terus saja mengalir membasahi pipi remaja itu meskipun kelopak matanya tertutup rapat.
"Berhenti menyalahkan diri sendiri, Vin. Ini semua udah takdir Tuhan. Bukan salah siapa-siapa." ucap gadis itu lembut. Namun Kevin menggeleng.
"Kalau aja aku benar pasang gasnya, tabungnya gak akan bocor. Gio gak akan celaka. Semuanya salah aku, Kak," ujar remaja itu diselingi isak tangis.
"Sekarang kita harus gimana, Kak? Biaya pengobatannya pasti mahal. Belum lagi untuk perbaiki dapur yang hancur karena ledakan tadi." lanjut Kevin seraya menarik kedua kakinya menjadi meringkuk di atas kasur. "Semuanya salah aku, Kak ..."
"Ssst ... dibilang kamu gak salah juga." Ishana lagi-lagi mengusap air mata di pipi Kevin. Kali ini remaja itu membuka matanya dengan sorot penuh penyesalan.
Ishana mengusap sisa-sisa basah di sudut matanya dan memberikan senyum menenangkan pada Kevin. "Kamu kayak gak tahu aku aja. Asalkan aku pakai ini," Ishana menunjuk pelipisnya. "Masalah seberat apapun pasti bisa teratasi."
"Tapi biayanya-"
"Kakak punya solusinya. Pokoknya kamu hanya perlu fokus sama kesembuhan kamu. Biar Kakak yang bayar biaya berobatnya." Potong Ishana cepat.
"Na ...," Ishana kini beralih menatap Bu Laila. Masih dengan senyum menenangkan yang sama. "Ibu tenang aja. Pasti ada jalan keluarnya. Ibu tahu sendiri Nana jago cari uang."
Wanita paruh baya itu menghela napas berat. Gadis yang diasuhnya sejak masih bayi merah itu memang keras kepala dan selalu optimis akan segala hal. Tapi, bagaimana caranya mendapatkan uang sebesar 20 juta dalam waktu dekat. Sepandai apapun Ishana mencari uang dan bekerja paruh waktu, nominalnya terlalu besar. Laila hanya tidak ingin Ishana menyusahkan dirinya sendiri untuk menanggung semua biaya pengobatan.
"Ibu akan jual apapun yang bisa dijual."
"Memangnya apa yang bisa dijual, Bu? Ranjang, lemari, perabot, semua yang ada di dalam panti kalaupun dijual, kita hanya akan mendapatkan sedikit. Sayang juga perabotnya. Masih kuat untuk beberapa tahun ke depan tapi dihargai murah." Ishana berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Bu Laila yang siap untuk menangis lagi. Gadis itu bergerak memeluk Ibu asuhnya dan mengusap punggung wanita itu lembut. "Ishana punya cara, Bu. Ibu yang tenang ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Alasan Untukmu
ChickLitDi mata semua orang, Ishana Naladipha adalah cewek cantik, cerdas, aktif dan mandiri. Tidak heran jika secara tidak resmi ia dipredikati sebagai salah satu mahasiswi tercantik di Fakultas Seni oleh para mahasiswa. Tidak akan ada yang lolos dari peso...