Eight : Sirkuit

6K 432 13
                                    

🍀

Rafael melangkah beriringan bersama Metasa menuju kantin. Karena tujuan tempat yang sama, mereka berakhir berjalan bersama.

"Rafael, kamu kenal Lesya?" tanya Metasa.

Alis Rafael terangkat satu, merasa cukup heran, "kenapa?"

"Enggak, cuma nanya aja!" balas Metasa.

Setelahnya, tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Hingga sampai di depan pintu kantin. Banyak mata memusatkan perhatiannya pada Rafael dan Metasa.

"Rafael, ayo duduk bareng aku, Gion dan teman-temannya!" ajak Metasa.

"Gak usah!" tolak Rafael, tanpa pamit ia berlalu begitu saja menuju meja teman-temannya.

Metasa menatap punggung Rafael dengan tatapan berarti, lalu dengan helaan nafas ia melangkah menuju meja Gion dan teman-temannya.

Brakkk

Metasa menabrak seseorang dengan tidak sengaja.

"Kalau jalan itu pakai mata!!" ketus Selly, orang yang Metasa tabrak.

"Ma-" belum sempat Metasa meminta maaf, Selly langsung pergi begitu saja. Dahi Metasa mengernyit heran, tumben sekali Selly tidak mem-bullynya.

"Metasa, kamu gapapa?" Gion membantu Metasa bangun dari jatuhnya.

"Gapapa, Gion."

Lesya melihat semuanya, dari Rafael yang bersama Metasa, hingga bertubrukan dengan Selly. Lesya memikirkan peran Rafael dalam cerita, ia sedikit lupa dengan beberapa peran dalam cerita.

"What!!" pekik Lesya, membuat Runa disampingnya terkejut.

"Kenapa sih, Sya? Ngagetin gua aja lo!" ujar Runa kesal, pasalnya ia sedang fokus membalas pesan pacarnya, tiba-tiba Lesya memekik, kan kaget!

"Eh, sorry-sorry!" ucap Lesya dengan cengirannya, membuat Runa mendengus kesal. Ia melanjutkan aktivitas membalas pesan pacarnya.

Lesya memekik karena dia baru ingat peran Rafael. Yap, Rafael Azeno, second lead yang berakhir sad boy juga. Sama seperti antagonis dan protagonis ketiga, Rafael juga akan berakhir sama dengan mereka. Rafael juga menyukai protagonis wanita, tapi ia tidak dapat memiliki protagonis. Karena perannya bukan sebagai protagonis pria. Antagonis, second lead, protagonis ketiga, mereka adalah korban yang kepincut protagonis wanita.

Kasian sekali nasib mereka. Untung saja, nasib Lesya sebagai figuran tidak semenyedihkan itu.

"Runa, gua ketoilet!" pamit Lesya yang diangguki oleh Runa.

Lesya melangkah menuju toilet dengan pikirannya yang kemana-mana. Antagonis pria kemarin sepertinya sudah muncul. Jadi, tokoh-tokoh dalam novel sudah muncul semua?

"Konflik?" gumam Lesya bertanya.

Langkahnya terhenti, "gua lupa konfliknya gimana!" serunya, Lesya melupakan konflik cerita ini. Pikiran Lesya kalut, ia takut semua berubah.

Padahal, tanpa ia sadari. Semua mulai tidak sesuai dengan alur.

---

Gion menatap tajam lawan balapan malam ini. Tatapan tajam mereka saling bertubrukan. Senyum licik terlihat jelas dari lawan.

"Kalau gua menang, gua mau cewek Lo!" seru cowok tersebut membuat amarah Gion membara. Tangannya mengepal erat, menahan diri agar tidak melemparkan pukulan pada wajah menyebalkan musuhnya.

Mario Frederick, musuhnya sejak SMP. Entah alasan apa yang membuat mereka saling bermusuhan. Itu masih menjadi rahasia bagi banyak orang.

"Gua gak terima." Tolak Gion tajam, ia tidak terima Metasa menjadi taruhan balapan kali ini. Metasa yang berdiri sebagai penonton, menunduk takut.

"Cih, penakut." Desis Mario merendahkan.

Rahang Gion mengetat, ia tak terima dengan hinaan tersebut. "Oke, gua terima!" putus Gion.

