Mobil berhenti tepat di depan Basecamp A yang jaraknya sekitar 80 Kilo dari Hutan Kalimantan. Basecamp terlihat ramai karena rata-rata pekerjanya masih betah bermain kartu dan sebagian lagi menonton siaran sepakbola, serta yang lainnya asik mengobrol di depan Basecamp sambil bermain gitar.
Keadaan Basecamp memang selalu ramai di malam hari sedangkan pagi hari, masing-masing pekerja siap melaksanakan tugas sesuai tupoksinya masing-masing.
“Heii, Ren. Apa kabar kamu? Gimana enak kah nugas di Hutan Kalimantan?” tanya Darham kepada Rendy.Rendy yang semula berjalan menunduk, memperhatikan Darham, anak asli suku Tidung ini.
“Kalau kamu ada waktu, bisa kan nanti aku main-main ke kamar mu, ada yang mau aku bicarakan, penting,” Darham yang membawa secangkir kopi, mengangguk.
Rendy pun melanjutkan berjalan menuju kamarnya. Setelah menaruh tas ransel dan membuka sepatu safety nya. Gegas dia mengambil handuk dan alat mandinya menuju ke kamar mandi yang terletak di belakang Basecamp.Rendy terbiasa mandi sebelum dia tidur. Dia akan kesulitan tidur bila dirinya belum mandi.
Rendy mulai menyalakan kran air dan mulai melaksanakan ritual mandinya. Terbilang cukup lama dia membersihkan tubuhnya sebab selama di dalam hutan, tak sekalipun dirinya mandi karena kesulitan mencari air bersih di hutan.
Setelah merasa bersih, Rendy keluar kamar mandi, Hanya dengan menggunakan handuk di badannya. Dia berpapasan dengan Daus yang hanya diam saat Rendy menyapanya. Rendy merasa ada yang aneh dengan temannya itu.Biasanya Daus orangnya selalu ceriwis dan menyahut apapun yang Rendy katakan. Rendy memperhatikan Daus menuju ke belakang Basecamp.
“Woyyy, Us.. Daus, mau kemana kamu?” teriaknya. Namun Daus cuek dan terus berlalu.
Rasa penasarannya membuatnya mengikuti Daus dari belakang. Rendy melihat Daus duduk sambil melamun melihat ke dalam hutan yang ada di belakang Basecamp.Rendy mulai gelisah karena di belakang Basecamp banyak sekali nyamuk. Dia beberapa kali menggaruk badannya yang belum memakai baju itu. Rendy tetap memperhatikan apa yang dilakukan oleh temannya itu.
Kira-kira sepuluh menit, Daus menangkap tikus yang seliweran persis di depannya. Hanya dengan sekali tangkap, Tikus tadi tak berdaya di tangan Daus. Tak lama Daus mulai menggigit tikus yang masih hidup dan bergerak itu. Dengan sekali gigitan dan tarikan saja, tikus tadi sakaratul maut, Rendy mulai mual melihat tingkah Daus.
Daus begitu rakus memakan tikus tadi, setelah merasa puas. Dia menyalakan keran yang ada disana. Lantas membersihkan mulut dan juga tangannya, bahkan Daus berkumur-kumur.Tak lama dia mematikan keran yang biasanya digunakan para karyawan untuk membasuh kaki saat pulang dari hutan itu. Saat Daus bergerak ingin masuk ke dalam, Rendy langsung kembali ke dalam kamar mandi dan menutupnya. Dia tak ingin Daus tahu jika dia sedari tadi mengintip aksinya.
Perasaan Rendy tak karuan, saat langkah kaki Daus memasuki area kamar mandi. Daus seperti berhenti tepat di depan kamar mandi yang digunakan Rendy untuk bersembunyi, terlihat dari bayangan kakinya di bawah pintu kamar mandi yang tak sepenuhnya tertutup itu.Rendy menahan napasnya, ia takut tiba-tiba Daus menemuinya setelah memakan daging mentah yang berasal dari tikus yang menggelikan tersebut. Rendy sampai menutup mulutnya agar ia tak mengeluarkan suaranya.
Dia benar-benar takut kini dengan Daus. Daus benar-benar berubah menjadi laki-laki yang menyeramkan semenjak mereka pulang dari pondok milik Inuy.
Rendy lega ketika melihat bayangan kaki Daus menjauh. Peluh keringat membasahi dahinya. Dia jadi berpikir dua kali untuk tidur bersama dengan Daus lagi. Rendy dan Daus memang tidur dalam kamar yang sama dan dipan yang berbeda, alias masing-masing. Sebab setiap karyawan perusahaan kertas disediakan fasilitas tempat tidur dengan jatah dua orang dalam satu kamar.
Rendy melangkah cepat menuju kamarnya, Setelah berpakaian. Dia mengambil bantal juga sarung menuju ke kamar Darham. Ya, hanya Darham yang tidur sendiri karena satu minggu terakhir ini, teman sekamarnya sedang cuti tahunan.
“Mau kemana kamu, Ren?” Rendy berbalik dan melihat Daus berdiri tak jauh dari dirinya. Kaki Rendy gemetar berhadapan langsung dengan Daus. Dia masih mengingat bagaimana rakusnya Daus menyantap tikus hidup barusan. Daus pelan menghampirinya, Keringat Rendy mulai bercucuran. Dia semakin ngeri berdekatan dengan Daus saat ini.
“A.. aa .. anu .. aku ma .. mau bi .. bicara dengan Darham,” ujar Rendy terbata-bata.Bantal terlepas dari tangannya. Rendy hanya diam tergugu. Daus mengambil bantal Rendy kemudian menyerahkannya. Terlihat sekali tangan Rendy gemetar saat menerima bantalnya.
“Ya, sudah ..besok aja kita tidur sama-sama ya?” sebut Daus dengan senyum ramah, namun dengan wajah yang dingin. Rendy menegak liurnya. Takut.Daus meninggalkannya, Rendy bernapas lega. Dia langsung berlari menuju ke teras basecamp mencari Darham.
“Ham, malam ini aku tidur di kamar mu ya? Di kamar Daus banyak betul nyamuknya, Aku mau istirahat capek pulang dari survey jadi aku benar-benar mau istirahat,” Darham menoleh, mengiyakan.
“Ya sudah, taruh aja bantal kamu di kamar, kamu tidur aja di tempat si Agus. Mumpung dia cuti, kamu pakai aja dulu, asal nggak dipakai ngompol aja,” ujarnya bercanda.Rendy menanggapinya dengan senyum kikuk, masih merasakan debaran jantungnya yang tak karuan.
Malam itu, Rendy dan Darham akhirnya tidur sekamar. Rendy awalnya gelisah karena Darham lama sekali menyusul, sekitar Pukul sebelas malam barulah Darham menyusul masuk.
“Tadi kata mu ada yang mau kamu tanyakan, soal apa itu?” tanya Darham. Rendy langsung memperbaiki posisi tidurnya. Rendy langsung duduk menghadap Darham.
“Kalau ini aku tanyakan ke kamu, bisakah kamu menjaga rahasia dan tidak memberitahukannya kepada yang lainnya disini, termasuk Daus,” Darham mengerutkan keningnya.Bingung namun dia mengiyakan dan mengacungkan jari tengah juga telunjuknya tanda berjanji.
“Aku merasa Hutan Kalimantan menyimpan misteri yang membuat aku dan Daus harus bolak balik tersesat di hutan, kami tersesat hampir tiga hari dan saat kami berlari dari kejaran Hantu Bilau yang pernah kamu ceritakan tempo hari, kami menemukan pondok cantik di tengah hutan, dan perempuan cantik yang tinggal disana,” Rendy menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Tak lama dia melanjutkan ceritanya.
“Sejak kami dari pondok itu, Daus mulai berubah. Dia lebih suka makan daging yang berdarah dan masih mentah. Selain itu, Daus juga seperti hapal sama jalan yang sudah kami lalui berulang kali saat kami survey, tak membutuhkan waktu lama kami bisa menyelesaikan tugas karena keahlian tiba-tibanya Daus yang hapal sama jalan hutan, mana nggak pake peta lagi, tanpa kompas juga. Aneh kan, bagaimana bisa jalan di hutan tanpa peta dan kompas. Kalau menurut kamu, kira-kira apa yang terjadi pada Daus sekarang ini. Terus terang, aku sudah takut mau tidur sama-sama dia, dia makin menyeramkan apalagi malam ini,” ujar Rendy berterus terang. Darham menarik napas berat.
“Hantu Bilau dikenal ada di Hutan Kalimantan dan memang kebiasaannya menyesatkan siapa saja yang melihat mereka. Rupanya sangat menyeramkan, badannya kerdil, pangkal pahanya besar tapi kakinya yang terbalik itu kecil seperti kaki kita pada umumnya. Berbulu lebat menutupi seluruh tubuhnya, hidungnya besar dan matanya pada malam hari akan menyala seperti kobaran api, dipercaya Hantu Bilau akan muncul jika orang yang berjalan di hutan menyombongkan diri dan banyak omong. Tapi jika kita baik-baik saja selama di hutan, semua itu tidak akan terjadi,” beber Darham.Dia mengisap rokoknya, lalu menghembuskan asapnya ke atas. Mata Darham menerawang.
Rendy jadi ingat saat pertama kali masuk ke dalam hutan, Daus terlalu sesumbar merasa paling ahli dan terbiasa keluar masuk hutan, termasuk dirinya, hanya saja dia tidak mengatakannya secara langsung. Mereka juga tidak menghiraukan peringatan orangtua yang mereka temui waktu itu sebelum benar-benar masuk ke dalam hutan virgin itu. Rendy menyesal.
“Tapi, Hantu Bilau pada dasarnya tidak menganggu apalagi sampai memakan korban, hanya saja jika orang tersesat dan susah ditemukan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan, nanti ditemukan sudah dalam keadaan linglung dan biasanya tubuh mereka seperti berlendir. Intinya jadi lupa dunia karena mereka disesatkan di alam ghaib. Penglihatan semuanya berubah, yang jelek-jelek akan berubah seperti bagus. Ini menurut orang-orang yang sudah ditemukan dan mereka menceritakan pengalamannya. Sedangkan sejenis Jin yang ditakuti di hutan adalah TUMBAR BAUK,” jelas Darham.
“Tumbar bauk? Apa itu?” tanya Rendy penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragedi Hantu Bilau Hutan Kalimantan
HorrorRendy dan Daus partner kerja survey setiap perusahaan akan membuka lahan. Kali ini mereka ditugaskan di Hutan Kalimantan yang terkenal dengan kepercayaan sekitar suka menyesatkan orang. Dan sulit pulang kembali. Selama 3 hari di hutan, berbagai maca...