Malam ini adalah pesta ulang tahun Clara. Dia bahagia karena tepat saat malam ini juga Bagas melamarnya.
"Will you marry me?" tanyanya sembari berlutut dan mengulurkan cincin dengan batu rubby warna merah muda saat Clara sedang bersiap keluar dari tempatnya berdandan.
"Ah, kamu manis sekali, Gas." Clara tidak menyangka kalau Bagas bisa seromantis ini. seperti film-film romantis yang sering dia tonton.
Clara tidak langsung mengambil cincin itu, tapi dia memeluk Bagas.
Dia tidak bisa menjabarkan perasaannya yang begitu bahagia. Semua usai. Drama percintaan konyol antara Bagas dan Annabel usai. Kini, yang ada hanyalah kesejatian cinta antara dirinya dan Bagas.
***
Saat semua sibuk dengan makanan, musik dan gosip tanpa sadar seseorang tanpa undangan menyelinap di pesta ulang tahun itu. Tidak ada yang tahu. Dia bergerak ke sana kemari mencari orang tua dari Leo, Erick dan Clara.
Angela mendekati Leo yang berada di kolam renang lantai atas. Dia sedang duduk sembari menikmati sebotol wine. Angela duduk di sampingnya. Angela tidak akan lupa soal percintaan mereka semalam meskipun hal itu terjadi bertahun-tahun lalu lamanya. Leo bahkan nyaris lupa kalau dia pernah meniduri Angela.
Dan semua hal yang dilakukannya pada wanita-wanita itu semacam pelampiasan dari perasaannya yang tidak bisa dijelaskan bahkan pada Rissa sekali pun.
"Kamu kenapa di sini? Rissa begitu senang menyapa teman-teman Clara tapi kamu malah mengurung diri di sini? Ada masalah?"
"Aku hanya memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa selalu membuat istriku bahagia."
Angela terdiam beberapa saat.
"Apa Rissa tidak bahagia?"
"Aku takut tidak bisa membuatnya bahagia." Leo menoleh pada Angela. "Gimana hubungan kamu sama Erick? Sudah tidur dengannya?"
Angela menghela napas perlahan. "Aku sulit membuatnya tidur denganku. Kami sempat berciuman tapi dia menolakku lagi. Aku lelah. Aku tidak dianggap sama sekali. Aku seperti patung baginya. Dia sangat mencintai Rissa."
Hening.
"Aku heran bagaimana kamu dan Erick bisa begitu mencintai Rissa. Apa yang spesial dari Rissa?" Angela mulai emosional.
"Aku juga tidak tahu. Yang jelas aku tidak mau kehilangan dia."
"Oke, aku tahu ini sulit dipercaya tapi aku tidak bisa melupakan malam itu, Leo. Kamu dan aku."
"Kalau harus jujur aku tidak melakukannya denganmu saja. Aku punya banyak wanita, Angela. Dan apa yang kita lakukan itu biasa saja."
Angela sakit hati dengan kejujuran Leo. kenyataan memang terkadang menyakitkan. Angela saat itu merasa kalau Leo menyukainya dan bukan hanya untuk tidur semalam tapi lebih dari itu. Sayangnya, tidak. Kalau pun Leo memang tertarik padanya dia akan berusaha mendapatkan nomor ponsel Angela. Tapi, kenyataannya tidak.
"Aku sadar kalau yang aku lakukan itu karena aku tidak bisa mendapatkan Rissa. ada sesuatu yang hancur di dadaku. Aku lari dari kehancuran itu. Lari dengan mencari, memacari hingga meniduri wanita yang kuanggap bisa melenyapkan perasaanku pada Rissa.
Sayangnya, aku salah. Aku semakin jauh dari kejujuran. Aku tidak jujur kalau aku terluka melihat kedekatan Rissa dan Erick."
"Jadi, di sini kalian berdua." Rissa muncul dengan gaun satin berwarna emerald yang membuatnya tampak elegan dan berkelas.
Angela dan Leo menoleh pada Rissa.
"Aku mencarimu, Leo."
"Aku dan Angela sedang membicarakanmu."
"Iya, Leo bilang dia sangat mencintaimu."
"Oh ya?" Rissa mendekati mereka.
Leo dan Angela berdiri.
"Oke, baiknya aku kembali ke pesta."
"Silakan." Rissa tersenyum tipis.
Angela dan Rissa saling menatap beberapa saat sebelum meninggalkan Leo dan Rissa.
Rissa menatap Leo dingin. "Kamu tahu kalau kamu punya masa lalu dengan Angela dan kalian berduaan di sini?" Rissa berpura-pura kesal pada Leo.
"Sayang, maafkan aku. Aku minta maaf. Angela datang dan dia duduk. Kami hanya mengobrol biasa."
"Tetap saja bagiku itu adalah sebuah kesalahan."
"Maafkan aku, Riss."
"Ada Diva di bawah sana. Dia mau ketemu sama orang tua kamu."
"Apa?!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Marriage (21+)
Romansa"Enam bulan menjadi suamimu, dan aku menyesali pernikahan konyol ini." "Kamu menyesal karena kebingungan Diva mendesakmu untuk menikahinya kan?" Kali ini aku tersenyum lebar. "Aku khawatir..." Aku memasang ekspresi cemas yang dibuat-buat. "Jangan...