Lagi-lagi senyum licik kembali terlihat dari wajah Mario. Sedangkan Metasa yang mendengar Gion menerima taruhan tersebut, semakin menunduk takut. Galang yang berdiri disebelah Metasa menepuk pundaknya.

"Tenang, Meta. Gion bakal menangin pertandingan ini, demi Lo!" ucap Galang menenangkan.

Demi aku. Batin Metasa yakin, ia mengangkat kepalanya. Menatap Gion dengan senyum, gion bakal menang demi aku. Batinnya lagi, dengan senyum kemenangan.

Pertandingan dimulai, seorang wanita dengan pakaian tak pantas berdiri ditengah antara motor mereka sebagai pemandu pertandingan ini.

ONE

TWO

THREE

GOO!!

Bendera dilepaskan, sebagai penanda mulainya pertandingan. Gion dan Mario melajukan motor mereka dengan cepat, tak ingin kalah satu sama lain.

Sorakan nama mereka memenuhi sirkuit balapan.

Beberapa menit kemudian, terlihat motor Mario memimpin, Gion mempercepat untuk menyalip Mario.

Dan, Srettt.

Motor Gion lebih dulu mencapai finis. Sorakan kemenangan dari kubu Gion memenuhi sirkuit. Mario yang menerima kekalahan, menggeram kesal. Rencananya gagal total.

Lagi-lagi, Mario menerima kekalahan.

Metasa memeluk Gion yang turun dari motornya. "Gion, selamat kamu menang!!" Seru Metasa senang. Gion membalas pelukannya dengan hangat.

Keromantisan mereka berdua membuat banyak orang menahan rasa iri.

Diarah berlawanan, seseorang dengan pakaian serba hitam, topi hitam, hoodie yang menutupi kepalanya dan masker yang menutupi setengah wajahnya. Semua yang terjadi sudah ia duga, sama persis seperti alur yang ia baca.

"Gak ada yang berubah." Gumamnya pelan, setelahnya berlalu pergi dari sirkuit.

Ia mengecek ponselnya, tanpa menatap kedepan.

Brukk

Tubrukan terjadi, matanya menatap pemuda tersebut. Figuran. "Sorry!" ucapnya, lalu kembali berlalu.

Pemuda itu menatap punggung orang yang menubruknya dengan penasaran. "Kayaknya gua kenal." Dialognya dengan ujung bibir yang tertarik membentuk senyuman misterius.

---

Metasa memasuki rumahnya dengan mengendap pelan, keadaan sepi dan cukup gelap, karena orang tuanya pasti sudah terlelap. Sedang Abang nya, sepertinya berada dikamar entah sudah terlelap atau belum.

Langkah kaki mendekat, Metasa terhenti. Ia menatap wajah datar tersebut dalam kegelapan.

"Abang!" panggil Metasa.

"Lo, ingat ucapan gua?" pertanyaan terlontar dengan datar dari Kenzo.

"M-maaf," cicit Metasa pelan.

"Ternyata cewek baik-baik pulangnya tengah malam ya?" ucap Kenzo menyindir.

"Abang salah paham. Aku habis dari rumah temen ngerjain tugas yang dikumpul hari Senin." Jelas Metasa mengelak.

"Lo kira, gua gak tau Lo habis dari mana?" tatapan datar Kenzo semakin menyeramkan dalam kegelapan seperti ini, bulu kuduk Metasa sampai berdiri, merinding.

"Sirkuit balapan, ditengah-tengah kumpulan cowok."

Metasa menunduk, ia ketahuan berbohong.

"Ternyata sama aja kayak ibu lo yang gak bener itu!" Seru Kenzo menusuk hati Metasa, ia mendongak menatap Kenzo.

"Abang gak tau apa-apa tentang ibu kandung aku!" balas Metasa cukup keras.

"Gua tau semuanya, Metasa." Kenzo mendekat, berdiri disamping Metasa, bisikan kecil ia lontarkan pada Metasa membuat tubuh Metasa menegang seketika.

Kenzo berlalu menaiki tangga menuju kamarnya dengan raut datar.

🍀

Jangan lupa senyum dan bersyukur.
Jangan lupa vote. Terima kasih telah membaca dan memberi vote.

•19-10-23

Buku Tanpa JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang