Rendy, Rahman serta Darham mau tak mau menjalankan tugas kembali ke dalam Hutan Kalimantan. Mereka tak bisa menolak perintah Suharto, menolak berarti harus siap menghadapi kemarahannya. Bersama dengan Toto dan Imran, mereka pun bersiap pergi.Dengan membawa tas ransel masing-masing, seperti biasanya supir Camp, Eko akan mengantar mereka dalam perjalanan menunaikan misi mengembalikan kalung juga sekaligus mencari Nanang. Seandainya ketemu, mereka diwajibkan membawanya pulang kembali.
Dalam perjalanan menuju hutan, tak ada yang banyak bicara, sesekali Imran mengajak mereka berbicara, namun tidak seperti biasanya mereka akan menjawab sesingkat mungkin dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”.
Tak lama berselang, mereka kembali terdiam sambil mendengarkan music Dangdut Koplo dari tape mobil. Begitu sampai di depan Hutan Kalimantan, Pandangan Rendy, Rahman juga Darham termangu ke depan. Langkah mereka semakin berat untuk masuk ke dalam sana.
“Ayok, jangan ditunda, mumpung masih siang. Setidaknya begitu sampai kita bisa memulai mencari dimana tempat Pemilik kalungnya,” ajakan Toto membuat nyali mereka menciut.
Mereka berlima melanjutkan perjalanan masuk ke dalam hutan, saat siang hari suasana hutan sangat nyaman di pandang mata, terasa sejuk dan pemandangan di depan dengan hijaunya dedaunan membuat siapa saja menjadi betah, tapi tidak demikian saat malam hari. Sangat mencekam.
“Apa itu !” pekik Toto. Mereka berempat yang berjalan di belakang Toto kaget.Toto nampak berhenti, mereka pun mendekat ke arahnya memastikan apa yang dilihatnya. Di depan mereka nampak jelas terlihat penampakan laki-laki dengan tubuh kerdilnya, berbulu sangat lebat dan hitam, hidung juga kupingnya sangat besar, pangkal paha juga besar namun kakinya yang telanjang sangat kecil dan posisi kakinya terbalik.
Rendy yang melihat langsung penampakan di depannya, seketika kakinya lemas. Dia sendiri yang sangat tahu siapa di depannya. Ya, Hantu Bilau penunggu Hutan Kalimantan yang terus menatap mereka dalam diam. Tak seperti biasanya suka memanggil dengan nada yang sangat dihapal oleh Rendy.
“Hantu Bilau,” sahut Darham. Rendy menoleh, dia baru ingat jika Darham juga mengetahui tentang Hantu Bilau tersebut. Mereka hanya memandang ke arahnya dengan sangat tegang. Hanya sebentar saja, setelahnya Hantu Bilau itu pergi. Mereka pun bisa bernapas lega dengan kepergian makhluk tersebut.“Apa itu Hantu Bilau?” tanya Toto dan Imran bersamaan.
“Lohh, kalian belum tahu. Kata Pak Bambang tadi kalian sudah terbiasa masuk juga ke dalam hutan jadi ku pikir kalian tau yang begituan,” tukas Rendy cuek.
“Memang kami sudah sering kali keluar masuk hutan menemani rombongan perusahaan yang membutuhkan perlindungan tapi mana pernah kami ketemuan yang begitu, aneh sekali mau dibilang orang juga bukan, mau dibilang kurcaci juga bukan, ternyata Hantu Bilau. Nah, Hantu Bilau itu apalagi,” sahut Imran. Toto hanya diam menyimak. Toto memang paling cool dibanding dengan Imran.“Hantu Bilau merupakan penunggu yang ada di Hutan Kalimantan, dia suka muncul sesekali entah siang ataupun malam, biasanya saat kita bertemu dengannya sudah dipastikan kita akan tersesat karena memang begitu kebiasaan Hantu Bilau itu, kami warga sini sudah terbiasa dan harus waspada jika bertemu dengannya. Pokoknya kita jangan sombong dan merasa hebat saat di hutan jika masih sayang nyawa,” beber Darham. Mereka berdua hanya diam saja.
“Kalau gitu lebih cepat lebih baik menyelesaikan tugas daripada semakin banyak menemukan yang aneh-aneh di sini, baru saja kita sampai tau-tau disambut sama yang begituan,” sebut Imran. Darham dan Rendy juga Rahman tertawa.“Aku yakin, kalian berdua pasti betah berlama-lama di sini nantinya, karena saat kita di dalam hutan sana akan banyak sekali kejutan-kejutan yang membuat pikiran terapi gratis, pokoknya maknyess rasanya,” Rendy dan Darham tak bisa menahan tawa mendengar ucapan Rahman.
