Twenty four: Peranan

3.3K 228 2
                                    

Happy Reading!
🍀

Hari minggu pagi yang cerah, secerah senyum Metasa yang menatap video menyenangkan di ponselnya. Ia duduk di sofa ruang tamu rumahnya.

"Kenapa senyum-senyum gitu? Lihat apa sih?" tanya Kazia yang datang dengan sepiring cookies.

"Video lucu, Ma!" jawab Meta, ia segera mematikan ponselnya.

"Oh, Mama kira kamu lagi chatting-an sama siapa gitu!" Goda Kazia, ia duduk di samping Metasa.

Metasa terkekeh, "enggaklah, Ma!"

"Meta, cookies nya dimakan!"

"Iya, Ma!" Metasa mengambil cookies buatan Kazia, memasukkan dalam mulut dan mengunyahnya.

"Meta, kamu jangan terlalu dekat dengan Gion! Kamu tahu kan, dia udah punya tunangan." Peringat Kazia membuat Metasa terdiam sebentar, lalu ia tersenyum simpul.

"Iya, Ma, aku tau." Jawab Metasa.

"Bagus kalau kamu tau! Lagi pula, dia itu kan sepupu kamu. Dan juga kalau Papanya Gion tau kamu dekat sama anaknya, dia gak akan tinggal diam." Ucap Kazia, "dia itu temperamental."

Metasa mengangguk pelan, "aku gak mungkin suka sama Gion. Dia cuma aku anggap abang, dan aku juga udah suka sama cowok lain." Ungkap Metasa.

"Wah, siapa tuh?" tanya Kazia.

"Ada deh, Mama jangan kepo!" seru Metasa membuat Kazia terkekeh. Metasa kembali mengambil cookies dan mengunyahnya.

"Eum sebenarnya, kamu dan Lesya itu ada masalah apa sih? Kenapa dia gitu sama kamu? Bukannya kalian temenan?" tanya Kazia penasaran.

Kunyahan Metasa memelan, matanya menatap kebawah, "aku juga gak tau, Ma ..." jawab Meta lirih.

"Tiba-tiba dia sering nyakitin aku, padahal aku gak ngelakuin kesalahan apapun. Kemarin sebelum fashion show, dia sengaja rusakin kebaya yang mau aku pakai, Mah. Untungnya, ada temen yang bawain kebaya lagi buat aku." Ucap Metasa mengalir dengan sangat meyakinkan.

"Kejadian kemarin malam pun, dia tiba-tiba dorong aku dan marah-marah gitu." Lanjut Metasa, ia melengkungkan bibirnya kebawah seolah merasa sedih.

"Padahal aku suka banget temenan sama dia, tapi dia malah jahatin aku ..." ujar Metasa, lagi. Setiap kata yang ia lontarkan seolah menghipnotis sang pendengar.

Kazia mengelus pundak Metasa, "Mama gak nyangka Lesya bisa kayak gitu, padahal Mama suka banget sama dia." Ungkap Kazia.

"Oh ya, kemarin itu —Ayahnya Lesya?" tanya Kazia.

"Iya, kenapa, Ma?" tanya Metasa bingung.

Kazia bungkam, berbagai pikiran hinggap di kepala. Jika Lesya adalah putri Riko, maka ...

... Lesya adalah putri kandungnya.

"Gion, kita perlu bicara." Selly menatap harap pada Gion. Mereka berada di taman, sudah pasti dengan paksaan Selly yang ingin bertemu.

"Omong kosong apalagi yang mau lo bicarakan, Selly?" tanya Gion sinis.

Selly menghela nafas dalam, "Gion, tolong cintai gua." Pinta Selly dengan mata penuh harap.

Gion menatap Selly tak percaya, "Mencintai lo?" tanya nya dengan dengusan.

"Berapa kali gua harus bilang, gua gak akan pernah mau mencintai lo!" seru Gion tajam.

"Gion, gua mohon cintai gua. Apa yang harus gua lakuin agar lo mencintai gua? Gua akan lakuin apapun untuk dicintai." Ucap Selly memohon, ia menyentuh kedua tangan Gion, tetapi dihempas dengan kasar oleh sang empu.

Buku Tanpa JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang