Secret Marriage - BAB 21

939 161 25
                                    

Sonya melihat-lihat album foto masa kecil anak-anaknya. Leo dan Erick memang jarang akur sewaktu kecil. Tapi mungkin Leo dan Erick juga lupa kalau mereka pernah saling berkomplotan membohongi Sonya dan Adam hanya agar bisa menonton konser penyanyi favorit mereka saat usia mereka menginjak remaja.

Entah Erick sadar atau tidak sadar telah menyakiti hati Sonya karena ucapannya. Adam dan Sonya memilih Leo untuk menikah dengan Rissa karena Leo adalah anak pertama dan Leo sendiri yang meminta agar kedua orang tuanya menikahkannya dengan Rissa. Meskipun, Erick lahir bukan dari rahimnya tapi Sonya sangat menyayangi Erick seperti dia menyayangi Leo dan Clara.

"Anak-anak sudah tumbuh dewasa." Adam berkata sambil mendekat.

Sonya mengangkat wajah dan tersenyum pada Adam yang berdiri di depannya.

"Terima kasih sudah membesarkan Erick seperti anakmu sendiri." Ucap Adam tulus.

"Aku tidak pernah membenci Erick, aku hanya terlalu menyayangi anak itu hingga aku lupa kalau dia tahu siapa ibu kandungnya. Aku memang bukan ibu kandungnya tapi harusnya dia tahu kalau aku sangat menyayanginya." Mata Sonya basah. Dia menangis di bahu suaminya.

"Erick sedang emosi, Sayang. Dia tidak sadar kalau dia telah menyakiti ibu yang membesarkannya. Dia terlalu mencintai Rissa. Hanya saja kita baru menyadarinya sekarang. Kita terlambat mengetahui hal ini."

"Kita orang tua yang bodoh."

Sonya menangis tersedu-sedu. Dia terlalu terburu-buru menikahkan Leo dan Rissa.

Clara tak sengaja melihat ibunya menangis di bahu ayahnya. Bahkan dia sendiri tidak tahu kalau Erick bukan anak kandung ibunya. Dia baru tahu malam ini saat mereka selesai menyantap makan malam.

***

Rissa terkejut saat masuk ke apartemennya dan melihat Erick duduk di sofa. Pria itu menatapnya dan dengan tenang tersenyum padanya. "Maaf, aku tidak memberitahumu soal ini."

Rissa duduk di samping Erick. Dia menghela napas perlahan.

Hening.

Rissa tahu kalau perasaan Erick saat ini tidak baik-baik saja. Dia ingin mengatakan sesuatu yang bisa membuat Erick merasa lebih baik tapi bibirnya keluh. Dadanya masih berdegup kencang karena Leo. Tatapan mata pria itu dari mata ke bibirnya membuat Rissa tak henti-hentinya memikirkan Leo.

Erick menyentuh punggung tangan Rissa lembut hingga refleks Rissa menoleh cepat padanya. "Semua akan tetap baik-baik saja." Ucap Erick. Bukankah dia yang membutuhkan kalimat itu dari Rissa, tapi kenapa malah dia yang mengatakannya.

Rissa membiarkan Erick membelai lembut punggung tangannya untuk beberapa saat. Dia merasa aneh dan canggung. "Aku akan buat kopi untukmu."

Rissa melepas tangannya dari genggaman tangan Erick. Dia menuju dapur untuk membuat kopi, tapi sebenarnya dia lebih ingin menghindari Erick. Dia sedang menghindari dua pria dalam satu waktu. Sayangnya, Erick malah menghampirinya.

"Hei."

"Ya, coba telepon Clara dia juga harusnya datang ke sini. Mungkin kita buat pesta makan barbeque kecil-kecilan." Kata Rissa sembari mengaduk kopi dalam gelas.

"Kita tadi sudah makan, Riss."

"Oh, iya. Aku lupa. Atau kita minum kopi saja sambil ngobrol."

"Clara sepertinya keluar, deh. Kamu kenapa sih?" Tanya Erick yang entah sadar atau tidak sadar kalau perlakuannya tadi yang membuat Rissa agak takut dan gugup.

"Ini kopinya." Dia memberikan gelas kopi pada Erick.

Erick mengulurkan tangannya mengambil gelas kopi dari tangan Rissa.

Rissa menguap lebar. "Aku ngantuk sekali. Sepertinya aku akan tidur. Kalau kamu mau pulang tidak usah memberitahuku ya." Rissa mencoba menghindari Erick, namun saat dia melangkah Erick menarik pergelangan tangannya.

Pria itu meletakkan gelas kopi di meja dapur. "Riss..." Dia mendekati Rissa. Makin dekat hingga degup jantung Rissa makin tak keruan.

"Rick..."

"Aku mungkin menyayangimu lebih dari sekadar saudara." Katanya sambil menatap lekat Rissa. Aroma manis wine menyebar di indra penciuman Rissa.

Rissa menelan ludah.

Wajah Erick semakin dekat. Rissa bingung sendiri harus bersikap bagaimana menghadapi situasi yang menegangkan baginya. Mirip seperti yang dilakukan Leo di pantry. Tapi, di depan matanya adalah pria tampan yang pintar dan sangat jarang menghabiskan waktu bersama wanita lain selain dirinya dan Clara.

Erick mencium bibir Rissa. Mata Rissa membelalak.

Bukannya mendorong Erick seperti yang dilakukannya pada Leo tapi Rissa malah membiarkan Erick memagut bibirnya lebih lama dibandingkan Leo. Membiarkan dirinya membalas ciuman Erick.

Apakah Erick menciumnya karena dorongan emosi dan alkohol yang menyatu dalam dirinya. Emosi karena tidak bisa menikah dengan Rissa karena seharusnya dialah yang mnikah dengan Rissa. Di dalam surat wasiat kakeknya merekomendasikan dirinya tapi kalau bukan Erick, Leo pun tidak apa-apa. Sayangnya, dia telat mengetahui soal surat wasiat pernikahan yang diminta William Xanders.

"Erick..." Bisik Rissa di telinga pria itu. "Aku..." Dia mulai tersadar dari romatisme yang tidak diduganya itu. Sesaat dia memikirkan Leo, tapi sesaat kemudian dia juga memikirkan Erick. Apakah itu artinya dia memiliki perasaan yang sama pada dua pria tadi? Bukankah seorang wanita tidak bisa mencintai dua pria sekaligus?

Butuh waktu untuk Rissa mengerti perasaan apa yang ada dalam dirinya itu.

"Kamu sedang mabuk, aku harus segera tidur besok aku akan kerja." Rissa melepas tangan Erick yang berada di pinggangnya.

Dengan langkah cepat, Rissa masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya.

***

Aduh Rissa bingung nih pilih Erick apa Leo?

Kalian tim Leo apa Erick nih?

Secret Marriage (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang