Pertanyaan Leo membuatku mendadak gugup dan tegang. Aku belum pernah berciuman dengan siapa pun dan aku tidak tahu saat seorang pria membahas ciuman itu apa yang bisa aku katakan.
Erick tampak agak terkejut.
"Sayang, kamu tidak melihat adegan ciuman kami, Rick." Kata Leo mencoba memanas-manasi adiknya sendiri. Sebenarnya dia dan Erick itu saudara kandung bukan sih?
"Semakin bertambahnya usia, kamu semakin tolol ya, Leo." Aku mengambil kentang goreng dan menggigitnya. "Kamu sendiri yang menciumku di pantry. Ternyata kamu juga menginginkan aku. Aku pikir kamu tidak akan melakukan kontak fisik denganku. Bagaimana kalau Diva tahu ya?" Aku menjawab sesantai mungkin meskipun dadaku bergemuruh.
"Kamu yang menyulut permusuhan dua puluh tahun lalu dan tiba-tiba kamu minta menyudahinya?"
"Ini mungkin terlalu aneh bagimu. Aku juga merasa aneh. Tapi, aku harus menyudahi semuanya termasuk hubunganku dengan Diva."
"Apa?!" Pekikku. Lalu beberapa detik kemudian aku tertawa hambar.
"Ayahku tahu soal Diva." Ucapnya tawaku terhenti seketika.
Hening.
Kami berdua terdiam.
"Ah, itu bukan urusanku."
"Riss, kalau ibuku tahu soal Diva dia akan semena-mena padaku. Ibuku mungkin akan menyuruh Erick menggantikan posisiku."
"Bukannya kamu anak kesayangan ibumu."
"Ayahku mengancamku. Kalau aku tidak memutuskan Diva dia akan memberitahu soal Diva pada ibuku. Dan karirku akan tamat."
Leo terdiam sejenak. "Ayahku menuntut agar aku segera memiliki anak."
Aku menelan ludah.
Aku tidak pernah membayangkan kalau aku akan menikah dengan Leo diusia dua puluh delapan tahun dan aku tidak pernah membayangkan disentuh Leo barang seinchi pun.
"Aku rasa kamu tidak akan melepaskan Diva hanya karena ayahmu tahu soal Diva."
"Bisakah kita bersikap biasa saja tanpa saling memusuhi? Aku sangat berharap akan hal itu."
"Kamu sedang terdesak, Leo. Dan inilah yang kamu lakukan saat kamu merasa terdesak. Kebencian selama dua puluh tahun lamanya menguap begitu saja hanya karena ancaman ayahmu? Oh, lihat betapa rapuhnya kamu. Kamu tidak sekuat yang aku bayangkan. Aku saja tidak pernah memikirkan untuk bisa berdamai denganmu." Sebelah alisku terangkat tinggi. Aku tersenyum puas melihatnya berahap pada wanita yang sedari kecil dibencinya itu.
"Aku jijik memohon kepadamu dan aku tahu jawabanmu soal ini, Riss. Oke, kita lihat saja siapa yang akan memohon nantinya."
Belum tiga puluh menit saja dia sudah kembali ke wajah aslinya. Aku tahu aku dan Leo akan sangat kesulitan untuk bersatu. Menjadi partner baginya adalah sesuatu yang tidak mungkin.
Aku teringat saat aku berada di dalam mobil Leo.
Entah kenapa aku malah merasa takut. Leo akhir-akhir ini seperti mendekatiku. Belum kejadian ciuman di pantry.
Apa yang sedang direncanakannya?
"Kalian berciuman di pantry?" Erick bertanya hati-hati.
"Tidak. Dia yang menciumku, Rick. Aku bahkan tidak melakukan apa-apa." Aku mencoba menyalahkan Leo.
"Ya, kamu menikmatinya." Ujar Leo.
Aku yakin saat ini wajahku memerah. "Keparat! Sejak kapan aku bisa menikmati ciuman denganmu. Membayangkannya saja aku tidak pernah."
Leo tersenyum menggoda. "Kamu menikmatinya. Kamu tidak bisa menyangkal, Riss."
Rasanya aku ingin lenyap saja. "Aku tidak menikmati apa pun!"
"Ada apa ini? Ada apa? Menikmati apa?!" Clara datang dengan tergesa-gesa. Dia tampak penasaran. Clara duduk di samping Erick.
"Hei, ada apa?" Clara menatap orang-orang di meja satu per satu menuntut ada yang menjawab pertanyaannya. Tapi, tak ada satu pun yang menjawab pertanyaannya.
"Oke, kalau begitu biarkan aku makan saja." Dia menggeser piring berisi Lokshyna z shynka milik Erick dan memakannya.
***
Hari ini aku double update ya ^^ kalian setuju?
Soalnya part ini kayaknya dikit banget. Hehe 😁
IG @finisah @finisahbooks.id
FB @finisah
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage (21+)
Romance"Enam bulan menjadi suamimu, dan aku menyesali pernikahan konyol ini." "Kamu menyesal karena kebingungan Diva mendesakmu untuk menikahinya kan?" Kali ini aku tersenyum lebar. "Aku khawatir..." Aku memasang ekspresi cemas yang dibuat-buat. "Jangan...