Aku sudah melakukan kesalahan dalam hidupku. Tidur dengan Leo adalah kesalahan fatal bagiku. Aku harus mengenyahkan perasaan bersalah dan perasaan menginginkan hal itu lagi dalam waktu bersamaan ini. Aku dibuat bingung Leo. Dia... apa yang baru saja kami lakukan semalam adalah hal yang membuatku merasa jijik tapi juga dalam waktu bersamaan aku merasa mulai menginginkan hal itu lagi. Apa yang terjadi dengan otak dan hatiku.
"Berengsek!" Umpatku yang didengar Nina.
"Kenapa, Riss?" Tanya Nina yang tampak terkejut dengan sisa nasi di sudut bibirnya itu.
"Nggak." Aku menggeleng.
"Pasti gara-gara Leo." Katanya dengan suara rendah. "Dia memang berengsek sih."
Aku tidak bisa lama-lama membendung statusku sebagai istri Leo. Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan pada Nina. Tapi apakah bisa aku menceritakannya pada Nina? Apakah dia bisa menjaga rahasiaku?
"Aku istri Leo." Bisikku di telinganya.
Nina tampak santai dan ekspresinya datar saja. Malah, aku yang heran dengannya.
"Aku sudah tahu."
"Kamu tahu darimana?"
"Aku mata-mata Pak Adam." Bisiknya di telingaku.
Mataku melebar saat dia berbisik di telingaku. Mata-mata?
"Aku temanmu tapi juga mata-mata, Riss. Keren kan?" Dia tersenyum lebar.
"Kamu tahu semuanya tentang aku dan Leo?"
Nina mengangguk. "Rileks." Katanya padaku. Mungkin dia melihat wajahku yang tegang. "Aku tahu semuanya. Seharusnya, aku merahasiakan ini darimu tapi karena kamu sudah memberitahuku duluan jadi... aku rasa tidak ada salahnya kalau aku mulai jujur juga. Ngomong-ngomong, jangan bilang siapa-siapa soal aku yang jadi—" Mata Nina menyapu seluruh ruangan. "Mata-mata." Bisiknya padaku.
Nina. Aku tidak pernah menyangka kalau aku berteman dengan mata-mata mertauaku sendiri.
"Jadi, apa pun yang aku lihat dan aku tahu aku akan beritahu Pak Adam. Aku profesional, Riss. Meskipun kita ini berteman, aku harus tetap profesional."
Leo muncul dengan wajah angkernya. "Rissa, ruanganku." Katanya singkat sebelum pergi meninggalkan kami.
Nina menatapku heran. "Ada apa?" Sebelah alisnya terangkat ke atas.
Aku menggeleng. "Jangan mengintip."
***
Leo menatapku dengan tatapan seorang pria yang baru saja mengetahui bentuk tubuh seorang wanita yang telanjang di depannya. Aku membuang wajah. Menatap kosong fotonya di dinding dengan menggenggam segelas wine.
"Semalam menakjubkan bukan?"
Aku menelan ludah. "Tidak ada yang menakjubkan."
"Oh ya? aku mendengar suaramu, desahanmu dan melihatmu bergerak lincah." Leo menyeringai.
Aku seperti ditelanjangi dengan perkataannya.
"Sangat jelas kalau kamu menikmatinya, Rissa."
"Aku berbeda dengan Diva, Leo. seharusnya, kita tidak melakukan apa pun pada malam itu."
"Kamu tidak menolakku sama sekali."
"Aku ingin menolakmu, tapi..."
"Tapi?" Sebelah alis Leo terangkat ke atas.
Bibirku mendadak kelu. Aku tidak tahu mau meneruskan kalimatku dengan apa. Aku tidak tahu mau menjawab pertanyaan Leo dengan apa.
"Tapi apa?"
"Aku istrimu."
Hening.
"Aku ingat kalau aku ini istrimu. Dan setelah ini, jangan pernah berharap kita akan melakukannya lagi."
"Hei, aku mengendalikanmu, Rissa. Kalau kamu menolak aku akan bilang pada ibu dan ayahku tentang perselingkuhanmu dan Erick. Dan lihatlah, betapa kecewanya keluargaku nanti setelah mengetahui bahwa kamu tidak lebih baik dariku." Dia kembali mengancamku. Aku muak padanya!
"Well, aku harus mengatakan yang sejujurnya kalau aku suka menidurimu." Dia tersenyum miring seolah puas dengan apa yang telah dilakukannya padaku.
"Bagiku, semalam bukanlah apa-apa. Hambar."
Leo kembali menyeringai. "Kamu munafik, naif dan sok polos. Kamu menikmatinya dan mendesah keras."
Bibirku tiba-tiba kering. Percakapan mesum masam apa ini?!
"Cukup! Aku tidak ingin ke ruanganmu hanya untuk mendengar ucapan-ucapan kotor darimu, Leo!" Aku berdiri dan hendak pergi dari ruangan Leo, tapi Leo mencegahnya. Pria itu menarik tanganku.
"Lepaskan." Aku berkata sambil menggerak-gerakan tanganku agar terlepas tapi semakin aku mencoba melepaskan tanganku semakin erat Leo menggenggamnya.
"Sayangnya, kekasihmu itu tidak melihat bagaimana tubuh kita menyatu." Leo berbisik di telingaku.
"Erick bukan kekasihku."
"Oh ya? Kalau bukan kekasih tapi saling mengaitkan bibir lalu itu disebut apa?"
"Sebenci itukah kamu padaku dan Erick?"
"Ya. Sangat, Rissa. Kalian cocok. Erick adalah anak dari simpanan ayahku dan wajahmu mirip dengan simpanan Adam. Lucu sekali!"
"Yang seharusnya kamu benci adalah simpanan ayahmu bukan aku ataupun Erick."
Saat Leo mengabaikan ucapanku dan wajahnya mendekati wajahku, aku mendengar suara pintu terbuka keras. Kami menatap ke arah pintu.
Diva.
Wanita itu menatap kami dengan tatapan curiga.
"Kalian sedang apa?" tatapannya turun melihat tangan Leo menggenggam pergelangan tanganku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage (21+)
Romance"Enam bulan menjadi suamimu, dan aku menyesali pernikahan konyol ini." "Kamu menyesal karena kebingungan Diva mendesakmu untuk menikahinya kan?" Kali ini aku tersenyum lebar. "Aku khawatir..." Aku memasang ekspresi cemas yang dibuat-buat. "Jangan...