Leo terbangun mendengar suara ayahnya. Dia mendengar dengan jelas Diva berbicara dengan seorang pria yang suaranya mirip ayahnya. Leo buru-buru mengenakan celananya dan keluar dari kamar Diva.
Leo terperangah melihat ayahnya dan salah satu orang kepercayaannya itu mendatangi apartemen Diva.
Mata Adam menatap putra sulungnya itu dengan tatapan dingin.
"Papah, kenapa di sini?" Leo bertanya sembari mendekati ayahnya.
"Untuk bertemu denganmu." Jawabnya tenang.
"Iya, Om, Leo sering menginap di sini. Kami sudah lama berhubungan." Diva memeluk Leo namun Leo membeku.
***
"Apa yang kamu inginkan, Leo? menikah dengan Rissa tapi tetap berhubungan dengan pacarmu?" tanya Adam Xanders menatap putranya dengan tatapan interogasi sekaligus mengancam.
"Aku mencintai Diva."
"Kamu tidak mencintai Rissa."
"Tidak."
Adam mengangguk kecil. "Ceraikan Rissa dan tinggal bersama Diva. Semua jabatan, kartu debit, kartu kredit dan semua fasilitas yang kamu miliki kembalikan ke keluarga. Mulai dari sekarang kamu bukan putraku. Kamu bukan bagian dari keluarga Xanders."
"Pah," Leo panik. Dia mencegah ayahnya yang akan pergi. Untungnya restoran ini sepi sehingga mereka tidak menjadi perhatian orang-orang.
"Aku tidak mau. Aku tidak mau melepas jabatanku dan semua fasilitas untukku."
Adam tetap tenang. "Kalau begitu jauhi pacarmu. Dia hanya akan merusak semua rencana baik keluarga."
Leo terdiam.
Hening.
"Oke." Jawabnya sembari memejamkan mata.
***
Leo melihat Rissa sedang menatap layar laptopnya saat dia sampai di apartemen Rissa. Menatap sinis istrinya seolah istrinya adalah musuh terbesarnya.
"Dasar pengadu." Leo tersenyum sinis pada Rissa.
Rissa menutup laptopnya. Menatap dengan tatapan menantang suaminya itu. Perkataan Leo mengusik pikirannya hingga dia memerlukan keberanian untuk melawan dan membuat pria yang membencinya hanya karena wajahnya mirip dengan selingkuhan ayahnya—ibu Erick.
"Mengadu? Siapa yang mengadu?" Rissa mendekati Leo. Melipat kedua tangannya di atas perut sembari menatap Leo.
"Dari tatapanmu saja aku tahu kalau kamu yang mengadu pada ayahku."
Dahi Rissa mengernyit. "Mengadu apa? Soal Diva? Kamu pikir aku akan mengadukan soal Diva yang datang ke kantor kepada ayahmu?"
"Kalau bukan kamu siapa lagi?!" Mata Leo melebar dan nada suaranya meninggi.
"Banyak orang yang melihat Diva, Leo. Bukan hanya aku." Jeda sejenak. Rissa semakin membenci Leo. Pria itu tidak sungkan menumpahkan emosinya pada Rissa sedangkan yang membuat masalah adalah Diva.
"Siapa yang seberani itu mengadukan soal Diva kepada ayahku kalau bukan kamu!" Leo maju selangkah hingga wajahnya dan Rissa hanya berjarak beberapa sentimeter.
Sesaat Rissa ingin menampar Leo dengan keras. Tapi kemudian dia ingat kalau dia ingin balas dendam pada Leo. Balas dendam dengan peghinaan pria itu setelah lebih dari dua puluh tahun lamanya dia diperlakukan buruk. Rissa ingin menghancurkan Leo perlahan. Dia sudah muak pada Leo. Sangat muak!
Dengan ekspresi yang dibuat kecewa dan nada suara lembut, Rissa berkata, "Aku tidak pernah mengadukan Diva pada ayahmu. Aku tidak mau ikut campur urusanmu dengan Diva. Aku tidak ingin ayahmu kembali kecewa karena Diva. Aku hanya ingin kedamaian." Rissa mengusap lembut sebelah bahu Leo hingga Leo terheran-heran.
Amarah yang meletup-letup itu enggan kembali keluar setelah Rissa mengusap lembut sebelah bahunya. Amarah itu menguap entah kemana. Yang ada adalah ekspresi keheranan Leo pada Rissa.
"Kamu mau aku buatkan kopi atau teh?" Pertanyaan Rissa semakin membuat Leo heran. "Teh lavender atau chamomile tanpa gula bisa membuat pikiranmu rileks."
***
Bab 33 dan 34 udah aku update di Karyakarsa duluan ya. Akun Karyakarsa : Sabrinawd
Link : https://karyakarsa.com/Sabwd/secret-marriage-bab-33-34
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage (21+)
Romance"Enam bulan menjadi suamimu, dan aku menyesali pernikahan konyol ini." "Kamu menyesal karena kebingungan Diva mendesakmu untuk menikahinya kan?" Kali ini aku tersenyum lebar. "Aku khawatir..." Aku memasang ekspresi cemas yang dibuat-buat. "Jangan...