Diva dibuat rungsing dengan kehadiran Joe yang terus-terusan memerasnya. Dia menemui Erick di apartemennya. Dia meminta bantuan Erick karena hanya Erick yang bisa menghentikan Joe. Erick mengenal Joe dan begitu pun sebaliknya.
"Aku tidak tahu harus minta bantuan siapa lagi, Rick!" Kata Diva dengan frustrasi. "Dia memerasku."
"Jujur saja pada Leo, dia tidak akan mempermasalahkan kebohonganmu."
"Jujur kalau aku anak dari orang miskin?!"
Erick terdiam sejenak. "Bukankah apa yang kamu lakukan pada Leo juga sudah menandakan kemiskinan kamu."
Dahi Diva mengernyit. "Maksudmu?"
"Kamu bermental pengemis dengan meminta-minta segala-galanya pada Leo. Sama saja dengan miskin kan? Apa bedanya?"
"Aku ke sini bukan untuk mendengarkan ceramahmu." Katanya tajam.
"Oke, pergilah."
"Rick..." Diva memasang wajah memelasnya.
"Tidak, Div, aku tidak bisa bantu apa-apa."
Diva keluar dari apartemen dengan wajah kesal. Dia benci Erick yang dingin dan sama sekali tidak mau membantunya. Jujur pada Leo tentang siapa dirinya dan orang tuanya sama saja dengan menjatuhkan harga dirinya sendiri.
***
"Hai, mata-mata."
Nina mendadak panik mendengar sapaan Rissa. matanya memandang kesana-kemari. "Jangan panggil aku begitu di sini, Riss."
Rissa tersenyum kecil. "Kenapa? Takut ya?" Bukannya berhenti menggoda Nina, Rissa malah ketagihan melihat wajah panik Nina.
"Aku lakban mulutmu ya." Ancamnya dengan mata memelotot.
"Nih, lakban!" Rissa menyodorkan bibirnya pada Nina kemudian dia cekikikan.
"Malah nantangin." Nina makin melotot di balik kacamatanya.
Rissa berbisik pada Nina, "Kamu bakal bilang Pak Adam soal kedatangan Diva?"
Nina mengangguk. "Aku akan cerita sedetail mungkin. Kenapa?"
Rissa menggeleng. "Lanjutkan saja pekerjaanmu. Aku menyesal berteman dengan mata-mata." Rissa melipat kedua tangannya di atas perut.
"Usttt!" Nina yang kelewat sebal pada Rissa menutup mulut temannya itu. "Aku bilang jangan bilang begitu di sini."
Rissa menarik telapak tangan Nina yang bau balsem. "Tambahan dong bilang sama Pak Adam kalau..." Rissa menggantungkan kalimatnya. Dia berbisik pada Nina. "Aku cemburu dan marah saat Diva datang."
Nina syok mendengar bisikan Rissa. "Yang bener, Riss?"
"Anggap saja aku sedang balas dendam sama Leo."
"Kekekekkekkk!" Nina terkekeh. "Balas dendam apa emang cemburu?" Goda Nina.
"Leo bukan seleraku, Nin. Aku kesal saja dia ngomong seolah tugasku hanya membuat bayi untuknya saja. Aku ingin balas dendam sama dia."
"Banyak loh kisah cinta yang berawal dari benci."
Rissa tersenyum miring. "Hal itu tidak akan terjadi untuk kisah cintaku."
***
Diva mendengar ponselnya berdering saat dia sedang berada di tubuh kekar Leo. wajahnya mulai panik. Dia tidak menikmati permainan agresif Leo dan cenderung kaku hingga Leo menarik diri. "Kenapa?" tanyanya.
"Aku angkat telepon dulu." Diva mengambil ponsel di atas nakas dengan tubuh masih telanjang.
"Ya, aku akan transfer sebentar lagi." Katanya dengan nada kesal. Lalu dia mematikan teleponnya secara sepihak.
Leo menatap curiga Diva. "Dari siapa?"
"Online shop, sayang." Dia kembali mendekati Leo dan percintaan itu berjalan kembali. Leo tidak pernah mengenakan pengaman saat bergumul dengan Diva.
Hal itu akan membuat hidupnya semakin rumit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage (21+)
Romance"Enam bulan menjadi suamimu, dan aku menyesali pernikahan konyol ini." "Kamu menyesal karena kebingungan Diva mendesakmu untuk menikahinya kan?" Kali ini aku tersenyum lebar. "Aku khawatir..." Aku memasang ekspresi cemas yang dibuat-buat. "Jangan...