Selalu seperti ini. Hampa dan sedih. Dua rasa yang selalu Ishana rasakan di hari ulang tahunnya. Entah apa alasannya. Mungkin karena pada hari itu pula ia diingatkan bahwa kehadirannya di dunia tak diharapkan siapa pun. Meskipun ia sendiri tidak tahu tanggal lahirnya sungguhan atau hasil rekayasa Bu Laila untuk administrasinya di panti dulu.
Ishana tak ingin siapa pun menyadari suasana hatinya hari ini. Jadi, sejak pagi sekali ia sudah keluar dari apartemen Diaz. Tidak juga pergi ke panti karena Bu Laila dan Bu Sri sudah mengetahui kebiasaannya ini.
Jadi, sejak pagi ia hanya berkeliling tidak jelas dengan sepeda motornya. Mengabaikan notifikasi telpon dan pesan dari siapa pun, terutama Diaz.
Hingga akhirnya ia lelah sendiri, barulah Ishana mengistirahatkan dirinya di Kedai Ice cream pinggir jalan seraya menikmati pesanannya dalam diam.
Hingga seseorang menutup kedua matanya dari belakang dan mengejutkan gadis itu.
"Tebak siapa?"
"Kak Bima." Bagaimana mungkin Ishana tidak mengenali suara ini.
Setelah mendesah kecewa, barulah Bima melepas penglihatan Ishana dan beralih duduk di samping gadis itu.
"Di hari istimewa gini kenapa malah nongkrong sendirian sih?"
"Hari ... istimewa?" Ishana menatap Bima dengan kening berkerut. Jangan-jangan dia juga tahu kalau hari ini...
"Iya istimewa. Hari ini kan hari ulang tahun lo." Sontak saja Ishana tersenyum masam.
"Kak Bima tahu dari mana? Kak Diaz aja sengaja gak aku kasih tahu."
"Menurut lo, kira-kira dari mana gue tahu?" Cowok itu malah bertanya balik seraya menaruh sebuah kado di atas meja sementara senyum Ishana kian masam begitu menerka-nerka dari mana Bima tahu tanggal ultahnya.
"Memangnya Kakak bisa sebebas itu lihat data diri para penerima beasiswa ya?" Ishana meraih kado tersebut tanpa minat. Namun, kedua matanya membulat seketika kala melihat siapa nama pengirimnya.
"Ini beneran dari Pak Hardian?! Ya ampuuun... aku jadi malu. Padahal Kak Bima gak usah kasih tahu Pak Hardian jugaaa." Ishana menimang-nimang hadiah itu dengan senyum tipis yang kali ini benar-benar tulus.
"Buka dong."
Ishana membuka pembangkus kadonya dengan hati-hati dan seketika takjub mendapati isinya merupakan kamera polaroid lucu berwarna biru.
"Wah ... ini apa gak kemahalan? Si Jack aja kayaknya lebih murah dari ini deh."
Gak ada yang terlalu mahal buat kamu, Dek. Batin Bima.
"Sini. Aku ambil foto kamu. Sebagai ucapan terima kasih, Kakek cuma butuh senyum kamu aja pas nerima hadiah ini."
Bima mengambil alih kamera di tangan Ishana dan mengisi kertas foto ke dalamnya. Kemudian mengarahkan fokusnya pada Ishana yang nampak agak kikuk.
"Itu senyum namanya?" Ledek Bima. Seketika Ishana merengut.
"Aku gak biasa foto sendirian. Kak Bima temenin sini."
Akhirnya mereka berfoto bersama. Bima menatap puas foto hasil jepretannya.
"Yuk!" Cowok itu berdiri dan menarik sebelah tangan Ishana.
"Kemana?"
"Hadiah dari gue kan belum."
"Hah?"
Ada lagi?
****
"Kak Bima yakin ingin main di sini?"
Ishana mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Menjelajah seluruh wahana dan sarana yang tertangkap mata dari taman bermain Indoor terbesar di Bandung yang mereka datangi. Gadis itu melirik beberapa keluarga juga pasangan yang datang meramaikan tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Alasan Untukmu
ChickLitDi mata semua orang, Ishana Naladipha adalah cewek cantik, cerdas, aktif dan mandiri. Tidak heran jika secara tidak resmi ia dipredikati sebagai salah satu mahasiswi tercantik di Fakultas Seni oleh para mahasiswa. Tidak akan ada yang lolos dari peso...