"Diaz Zachary Ditolak Ishana Naladhipa. LAGI!"
Berita picisan tersebut langsung mengudara di Cakrabuana University lewat line grup, telegram, bahkan siaran Whatsapp. Untunglah pihak kampus sudah tidak mau kecolongan lagi membiarkan CakDay menjadi sumber gosip tak bermutu kampus.
Kini gelar cassanova Diaz seolah sirna seiring bertambahnya mahasiswa yang mengakui betapa kerennya Ishana karena cewek itu selain bisa mencampakkan Diaz, tapi juga menolak keras untuk balikan!
Ishana yang sedikit merasa bersalah membuat Diaz kehilangan pamor di kalangan para cewek berusaha mengalihkan pikirannya dengan menerima ajakan Anjar-cowok BEM rekomendasi Bima minggu lalu- untuk jalan berdua di hari minggu. Tentu ajakan jalan itu bisa diiyakan setelah Bima memberikan wejangan yang berisi 20% dukungan, 50% aturan dan 30% ancaman jika Ishana tidak sampai di rumah begitu jam 9 malam.
"Kakak kamu protektif banget ya. Padahal dia yang lebih dulu saranin aku kenalan sama kamu."
Ishana hanya bisa tersenyum setengah meringis mendengarnya. "Sorry ya. Dia emang agak aneh kadang-kadang. Tapi dia baik kok."
"Iya aku tahu. Dia Kakak kelas aku sewaktu SMA dulu. Jadi harusnya gak terlalu heran sama kelakuannya. Tapi ternyata dia begini banget ya kalau punya adik perempuan."
"Eh tunggu. Dia kakak kelas kamu?"
Anjar tersenyum mengiyakan keterkejutan Ishana. "Dia pernah cerita gak kalau dulunya dia itu ketua OSIS dan aku sekretarisnya."
"Ya ampun... si playboy itu dulunya ketua OSIS?!"
Ishana tertawa tak percaya. Dan mengalirlah kisah tentang Bima sewaktu SMA. Cerita yang rupanya berhasil membuat Ishana dan Anjar merasa bahwa perjalanan selama 30 menit tidaklah terasa saking asiknya mengobrol.
Ishana pada dasarnya memang mudah bergaul. Jadi, tidak sulit baginya untuk memulai obrolan dengan Anjar. Ia bahkan berhasil melupakan Diaz karena Anjar rupanya punya banyak kisah pengalaman menarik selama ia menjadi anggota BEM.
"Eh kamu tahu gak film horor yang rilis minggu lalu. Apa sih judulnya? Kutukan ... Ananta kalau gak salah."
Ishana nampak berpikir. Ia penyuka segala genre film. Tapi tidak dengan horor. Meskipun ia bukan penakut, ia hanya tidak suka dengan jump scarenya.
"Kamu ... mau nonton film hantu itu?"
"Yah ... kalau kamu mau aja sih. Kalau kamu takut, kita ganti agenda aja. Lagian setahu aku filmnya lumayan panjang. Bisa-bisa Kak Bima gantung aku kalau kamu belum sampai di rumah jam 9 malam."
Ishana tersenyum masam sesaat. Namun melihat keantusiasan Anjar, ia jadi tak tega.
"Dia gak akan bisa gantung kamu. Tenang aja."
Ishana langsung menelepon Bima yang langsung menjawab di dering kedua.
"Cepet banget angkat teleponnya." Ishana terkekeh..
"Ya gue kan siaga. Ada apa? Dia gak aneh-aneh sama lo kan? Perlu gue jemput? Di mana?"
Ishana memutar bola matanya malas. Tidak menyangka reaksi Bima akan selebay ini. "Enggak. Aku cuma mau bilang kalau kami mau nonton film dulu. Jadi kemungkinan sampai di rumah jam 10an."
"Gak ada! Ngapain aja pulang jam 10 malam?! Dia yang ngide ya? Buruan kasih teleponnya ke Anjar!"
Ishana menghela napas keras. "Aku yang mau nonton. Jadi jangan macam-macam sama dia, okay?"
Ishana langsung memutus sambungan dan berdiri dari duduknya. Membuat Anjar yang sedari tadi mendengarkan nampak ragu. "Beneran boleh?"
Ishana mengangguk dengan senyuman. "Yuk!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Alasan Untukmu
ChickLitDi mata semua orang, Ishana Naladipha adalah cewek cantik, cerdas, aktif dan mandiri. Tidak heran jika secara tidak resmi ia dipredikati sebagai salah satu mahasiswi tercantik di Fakultas Seni oleh para mahasiswa. Tidak akan ada yang lolos dari peso...