🍀
Selly membasuh wajahnya di wastafel toilet, ia menatap wajahnya dalam kaca. Tangannya memegang pinggir wastafel dengan erat.
"Gua harus apa!!!" teriak Selly, ia tak peduli jika ada orang lain dalam toilet ini.
Matanya memerah menatap wajahnya, "apa yang harus gua lakuin sekarang?" lirihnya. Tak terasa air mata mengalir begitu saja.
"Selly, perjuangin cinta Lo lagi! Jangan berhenti di tengah jalan! Lo taukan, udah seharusnya Lo dan Gion bersatu. Singkirkan benalu pengganggu itu!"
Iya, seharusnya ia dan Gion bersatu. Tapi, benalu itu menghancurkan semua takdir nya dan Gion. Tidak seharusnya takdir indahnya hancur, kan? Ia harus menyingkirkan benalu pengganggu itu.
"Kalau Lo merasa lelah dengan semuanya, akhiri penderitaan Lo dengan berhenti mengejar sesuatu yang sia-sia dan membuat Lo menderita."
Ucapan gadis yang tak ia ketahui namanya di rooftop terlintas dalam benak Selly. Ia termenung.
Semuanya harus diakhiri, penderitaan nya harus diakhiri. Selly harus berhenti. Selly harus memulai langkah baru. Namun, ia merasa tak sanggup memulai kembali. Semua ceritanya sudah hancur. Apakah benar, ia harus berhenti setelah semua perjuangannya ini? Apakah ini pilihan terbaik?
"Lo mau kalah dari benalu itu?"
"Selly, ayo rebut yang harusnya milik lo."
Perkataan lain kembali terlintas. Selly bimbang. Jika ia berhenti, ia akan menerima kekalahan. Jadi, apa ia harus kembali merebut miliknya?
"Ya, gua harus rebut milik gua. Gion milik Selly Monica." Ucap Selly yakin menatap bayangan wajahnya.
---
Lesya menelusuri lorong kelas seorang diri, sedangkan Runa pergi mengapeli pacarnya. Lesya akan keperpustakaan, mengisi jam istirahat nya. Ia berpapasan dengan sang pemeran utama dan ketiga temannya. Lesya melirik mereka sebentar, lalu kembali melangkah.
"Pasti mau jemput tuan putri!" tebak Lesya dengan suara pelan.
Setelah kemarin ia mengamati, tidak ada yang berubah pada alur. Jadi, Lesya merasa sangat lega.
Tetap sama, bukan berarti tidak ada yang berubah, kan?
Lesya memasuki perpustakaan yang sepi, siapa yang akan kepustakaan saat jam istirahat seperti ini? Tidak ada. Kecuali, murid kutu buku.
Ia memilah setiap rak yang ia lewati, meneliti setiap buku yang ia lihat. Pilihannya jatuh pada buku bersampul merah maron.
Lesya memilih duduk dimeja pojok perpustakaan dekat jendela yang menampilkan taman belakang. Dengan tenang, ia mulai membacanya.
Cittt
Decitan kursi disampingnya, mengalihkan perhatian. Lesya menatap pemuda yang duduk disampingnya.
Manik mereka saling bertubrukan, hingga Lesya memilih menatap arah lain. Hening, menyapu ruangan. Mereka sibuk membaca buku masing-masing, hingga Lesya berdeham cukup keras.
Ekhem!
Berdeham untuk menghilangkan rasa canggung. Lesya melirik sampingnya, "eum, boleh gua tanya sedikit?" tanyanya berbisik.
Rafael menoleh, satu alisnya terangkat, "apa?"
Lesya berdiam sejenak, lalu mulai melontarkan pertanyaan. "Kalau semisal, dunia ini adalah sebuah cerita, lo memilih untuk berperan sebagai apa?" tanya Lesya, entah kenapa ia bertanya pada salah satu pemeran penting novel ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Tanpa Judul
Teen FictionAlana Falansa, menemukan Buku Tanpa Judul. Ia memasuki dunia buku itu, menempati tokoh figuran yang sekali muncul karena terlibat konflik kecil. Lama dalam dunia ini, ia temukan berbagai masalah setiap pemeran. Bahkan masalah tentang dirinya sendiri...