34. Cinta dan Realita

324 23 3
                                    

Salah satu pantangan bagi seorang Diaz Zachary sang cassanova Universitas Cakrabuana adalah balikan lagi dengan mantan. Tapi, kali ini sang cassanova telah melanggar pantangannya. Ia telah takluk pada satu gadis yang berhasil memporak-porandakan hatinya. Ishana Naladhipa. Dan satu postingan instagram berupa foto dua tangan yang saling bergenggaman berhasil menggemparkan para mahasiswa Cakrabuana University. Mungkin hanya akan menjadi misteri dan spekulasi lain kalau pemilik tangan itu tak dikenali. Sayangnya Diaz tidak ingin orang-orang berspekulasi dan mengarang gosip picisan lagi tentangnya yang gemar berganti pasangan. Jadi, ia menandai akun Ishana dalam postingannya dan membuat caption singkat di sana yang sukses membuat laman komentarnya dihujani ratusan komentar.

Hanya Kamu

Itulah yang Diaz ketik sebagai caption.

Elang yang melihat postingan itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Sementara kisah sahabatnya menunjukkan kemajuan pesat, kini ia justru hanya dapat melihat pujaan hatinya dari radius sepuluh meter. Tentu itu adalah keinginan Feby. Sebagai syarat jika cowok itu ingin melihatnya tanpa membuatnya lari terbirit-birit ketakutan. Seperti saat ini. Elang hanya bisa mengekori Feby yang berjalan beriringan bersama Ishana dari belakang. Tak peduli meskipun mahasiswa-mahasiswa lain yang dilewatinya berbisik-bisik. Sebenarnya sudah tiga hari ia bertahan layaknya penguntit. Dan itu sudah melampaui batas kesabarannya.

"Feb?"

Ishana langsung menghadang di depan saat Elang berjalan cepat melewati keduanya untuk sampai di hadapan Feby. Elang tak tahu akan begitu mengusiknya saat melihat bagaimana sorot cemas Feby saat melihatnya dari jarak sedekat ini. Apa ia sudah membuat gadis itu begitu ketakutan dan terganggu selama ini dengan sikapnya?

Di tengah suasana yang terasa menegangkan, Ishana tiba-tiba merasakan seseorang menggenggam tangannya. Saat ia menoleh, Diaz sudah ada di sampingnya dengan senyum tipis. Ishana tahu kedatangan cowok itu bukanlah tanpa sebab. Pasti Elang yang memintanya.

"Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri," ucap Diaz seraya menarik pelan tangan dalam genggamannya itu sehingga Ishana tak lagi menjadi tempat Feby untuk bersembunyi.

"Gak mungkin selamanya begini terus. Teman kamu juga harus jujur soal perasaannya," lanjut Diaz.

Tak ada yang dapat Ishana lakukan selain menurut untuk dibawa pergi. Tinggallah Feby yang hanya bisa menunduk serba salah. Ia hanya bisa menghela napas saat Elang menarik tangannya menjauh dari area halaman fakultas Seni. Hubungan mereka bukanlah konsumsi publik, pikir cowok itu. Dibawanya Feby menuju halaman Fakuktas Ekonomi tempat mobil Elang terparkir.

"Kita mau ke mana?"

Feby menahan langkahnya saat Elang menuntunnya menuju samping pintu penumpang.

"Ke tempat di mana kita bisa ngobrol berdua tanpa ada orang yang bisa ikut campur," jawab Elang tenang.

Untuk beberapa saat Feby nampak ragu. Namun akhirnya ia membuka pintu penumpang dan duduk di samping kursi pengemudi dengan tenang. Elang membawa mobilnya ke jalanan yang sepi dan rimbun oleh pepohonan di kedua sisinya.

"Ke mana aja kamu selama seminggu ini?" Tanya Elang membuka pembicaraan.

"Saya ..."

"Aku cari kamu ke mana-mana. Aku bahkan cari kamu sampai ke Solo. Tapi kamu gak ada di saja," sela Elang. Feby nyaris berdecak kesal saat cowok itu menyelanya.

"Saya di Bandung. Di rumah Kak Fanka."

Meskipun terkejut dan agak kesal karena Feby rupanya tidak pergi sejauh itu, Elang hanya menoleh dengan helaan napas. Seharusnya ia bersyukur Feby tidak pergi terlalu jauh darinya bukan?

Satu Alasan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang