Rissa menemui Diva di ruangan yang tidak terpakai lagi. Ruangan itu dulunya di pake untuk meeting per divisi tapi sejak tahun lalu ruangan itu tidak pernah dipakai lagi. Dengan percaya diri, tenang dan santai Rissa duduk di depan Diva. Dia sempat melemparkan senyum tipis pada Diva."Kenapa tidak menemui Leo?" Sebelah alis Rissa terangkat ke atas.
"Setelah menemuimu aku akan menemui kekasihku." Diva mencoba tetap tenang meskipun perasaannya kalut.
Rissa bisa melihat kekhawatiran dan ketakutan di mata Diva. Dia takut kehilangan asetnya. Leo adalah aset Diva. hanya Leo yang bisa memberikannya apa saja yang diinginkannya dan Diva tidak mau kehilangan itu semua.
"Kenapa kamu mau menemuiku?"
"Aku tahu kamu istri Leo."
"Terus?"
"Leo lebih dulu menjalin hubungan denganku. Dan dia menikahmu karena tuntutan kan? Perjodohan, paksaan. Bukan dari hatinya sendiri."
"Lalu?"
"Jangan pernah berharap kalau kamu bisa menggantikan posisiku."
"Aku tidak menggantikan posisimu dan aku tidak akan pernah bisa menggantikan posisimu di hati Leo."
"Ya, kamu sadar itu. Baguslah."
"Iya, Leo sendiri yang menggantikan posisimu, Diva. Kamu tahu dia menginginkanku lebih dari dia menginginkanmu. Dua bulan ini dia tidak mengabarimu kan?" Rissa tersenyum tipis.
Diva mulai kesal. Kebenciannya pada Rissa makin membesar.
"Kamu tidak akan pernah menang mengambil Leo dariku." Diva mengatakannya dengan ragu-ragu.
"Aku sedang tidak berkompetisi dengan siapa pun, Diva. Kalau kamu menganggap aku sebagai sainganmu itu urusanmu. Aku tidak pernah menganggap kamu sebagai sainganku." Rissa berdiri. "Temui Leo dan mintalah pertanggungjawaban atas kehamilanmu." Lalu dia pergi, meninggalkan Diva begitu saja.
"Sialan!" Diva memukul meja dengan keras. Wajahnya memerah. Rissa memang bukan saingannya.
***
Diva dan Leo tampak kaku saat mereka kembali bertemu setelah dua bulan lamanya. Leo mengunci pintu ruangan takut kalau ada yang tahu akan kedatangan Diva dan mengadukannya pada ayahnya. Dan dia juga mulai takut kalau Rissa sampai tahu ada Diva di sini. Dia takut Rissa cemburu dan marah. Padahal Diva menemui Rissa terlebih dahulu sebelum menemuinya.
"Aku hamil." Kata Diva yang tidak ingin berjarak dengan Leo. dia memeluk Leo.
Leo membalas pelukan Diva bukan karena rindu, tapi karena mencoba menenangkan Diva.
"Apa kita tidak akan menikah?"
Leo terdiam.
"Sayang..." Diva mendongak menatap Leo.
"Kalau aku menikah denganmu bagaimana dengan karirku di perusahaan ini?"
"Terus bagaimana dengan nasibku?!" Diva marah. Dia melepas pelukannya dari Leo.
"Aku akan bertanggung jawab untuk membiayai semua kebutuhanmu dan anak kita." Leo ragu mengakui anak yang dikandung Diva itu anaknya. Ya, keraguan mulai menyelimutinya setelah seorang pria membongkar masa lalu Diva dan orang tua Diva.
"Ini bukan hanya soal uang, tapi juga kasih sayang!" Diva mulai tantrum.
Leo hanya menatap Diva. Dia ingin memutuskan Diva tapi itu tidak mungkin dia lakukan saat Diva sedang hamil.
"Selama dua bulan ini kamu mengabaikan aku? Kenapa?! Apa karena Rissa? kamu mulai menyukainya? Sudah berapa kali kamu tidur dengan Rissa?!" Diva mengamuk.
"Rissa istriku."
Jawaban singkat Leo membuat jantung Diva lepas begitu saja. Dia ingin menghancurkan semua barang yang ada di sana.
"Apa kurangnya aku dibandingkan Rissa?!"
Leo terdiam.
"Leo?!" Tuntut Diva.
"Aku akan menemui nanti sore di apartemen. Sekarang pulanglah. Jaga dirimu baik-baik."
"Tidak mau!" Diva menatap tajam Leo.
"Astaga, ini bukan saat yang tepat untuk bertengkar. Ini kantor. Bisa-bisa ada yang mengadu dan aku akan kena masalah."
"Persetan! Aku tidak peduli!"
"Terus apa yang kamu mau?!" Leo mulai tidak sabar menghadapi Diva.
"Ceraikan Rissa dan menikah denganku!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage (21+)
Romance"Enam bulan menjadi suamimu, dan aku menyesali pernikahan konyol ini." "Kamu menyesal karena kebingungan Diva mendesakmu untuk menikahinya kan?" Kali ini aku tersenyum lebar. "Aku khawatir..." Aku memasang ekspresi cemas yang dibuat-buat. "Jangan...