Bab 19 ~ Peringatan Keras

678 57 7
                                    


Bambang dan Suharto begitu tegang ketika melihat kain penutup jenasah Daus terus bergerak turun dan tak lama memperlihatkan wajah Daus yang tak berubah. Sesaat mereka lega. Bambang dengan cepat menutup kembali kain penutupnya, lalu menutup pintu mobil.

Bambang dan Suharto berjalan cepat menghindar. Ridwan yang baru saja akan ikut dengan mereka, tidak diperbolehkan dan meminta agar Ridwan bersama temannya sesama Petugas Medis menjaga mayat Daus saja. Ridwan ketakutan tapi karena tugas, mau tak mau dia harus menjalankannya.

Setengah jam menunggu, akhirnya bantuan datang dari teman Bambang dari Kepolisian dan seseorang yang usianya sudah senja menggunakan tongkat. Sepertinya dia orang lokal yang sudah dituakan. Mereka memperhatikan orangtua tersebut menghampiri jenasah Daus.

Bambang, Suharto dan Rahman mendampingi. Sedangkan Rendy dan Darham melihat dari jarak dua meter dari tempat orang tua tadi berdiri.
Dia hanya diam berdiri cukup lama, entah apa yang dia lakukan. Kemudian dia membuka kain penutup dan matanya memperhatikan keadaan sekujur tubuh Daus. Tak lama dia membuka sedikit keras kedua tangan Daus yang terlihat menggengam.

“Coba tolong Kai, Nak. Bukakan tangan mayat ini. Dia memegang sesuatu yang Kai mau ambil,”titahnya kepada Suharto. Suharto pun maju dan berusaha membuka genggaman tangan Daus.

Cukup keras sampai-sampai dia menggunakan kekuatan kaki dan tangannya. Akhirnya dia berhasil. Begitu tangan terbuka, nampak sebuah kalung berbahan titanium dengan bandol atau liontin kalung berupa taring gigi binatang.

Rendy mendekatkan wajahnya kearah kalung yang ditemukan itu, dia masih kalung itu pernah dipakai oleh Perempuan Pemilik Pondok, Inuy dan Inuy pernah memadu kasih dengan temannya yang kini sudah menjadi mayat ini.

“Kalung ini punya Inuy,” gumam Rendy.

Dia yang paling hapal sekali dengan sesuatu yang ada di Pondok Inuy saat itu, termasuk apa yang dikenakan oleh Gadis misterius itu.

“Inuy… Apa dia punya Pondok di tengah hutan?” Rendy kaget karena orangtua tadi benar sekali. Rendy pun langsung mengangguk.

“Coba kamu ceritakan, bagaimana kalung ini bisa ada di tangan teman mu, sementara kalung ini pemilik penunggu pondok yang sudah ratusan tahun tidak pernah ditemui oleh siapapun,” ungkap orang tua itu.

“Maaf, Kai. Waktu itu kami hanya mampir sebentar ke pondoknya Inuy karena kami dikejar-kejar sama Hantu Bilau, jadi begitu kami lihat ada pondok disana. Kamipun mampir. Soal kalung ini aku hanya melihatnya sekilas ada di lehernya Inuy dan … selebihnya yang lebih banyak bersama Inuy, teman ku Daus ini, terkait kalung ini ada di genggamannya aku pun tak tahu,” jawab Rendy.

Semua orang yang ada di sana hanya mendengarkan Rendy dan Orangtua yang dipanggil Kai Hasan tadi sedang membahas kalung titanium berliontin taring gigi binatang. Kai Hasan nampak menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar.

“Kalian harus tahu, saat kalian masuk ke dalam Hutan Kalimantan jangan sekali-kali kalian melanggar aturan. Meludah sembarangan, menyombongkan diri, mengeluarkan kata-kata kasar apalagi sampai melakukan hal-hal yang tercela seperti berhubungan badan tanpa ikatan suami istri. Semua di Hutan Kalimantan, ada hal-hal yang harus dijaga. Jika melanggar maka ini salah satu akibatnya, sepertinya teman mu ini melihat kalung Pemilik Pondok di tengah hutan ini menarik baginya, sehingga tanpa ijin teman mu berusaha mengambilnya diam-diam. Tapi kalian dipastikan tidak akan bisa keluar dari hutan hidup-hidup seandainya kalian melanggar aturannya, Warga lokal sangat paham dengan pantangan-pantangan di Hutan Kalimantan. Akan tetapi, orang dari luar daerah tidak ada jaminan bahwa mereka juga mengetahui soal pantangan ini,” beber Kai Hasan.

Rendy, Rahman dan Darham saling berpandang-pandangan. Mereka bingung dan tak menyangka, jika Daus telah melanggar pantangan melakukan hal yang tak disukai oleh Hutan selama mereka masuk survey beberapa hari yang lalu. Kini, semua sudah terlambat dan sulit diperbaiki karena Daus sudah menjadi korban keganasan Hutan Kalimantan.

“Kami betul-betul minta maaf, Kai. Kami betul-betul tidak tahu mengenai pantangan itu, kami pikir hutan disini sama dengan hutan lainnya yang biasa kami pakai bertugas. Terus, bagaimana dengan kejadian-kejadian malam ini. Terus terang dari awal, kami selalu dihantui oleh Daus. Dia seperti berulangkali meminta pertolongan kami baik melalui mimpi ataupun secara langsung mendatangi kami. Kami jadi bingung apa maksudnya begitu,” jelas Rendy.    
  
“Itu karena dia mati penasaran, kalian terlalu bermain-main dengan hutan di sini. Lain kali jangan sampai kalian mengulanginya bila tidak ingin bernasib sama dengan teman mu ini. Untuk kalung ini sebaiknya kalian kembalikan kepada si empunya kalung, karena dia tidak ikhlas barangnya diambil, maka dia memberikan pelajaran kepada manusia yang usil,” sebut Kai Hasan.

“Ya, Kai .. Maaf. Kami janji kalau masuk Hutan Kalimantan lagi, kami akan lebih berhati-hati lagi. Terus bagaimana caranya mengembalikan kalung ini kembali ke pemiliknya, sedangkan pondoknya kadang terlihat dan pagi kadang sudah tidak ada, bingung,” sahut Darham.

“Bagaimana caranya itu urusan kalian, yang jelas kalung ini harus kalian kembalikan kepada pemiliknya. Untuk urusan mengangkut jenasah ini Insha Allah sudah bisa dilakukan, sebab yang menghalangi perjalanan kalian, sudah ditemukan apa yang menjadi penyebabnya,” kata Kai Hasan lagi.

“Memangnya apa yang menjadi penyebabnya, Kai,” tanya Rahman tak mengerti.

“Kalung titanium dengan bandolan taring babi itulah yang menjadi penyebabnya. Kalian tidak akan bisa jalan sementara mayatnya sedang menggengam milik penunggu hutan ini, kalian bermain-main dengan orang yang sudah mati,  Cepat kembalikan dan kalian akan hidup aman, untuk mobil pengangkut silahkan, nyalakan kembali mesinnya. Atas ijin Allah SWT, semuanya akan baik-baik saja,” tukas Kai Hasan.

Kai Hasan benar, Hanya dalam hitungan detik. Mobil pengangkut jenasah Daus kembali bergerak. Kai Hasan membungkus kalung titanium dengan kain kuning, kemudian memberikannya kepada Suharto agar diserahkan kembali kepada Inuy.

“Kalian bertiga yang bertugas menyelesaikan tugas mengembalikan kalung titanium punya Inuy ini. Harus segera kalian laksanakan supaya kita semua dalam keadaan aman,” Suharto memerintah mereka bertiga yakni Rendy, Rahman dan Darham.

Rahman memegang bungkusan kain berbentuk mini  berwarna kuning tersebut, dia menaruhnya di kantong celananya kemudian bergabung dengan rombongan untuk kembali ke Basecamp. Mobil pun bergerak melanjutkan perjalanan, selama ada Kai Hasan perjalanan sangat lancar tanpa hambatan.

“Sebenarnya siapa sih orang tua tadi?” tanya Rendy kepada Darham.

“Kai Hasan keturunan Raja dan semua keturunannya digelar Orang Pintar, maksudnya orang yang membantu orang untuk mengobati ataupun membantu mengusir roh-roh jahat yang biasanya menimpa anak-anak hingga orang dewasa, aku mengenal dia sudah pintar mengobati orang sejak aku kecil dulu,” Rendy dan Rahman menganggukkan kepalanya.

“Pantas saja, dia langsung tahu apa yang menjad hambatan kita berjalan menuju Camp. Ternyata memang ada yang menjadi penghalangnya. Betul saja kata kamu tadi, Ham. Mata  kamu jeli juga melihat Daus sedang menggengam sesuatu.

“Tapi aku betul-betul nggak menyangka mengapa Daus begitu nekat mengambil kalung yang tak seberapa itu jika dibandingkan dengan nyawanya yang harus dia korbankan,” imbuh Darham. Rendy pun menyesal, tak sempat mengingatkan teman karibnya itu.

“Yah , mungkin saja Daus tertarik. Soalnya dia punya hobi mengoleksi benda-benda aneh. Bukannya Daus memang pakarnya. Dia bahkan rela menghabiskan uang berjuta-juta untuk membeli berbagai hal-hal yang unik dan baru pertama kali dilihatnya, apalagi kalung yang memang unik berbahan dari taring gigi babi. Sudahlah, yang penting kita sudah tahu apa yang penyebab jalan kita terhalang. Nyatanya, Daus ingin memberitahukan hal ini langsung kepada kita. Ya, kita-kita yang masih hidup,” sambung Rendy.

Satu yang terlintas di pikirannya saat ini. Bagaimana nanti dia dan kedua temannya wajib kembali ke hutan untuk mengembalikan kalung milik Inuy. Dengan banyaknya pngalaman di hantui  berulang kali, Rendy dan kedua temannya, ogah masuk kembali ke dalam hutan.

Baru saja mereka sampai di halaman Basecamp. Terdengar suara orang berteriak cukup kencang.

“Tolong … tolonggg …,” Mereka sontak menoleh. Kaget.  








Tragedi Hantu Bilau Hutan Kalimantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang