Aku tidak tahu apa maksud Diva berjalan menuju ke arahku tapi kemudian dia berbelok arah. Tatapan matanya seolah ingin menunjukkan kalau dia berada di atasku. Apa dia cemburu karena aku keluar dari mobil pacarnya?
"Sudahlah jangan meladeni wanita jadi-jadian itu?" Nina berkata dengan nada suara yang seperti biasa cukup menjengkelkan bagi orang yang tidak mengenalnya.
"Kalau dilihat-lihat dari garis wajahnya sih Pak Leo itu sebenarnya tidak cocok dengan Diva." Dia mulai sok menjadi cenayang.
"Hahaha." Aku terbahak mendengar ramalannya yang sok tahu soal garis wajah seseorang.
Nina tampak tersinggung. "Diva itu cemburuan, kekanak-kanakkan dan egois. Tidak cocok bersanding dengan pria seperti Leo yang karakternya juga tidak jauh berbeda dari Diva. Dan lagi, seorang istri pimpinan itu mestinya yang elegan. Cantiknya itu classy. Bukan hanya cantik dan elegan tapi juga smart. Karena wanita itu berperan penting untuk kemajuan prianya." Nina sok bijak dan penuh dengan judgement. Tapi, aku suka dia yang ceplas-ceplos dan suka menabrak aturan tanpa takut dipecat Leo karena membicarakan kekasih Leo tanpa sensor.
"Aku sebenarnya tidak suka menanyakan soal ini sama kamu, Riss." Perkataannya membuatku penasaran.
"Soal apa?"
"Soal pacar. Kamu tidak punya pacar? Teman dekat pria yang spesial begitu?" Dia tampak penasaran.
Aku menggeleng.
"Divisi pemasaran katanya ada yang naksir kamu."
"Aku tidak suka orangnya."
"Ya, dicoba dulu dong kali saja suka."
"Kalau aku bilang tidak suka aku tidak akan suka, Nin." Aku ingat pria dari divisi pemasaran itu. Dia sangat pintar ngomong dan memang cocok berada di divisi pemasaran. Dia juga cukup humoris. Tapi, aku tidak menyukainya baik secara fisik atau karakternya. Jadi, aku memilih untuk menjauh darinya. Agar dia tidak berharap lebih padaku.
"Tapi dia ganteng, loh. Nanti kamu menyesal."
"Hahaha. Kamu naksir?"
"Ih, apa-an sih? Eh, hari ini katanya ada kunjungan Pak Adam."
"Oh ya? Kata siapa? Kok tidak ada pemberitahuan apa-apa."
"Kamu yang tidak update kali, Riss." Nina tersenyum sendiri.
"Kenpa Nin? Kamu kalau senyam-senyum begitu kaya orang gila."
"Aku sedang membayangkan kalau Pak Ada, datang dan memergoki putra kesayangannya sedang 'ekhem' dengan Diva di ruangan kerjanya. Seru kali ya."
"Jangan berpikir yang aneh-aneh." Komentarku. Tapi, Nina malah makin tersenyum lebar.
***
Author Pov
Diva menyesap kopi dingin dari gelas plastik sembari menatap Leo yang fokus pada layar laptopnya. Kehadiran Diva membuanya sulit berkonsentrasi, jalan satu-satunya untuk membuat Diva pergi dari ruangannya adalah memberikan kartu kredit platinum dan menyuruhnya belanja. Tapi, Leo mulai berpikir kalau dia terlalu memanjakan Diva. Terlalu berlebihan.
Dia ingin mengurangi memanjakan Diva karena Leo lebih takut kehilangan hartanya dibandingkan dengan kehilangan Diva. Dia tidak ingin Erick menguasai kekayaan orang tuanya. Tentu saja dia akan berusaha mati-matian untuk mempertahankan kekayaannya agar tetap berada di dalam genggamannya. Meskipun dia harus kehilang wanita kesayangannya yang tidak bisa apa-apa itu selain menghabiskan uangnya.
"Sayang..." Diva berdiri di belakang Erick dan melingkarkan tangannya di bahu Erick.
"Ya, sayang."
"Aku melihat Rissa di kantin tadi."
"Oh ya?"
"Ya, dia terus menatapku. Aku merasa terganggu dengan tatapannya." Fakta yang sebenarnya adalah Divalah yang terus menerus menatap Rissa. Memperhatikan Rissa makan dan mengomentari penampilan Rissa dalam hati lalu membandingkan dirinya dengan Rissa. Dan merasa kalau dia lebih cantik dari Rissa sehingga Leo tidak mungkin jatuh cinta pada Rissa.
"Rasanya aneh kalau aku cemburu padanya."
Leo membelai lembut pergelangan tangan Diva. "Dia tidak ada apa-apanya denganmu, sayang. Please, jangan cemburu pada wanita yang jauh berada di bawahmu." Kata Leo seolah Diva adalah wanita keturunan dewi kayangan yang terlalu cantik untuk menjadi manusia di bumi.
"I love you." Leo mengecup tangan Diva yang berada di bahunya. Dia berdiri dan berhadap-hadapan dengan Diva. Mereka saling menatap untuk beberapa saat sebelum Leo memagut bibir Diva.
Kedua tangan Diva melingkar di atas bahu Leo. Mereka saling menikmati ciuman yang mereka ciptakan. Jumpsuit tanpa lengan itu terjatuh menyisakan pakaian dalam Diva. Sedangkan seluruh kancing kemeja Leo terlepas.
Leo mengangkat Diva di atas mejanya setelah memindahkan laptopnya ke samping kanan meja. Diva melepas branya dan melemparkannya begitu saja di bawah meja. Kini mereka lebih mirip sebagai hewan dibandingkan manusia karena tidak tahu tempat yang fungsinya untuk bekerja dan tempat yang fungsinya untuk bercinta.
Leo mencumbu dada Diva.
Sial, tepat pada saat itu Adam datang dan membuka pintu ruangan kerja Leo ditemani Erick.
Leo tercengang. Diva yang hanya menyisakan celana dalamnya duduk di atas meja kerja Leo sama tercengangnya dengan Leo. Degup jantung mereka seolah berhenti berdetak. Leo mendapat masalah besar. Sangat besar. Kebodohannya ditonton oleh ayah dan adiknya sendiri.
***
Aduh gimana nih gawat!
Yang mau double update boleh tinggalkan komentarnya ^^
70+ komentar malam ini aku update lagi gaes ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage (21+)
Romance"Enam bulan menjadi suamimu, dan aku menyesali pernikahan konyol ini." "Kamu menyesal karena kebingungan Diva mendesakmu untuk menikahinya kan?" Kali ini aku tersenyum lebar. "Aku khawatir..." Aku memasang ekspresi cemas yang dibuat-buat. "Jangan...