12. Terjawab Sudah

439 44 2
                                    

"Masih ingat perkataanku kemarin? Aku akan jaga kamu seperti seorang ayah menjaga putrinya. Aku gak pernah main-main sama ucapanku, Na."

"Aku gak mau kemandirianmu ini menghilangkan sisi lembutmu sebagai seorang wanita. Ada yang bilang, gadis yang terlalu mandiri akan lupa caranya meminta untuk dimanja dan diperhatikan.  Aku gak mau kamu begitu di masa mendatang,"

"Untuk apa bingung? Sejak awal semuanya sudah jelas. Kita ini pacaran, Na."

Bohong besar kalau apa yang Diaz ucapkan tidak berdampak sama sekali pada Ishana. Sekuat apapun Ishana berusaha melupakan, kalimat itu terus saja mengusiknya. Membuatnya kesulitan fokus seharian ini.

Tadi Brian bahkan menegurnya karena Ishana malah mengangkat nampan kosong dengan tatapan kosong sementara nampan yang sudah diisi minuman malah dibiarkan di atas meja.

Ishana menghembuskan napas kuat dan menggelengkan kepalanya pelan.

Fokus, Na! Batin gadis itu jengah.

"Kenapa sih, cantik? Lagi banyak pikiran ya?"

Ishana berjengit saat salah seorang pelanggan memegang telapak tangannya. Menghentikan kegiatannya yang tengah menata minuman dan cemilan di atas meja.

"S-saya gak kenapa-napa." Jawab Ishana terbata. Ia berusaha menarik tangannya. Tapi tak bisa. Om-om itu mencekal tangannya kuat.

"Pak, tolong lepaskan tangan saya," pinta Ishana sopan seraya menegakkan tubuhnya. Kali ini benar-benar menggunakan tenaga untuk menarik tangannya hingga terlepas.

"Duh, kuat juga ya kamu." Kekeh Om-om itu dengan nada genit.

Ishana berjalan mundur saat pria itu malah ikut berdiri dari duduknya.  Sementara dua teman lainnya yang sudah diapit wanita penghibur malah nampak menikmati tontonan di hadapan mereka.

"Malam ini, temani aku ya? Aku kasih bayaran mahal deh. Lebih dari mereka." Dengan senyum menjijikkan, pria itu memberi penawaran dan melirik dua wanita penghibur yang dipesan teman-temannya. Dua wanita itu sontak menatap sinis pada Ishana. Sebal karena mengira kalau Ishana sedang jual mahal.

"Maaf, Pak. Tapi saya bukan wanita penghibur. Saya pelayan di sini." Meskipun merasa direndahkan, gadis itu masih berusaha menjaga intonasi suaranya tetap tenang. Mati-matian menahan bentakan dan makian yang ingin sekali ia lontarkan pada Om-Om mata keranjang di hadapannya.

"Alaah ... jual mahal ya kamu? Saya bisa bayar mahal!" Ishana mulai curiga kalau pria di hadapannya ini setengah mabuk.

"Bapak bisa cari perempuan lain. Saya bukan wanita penghibur di sini!"

Tak disangka, laki-laki itu malah merasa tersinggung ditolak oleh Ishana. Dengan paksa ia maju dan berusaha meraih tangan Ishana lagi. Namun, gadis itu buru-buru berlari menuju pintu keluar dan merogoh hp-nya. Langsung menelepon Brian dengan kedua tangan gemetar.

"Halo? Na?"

"Kak- Arkh!!"

Ponsel Ishana terjatuh ke lantai karena Om-om tadi menepis langsung dari tangan Ishana. Membuat gadis itu kian gemetar ketakutan.

"Na?! Kamu kenapa?! Ishana?!"

Brian yang panik mendengar jeritan Ishana berusaha untuk mendapatkan jawaban. Namun, si pemilik ponsel saat ini tengah bersusah payah mendorong pria yang berusaha memojokkannya di pintu.

"Kak Brian, tolong!"

****

Malam ini Night Sky nampak lebih ramai dari biasanya. Diaz bahkan harus memarkirkan mobilnya di halaman belakang  Night Sky karena area parkir untuk pengunjung sudah nyaris penuh. Ia malas mencari spot yang akan menyulitkannya keluar nanti.

Satu Alasan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang