🍀
Mata Lesya terbelalak saat pintu gudang mulai tertutup, ia melangkah dengan rasa sakit di kepalanya. Cahaya itu mulai menghilang.
Brukk
Pintu tertutup tepat saat Lesya sampai menggapai ganggang pintu. Ia gerakkan untuk membuka, namun tak bisa sama sekali. Lesya mengedor pintu itu dengan kuat.
"Erika!!! Buka pintunya!!" jeritnya gemetar.
"Buka, Erika, buka!!!"
Beberapa kali ia menjerit, tak ada yang mendengar dan membukakan pintu.
Gelap!
Tidak ada secerca cahaya, walau samar-samar. Lesya menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia senderkan tubuhnya di pintu tertutup.
"T-tolong, gua takut ..." lirihnya terbata.
Keringat dingin bercucur tanpa bisa dihentikan, bahkan jantungnya terasa ingin meledak sangking cepatnya berpacu.
Bayang-bayang buruk kembali teringat, seperti kaset rusak. Pikirannya terganggu, rasa sesak mulai mencekik dirinya.
"Kamu adalah sebuah kesalahan!"
"Dasar anak sialan!!"
"Anak gak tau diri!"
"Anak gak berguna!!"
"Benalu!!"
Makian-makian itu terbayang jelas. Bahkan rasa sakit atas pukulan, tamparan, dan cambukan itu masih saja menyakiti dirinya.
Kedua tangan nya menjambak keras surai miliknya, berharap suara-suara dan bayangan buruk itu menghilang secepatnya.
"Akhhh!!"
"Udah, Pah!! S-sakit!!"
Bukannya menghilang, bayang buruk itu malah semakin menjadi. Kejadian terakhir kali sebelum ia memutuskan mengakhiri diri pun hadir. Membuka luka lama yang bahkan tidak pernah diobati sedikitpun.
"Kamu berhasil menghancurkan hidup saya!!"
"seharusnya kamu mati saja!"
"Mati ..."
"Mati ..."
"Mati ..."
Cengkraman pada rambutnya semakin ia tekan kuat, tidak peduli jika kulit kepalanya bisa mengelupas dan berdarah. Yang ia butuhkan sekarang, semua itu menghilang. Jika bisa, dirinya juga ingin menghilang dari dunia ini.
"Pa, sakit ..." Lirihnya sendu, cairan bening mengalir begitu deras dari pelupuk mata. Ia tak kuasa menahan rasa sakit itu.
"A-alana, sudah m-mati, Pa ..."
Kalimat menyakitkan itu berhasil terucap dari lisannya. Alana berhasil memenuhi ucapan Ayahnya. Ia, Alana, telah mati.
Kesadarannya mulai terenggut. Samar, suara terdengar memanggil namanya.
"Lesya!"
Ia mengenal suara itu, "Razean ..."
"Tolong ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Tanpa Judul
Novela JuvenilAlana Falansa, menemukan Buku Tanpa Judul. Ia memasuki dunia buku itu, menempati tokoh figuran yang sekali muncul karena terlibat konflik kecil. Lama dalam dunia ini, ia temukan berbagai masalah setiap pemeran. Bahkan masalah tentang dirinya sendiri...