Anehnya, dua orang Petugas Kepolisian tersebut hanya diam saja, tak mengerti apa maksud kata-kata Rahman.
“Apa tidak sebaiknya kita buat tenda saja di sini?”tanya Toto yang akhirnya membuka suara.“Di dalam sudah ada tenda kami sebelumnya, Pak. Kita hanya tinggal berjalan sekitar 50 meter lagi, nanti juga sampai. Nah, kalau sudah masuk di sana barulah kita matangkan rencana apa yang mau kita kerjakan terlebih dahulu. Intinya, sekarang ini kita harus sampai dulu di tenda,”urai Rahman. Toto manggut-manggut.
Mereka pun melanjutkan perjalanan, sesuai peta dan arah kompas, akhirnya mereka menemukan tenda milik mereka sebelumnya. Hanya saja mereka kecewa sebab tenda mereka sudah rusak, seperti ada hewan yang masuk ke dalam tenda, mungkin mencari makanan. Selain itu, barang-barang seperti selimut pun hilang.
“Jadi bagaimana ini? Aku lupa membawa peralatan membuat tenda,” kata Rahman.Ternyata Rendy dan Darham pun sama. Beruntung saja kedua petugas tadi sempat di titipkan dua buah tenda lipat oleh Suharto.
Mereka berdua lantas membuat tenda dan hanya dalam waktu kurang dari setengah jam, dua tenda sudah berdiri dan jaraknya sangat dekat alias bersebelahan. Rendy, Darham dan Rahman menghampiri mereka berdua.
“Kami lupa bawa tenda tadi, tapi ternyata kalian sudah membawanya, terus bagaimana kita membagi tidur kita nanti malam, jika hanya dua buah tenda sekarang ini,” Toto dan Imran saling berpandangan.“Biar kami berdua tidur di satu tenda dan tenda satunya buat kalian bertiga saja,”saran Toto. Trio ini mengangguk.
“Kami sengaja membuat jarak yang lebih dekat, jadi kalau ada sesuatu bisa cepat kita saling bantu, bagaimana kalian setujua?” Mereka kompak mengangguk.Setelah menaruh semua barang-barang di luar tenda, mereka melanjutkan perjalanan mencari Pondok Inuy untuk mengembalikan kalung yang diambil oleh Daus, namun sebelumnya mereka melewati sungai dimana Daus ditemukan. Trio Petugas survey ini tak sekalipun mau menatap ke sungai tersebut. Mereka terus berjalan beriringan tanpa mengangkat kepala.
Sekitar sepuluh menit berjalan, tiba-tiba Toto dan Imran berhenti. Mereka yang berjalan menunduk menabrak badan kekar mereka. Mereka pun berhenti dan mendongakkan kepalanya untuk melihat apa yang terjadi.
“Itu loh di depan ada orang yang meminta tolong, sepertinya dia nggak bisa berenang. Dia menunggu di seberang sungai ini. Ayok, Mran. Kita tolong, kasihan masa mau menunggu di situ terus,” ajak Toto.
Mereka bertiga terpekik saat melihat Daus melambai-lambaikan tangannya sambil berteriak meminta tolong kepada mereka, dia berdiri persis di pinggiran pohon nipah dimana dulu dia ditemukan, tubuhnya basah kuyup, dia terus melambaikan tangan dengan wajah sendu bercampur cemas.
Baru saja Toto dan Imran akan melangkah, Mereka bertiga menahan mereka agar jangan mau mengikuti keingingan Daus yang berada di seberang sungai tersebut. Toto dan Imran merasa heran.“Dia itu teman kami yang sudah meninggal, dia baru saja di kirim kembali ke kampung halamannya untuk di kubur di sana, posisinya sekarang itu sama persis waktu kami menemukan dia pertama kali dalam keadaan sudah menjadi mayat,” ungkap Rendy.
Toto dan Imran kaget, terlihat sekali dadanya naik turun mungkin mereka baru menyadari jika lambaian tangan itu berasal dari rohnya Daus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tragedi Hantu Bilau Hutan Kalimantan
HorrorRendy dan Daus partner kerja survey setiap perusahaan akan membuka lahan. Kali ini mereka ditugaskan di Hutan Kalimantan yang terkenal dengan kepercayaan sekitar suka menyesatkan orang. Dan sulit pulang kembali. Selama 3 hari di hutan, berbagai maca...