🍀
Metasa terduduk disofa ruang tamu, ditemani kartun kesukaannya di televisi. Malam ini, ia menunggu seseorang pulang. Sedari tadi ia tak sabar menunggu orang tersebut. Hari sudah larut, orangtua nya sudah lebih dulu tidur. Tinggal dirinya malam ini.
Derap langkah kaki terdengar memasuki ruang tamu, dengan senyum lebar Metasa beranjak dari duduknya. Menghampiri seseorang yang baru datang.
"Akhirnya Abang pulang juga, Meta udah nunggu Abang lumayan lama!" ujar Metasa dengan senyumnya.
Seseorang yang Metasa panggil 'abang' itu menatapnya datar, seperti biasa.
"Abang pasti capek ya? Mau aku buatin susu coklat?" tawar Metasa dengan sukarela.
"Gak usah sok baik," jawabnya dengan nada ketus — Kenzo Mayozoe.
Metasa memberanikan mendekat, "Bang, aku cuma —"
Ucapan Metasa terpotong karena hempasan Kenzo pada tangan Metasa yang ingin menyentuh lengan Kenzo. "Jauhin tangan kotor lo dari kulit gua!" peringat Kenzo tajam.
Metasa menunduk, "maaf, Meta gak maksud —"
"Berisik." Sarkas Kenzo, ia ingin berlalu melewati Metasa. Namun ucapan Metasa menghentikannya.
"Bang, aku ini adek kamu! Kenapa Abang malah gak suka sama aku?!" Metasa menatap punggung Kenzo dengan sendu.
Kenzo menoleh kebelakang, "adek?"
"Kapan gua pernah ngakuin lo sebagai adek gua?!" lanjut Kenzo bertanya dengan tajam.
Kenzo menatap remeh Metasa yang menunduk, "dengar gua, Lo itu —" ia menunjuk Metasa, "—bukan adek gua." Lanjut Kenzo menekankan kata-katanya.
"Jadi, gak usah ngaku-ngaku sebagai adek gua." Peringat Kenzo tajam, setelahnya ia berlalu meninggalkan Metasa diruang tamu sendirian.
Pertahanannya runtuh, air mata yang ia bendung akhirnya meluncur dengan bebas. Kata-kata yang menurut orang lain biasa saja, tapi itu menyakitkan baginya. Apalagi yang mengatakannya langsung adalah orang yang ia sayang.
Metasa memang tidak kekurangan kasih sayang dari orang tua nya, apalagi mama tirinya. Tapi, ia membutuhkan kasih sayang dari abangnya. Ia ingin dimanjakan oleh abangnya seperti kebanyakan orang-orang yang memiliki abang. Harapan yang selalu ia inginkan tidak pernah terwujud.
"Sebenci itukah Bang Kenzo ke aku?" pertanyaan yang selalu ia tanyakan pada dirinya sendiri.
Jika Kenzo mendengar pertanyaan itu. Ia akan menjawab dengan lantang. Bahwa, Kenzo sangat membenci Metasa.
---
Pagi kali ini, masih sama seperti kemarin. Tatapan mereka masih menyorot Lesya. Bisik-bisik juga masih terdengar. Padahal Lesya sudah menyelesaikan masalahnya kemarin.
Dalam lubuk hatinya, Lesya berharap agar nanti Selly Monica — sang antagonis, membuat ulah kembali. Agar kasus kemarin dapat tertutupi dengan cepat, dengan itu masalah Lesya selesai.
Lesya memasuki kelas, ia duduk dibangkunya. Memasang earphone ketelinga, mendengarkan musik kesukaannya. Kebiasaan pagi yang tak pernah ia tinggalkan. Mendengarkan musik adalah salah satu cara terampuh menenangkan diri. Apalagi dipagi hari dengan suasana dingin yang mendukung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Tanpa Judul
Roman pour AdolescentsAlana Falansa, menemukan Buku Tanpa Judul. Ia memasuki dunia buku itu, menempati tokoh figuran yang sekali muncul karena terlibat konflik kecil. Lama dalam dunia ini, ia temukan berbagai masalah setiap pemeran. Bahkan masalah tentang dirinya sendiri...