Nineteen: Pertandingan

3.7K 324 13
                                    

Happy Reading
🍀


Jum'at pagi, Lesya sudah berada di sekolah dengan Runaya. Hari ini, mereka akan melakukan tanding basket putri. Berbeda dengan tanding basket putra yang kemarin dilaksanakan jam 8.00 sampai jam 12.00, tanding putri dilaksanakan jam 7.00 sampai jam 11.00. Untuk final tetap jam 4.00 sore.

Sebelum tanding Runaya mengajak Lesya menonton lari estafet terlebih dahulu. Waktu tanding untuk timnya dilaksanakan jam 9.00, sedangkan saat ini masih menunjukkan jam 8.00, ada waktu satu jam untuk menonton estafet dan berganti baju nantinya.

"Eh tu ada Ruto, kita duduk bareng disana aja!" seru Runaya menunjuk Ruto yang duduk ditribun depan bersama beberapa anak kelas.

Lesya dan Runaya menghampiri, "Ruto! Gua sama Lesya ikut gabung duduk sini, ya!" ijin Runaya.

"Iya, duduk aja!" jawab Ruto. Runaya duduk dikursi kosong disamping Ruto dan Lesya duduk disebelah kiri Runa, tetapi disebelah kanannya terdapat Razean yang tadinya disamping Ruto bergeser dua kursi untuk tempat duduk Runaya dan Lesya.

"Kalian gak siap-siap tanding basket?" tanya Chiko, salah satu teman sekelas yang ikut menonton.

"Tandingnya jam sembilan, masih ada waktu lah buat nonton estafet!" Jawab Runaya diangguki mengerti oleh Chiko.

Pertandingan lari estafet segera dimulai. Masing-masing pemain sudah berada diposisi nya. Lari estafet dibagi menjadi tiga pertandingan. Setiap pertandingan ada sembilan regu dengan empat orang pemain setiap regu. Kelas 11 IPA 1 mendapat pertandingan pertama.

Di start Hani sebagai first runner mengambil posisi. Ia memposisikan diri menggunakan teknik start jongkok. Aba-aba dari panitia yang bertugas mulai terdengar.

Bersedia!

Siap!!

Yaaa!!!

Para first runner dari setiap regu mulai berlarian dengan jarak 100 meter menuju second runner.

"Haniiii, semangatttt!!!" teriak Runaya memberi semangat.

"Ayooo, Haniii!!!" Ruto juga ikut bersorak dan beberapa penonton juga bersorak untuk regu yang mereka dukung.

"Aduh, Hani diposisi terakhir!" resah Chiko.

"Ini strategi kita, gua sama Ryan yang udah rencanain strateginya." Sahut Ruto.

"Strategi gimana?" tanya Runaya menimpali.

"Liat aja entar!" balas Ruto membuat Chiko dan Runa berdecak kesal.

Lesya sedari tadi tidak mengeluarkan suara, ia fokus memperhatikan Hani yang berlari diposisi terakhir. Hani mengayunkan tongkat dari belakang kedepan, kemudian meletakkan tongkat ditelapak tangan Sofi–second runner.

Lesya mengalihkan pandangannya kesamping kanan,  cowok itu fokus memperhatikan lapangan. "Tumben lo gak bareng si Gion?" tanya Lesya kepo.

Razean menoleh, menatap Lesya. "Males," jawab Razean, diangguki mengerti oleh Lesya.

"Kenapa?"

"Hah?" Lesya menatap bingung.

"Kenapa nanya gitu?"

"Gapapa, cuma kepo aja. Biasanya kan lo bareng dia," jawab Lesya. Lalu kembali tidak ada pembicaraan.

Beberapa menit kemudian, Razean membuka suara,

"Makasih," Lesya menoleh menatap Razean yang juga menatapnya.

"Makasih untuk apa?" bingung Lesya.

Sorakan keributan ditribun seolah hilang menjadi hening antara mereka, setelah Razean mengucapkan kalimatnya.

Buku Tanpa JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang