Bab 9 ~ Tumbar Bauk

731 57 0
                                    

Bab 9  ~ Tumbar Bauk

“Tumbar bauk? Apa itu?” tanya Rendy penasaran.

Darham tak lantas menjawab, dia menghisap dalam-dalam rokoknya kemudian menghembuskannya perlahan.

“Tumbar Bauk adalah sejenis Jin yang penampakan badannya sangat besar bahkan boleh dibilang raksasa sangking besarnya, tubuhnya hitam legam dan tinggi kita manusia ini hanya sepantaran kakinya, istilahnya itu kita hanya lewat persis di sela kakinya saja.

Dia bisa menyerupai berbagai bentuk wujud. Dia akan menyamar menjadi apa saja yang pertama kali dilihat, jika dilihatnya pertama kali adalah teman mu maka dia akan berubah wujud menjadi teman mu, jika dia melihat binatang maka dia berubah menjadi binatang. Pokoknya dia bisa menjadi apa saja yang dia mau, semua hantu atau penunggu hutan tunduk padanya.

Ini kisah orangtua ku dulu dan kami sudah pernah melihatnya beberapa kali dalam wujud aslinya. Mengerikan,” urai Darham sambil menggelengkan kepalanya.
Rendy bergidik ngeri. Dia tidak bisa membayangkan jika dirinya sampai bertemu dengan raksasa yang mungkin hanya dia temui dalam film-film horor saja, namun ternyata ada di Kalimantan.

Kalimantan sangat tepat jika disebut dengan seribu pohon karena hutannya yang masih sangat luas dan jarang dijamah. Begitu banyak cerita di dalamnya yang membuat Rendy mawas diri untuk kedepannya. Dia tak ingin gegabah dan bernasib sama dengan Daus yang sudah menampakkan keanehan sejak pulang dari tugas survey mereka.

“Jadi ?? saat kami di hutan barusan yang kami lihat sebelumnya adalah Hantu Bilau, terus bagaimana dengan perempuan bernama Inuy itu. Aku bingung itu sejenis hantu apa,” Rendy terus ingin tahu soal Hutan Kalimantan.

“Kemungkinan besar itu penunggu hutan, bisa jadi juga itu makhluk gaib. Biasanya kalau yang muncul tampilannya perempuan apalagi sampai mengajak berhubungan intim layaknya suami istri maka kita sudah menjadi targetnya untuk dinikahi.

Intinya, ada juga makhlus gaib atau makhluk halus yang ingin menikah dengan kita para manusia ini,” jelasnya. Darham menghirup kopi hitamnya. Kemudian melanjutkan ceritanya.

“Kakek ku saja ada yang menikah dengan makhluk gaib sampai sekarang belum pernah pulang kembali ke rumah sampai nenek ku meninggal. Waktu itu kakek ku pergi mengambil wudhu di belakang rumah, maklum jaman dulu rumah tak seramai sekarang.

Jarak antara rumah satu dengan rumah tetangga jaraknya mau 200 sampai 300 meter, saat Kakek ku hendak masuk seperti ada suara perempuan yang berulang kali memanggilnya, dan itu terjadi sampai beberapa malam.

Di malam ketiga, tiba-tiba saja Kakek ku menghilang dan tidak pernah kembali, Nenek ku sampai meminta tolong sama dukun sekitar untuk mengembalikan Kakek ku. Sudah hampir sebulan, Kakek ku datang hanya dalam mimpi Nenek ku dan bilang jangan cari-cari dia lagi karena dia sudah menikah dengan makhluk gaib dan sudah tidak bisa kembali lagi, memang untuk mengembalikan seseorang yang sudah diambil makhlus halus ada tenggat waktunya. Jika lebih, wassalam. Orang itu murni sudah menghilang dari dunia kita ini manusia berpindah kea lam gaib,” papar Darham.

Rendy semakin lemas memikirkan nasib Daus selanjutnya, Rendy melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Daus begitu rakusnya mencumbu Inuy. Jadi itu adalah kemungkinan bila Daus sudah dianggap menikah dengan Inuy. Rendy jadi pusing memikirkan nasib teman kerjanya itu.

“Kalian yang tersesat karena ulah Hantu Bilau, itu tidak seberapa sebab kalian pulang dalam keadaan selamat tanpa kurang suatu apapun. Pengalaman ku di hutan tak sedikit yang biasanya tersesat sampai berminggu-minggu dan ditemukan sudah dalam keadaan seperti orang lupa ingatan. Aku tidak menakut-nakuti kamu, tapi alangkah baiknya setiap akan ke hutan terutama yang belum kamu masuki, setiap itu pula selalu kamu bilang “Permisi Kakek, Nenek, ini cucu mu mau lewat” kemudian kamu ambil sedikit tanahnya untuk ditaruh di dahi dicontrengkan begitu.

Hanya begitu syarat dan menjadi tradisi yang kami jalankan puluhan tahun bahkan sejak aku masih anak-anak. Mungkin bagi sebagian orang kota seperti kalian ini takhayul, namun ini sangat manjur untuk melindungi kita dari gangguan-gangguan makhluk yang tak kasat mata.

Ingatlah saat pertama kali mengginjakkan kaki ke tanah, jangan sampai kelupaan. Sampai sini masih ada yang mau kamu tanyakan?” tanya Darham. Rendy menggelengkan kepalanya.

Tak lama terdengar suara ayam berkokok, Darham dan Rendy sontak menoleh melihat kearah jam dinding. Tak terasa hari hampir pagi, sudah Pukul 4.30 pagi. Setengah jam lagi mereka akan melakukan briefing.

Darham dan Rendy akhirnya memilih membersihkan badan kemudian menggunakan pakaian kerja mereka.

“Untuk pembicaraan kita semalam sebaiknya hanya kita berdua saja yang tahu ya, Ham. Aku terima kasih sekali dengan informasi yang kamu berikan,”kata Rendy. Darham tersenyum.

“Tenang aja, Bro. Rahasia mu aman bersama ku. Ayo kita kumpul di lapangan, nanti kita telat dan dimarahi HRD,” Darham dan Rendy pun beranjak meninggalkan kamar dan keluar untuk kumpul bersama teman-teman yang lainnya di lapangan untuk mendengarkan wejangan juga tugas apa yang akan mereka jalankan selanjutnya.

Baru saja mereka turun dari Basecamp menuju lapangan untuk briefing, dari arah lapangan nampak teman-teman kerja berkumpul di satu titik dan terdengar seperti suara orang panik. Saat ada satu teman mereka yang melintas, mereka berdua pun bertanya.

“Ada apa? Kenapa pada rame-rame gitu?” tanya Rendy kepada teman satu basecamp nya itu.

“Daus katanya tadi mengamuk seperti orang kesurupan begitu, matanya mendelik keatas dan tubuhnya kejang-kejang,” Rendy melongo mendengar nama Daus yang disebut.

Darham dan Rendy pun berlari ingin melihat keadaan Daus. Benar saja, Daus masih kejang-kejang dan matanya mendelik keatas. Dia seperti tidak sadarkan diri, sebab dari mulutnya menceracau menyebut-nyebut nama pondok.

“Setahu ku Daus tidak pernah sakit ayan begini. Apa ini ada hubungannya dengan pondok yang sempat mereka tinggali sebelum mereka pulang kemarin?” tanya Suharto, Pimpinan HRD berusaha memegang Daus bersama dengan tiga orang lainnya. Mereka sendiri nampak kewalahan. Rendy hanya melongo, diam membisu memperhatikan Daus selayaknya orang yang sedang kumat penyakit epilepsinya.

“Rendy !!!!” Rendy terpekik kaget ketika namanya disebut oleh Suharto. Baru saja dia ingin melarikan diri dari tempat itu, Suharto sudah memandang tajam kearahnya. Deggg.
     

 

   
   
 

Tragedi Hantu Bilau Hutan Kalimantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang