Ten: Antagonis malang

5.6K 390 6
                                    

🍀

Sial.

Karena menonton drama diparkiran tadi, Lesya harus tertinggal bus. Ia berjalan dengan helaan nafas setiap saat. Handphone nya lowbet, tidak bisa memesan gojek ataupun taksi online. Sedangkan taksi tidak ada yang lewat sedari tadi. Hari ini, hari tersial Lesya sepertinya! Atau mungkin ada hari yang lebih sial nantinya?

Lesya berhenti disalah satu kedai pinggir jalan, memilih untuk mengistirahatkan kakinya yang lelah berjalan.

"Bu, es teh satu!" pesannya, ia duduk dikursi panjang yang tersedia.

Kedai ini sepi, hanya ada satu pemuda dihadapannya yang  menelungkup kan wajahnya di atas meja pada kedua tangan.

Lesya duduk sambil melihat-lihat kedai kecil ini. Hingga pesanan nya datang.

"Ini, neng." Ucap ibu penjualnya menaruh pesanan Lesya diatas meja.

"Makasi, Bu," ujar Lesya tersenyum. Ibu penjual kembali ketempat nya.

Lesya meminum es teh tersebut. Ia mulai berkelana kedalam pikirannya. Hingga seseorang berdeham cukup keras.

Lesya menoleh kedepan, asal suara. Matanya sedikit membola menatap pemuda tersebut.

"Lo yang di rooftop waktu itu, kan?" tanya Lesya, pemuda itu mengangguk pelan dengan mata sayu yang terlihat jelas.

Setelahnya, tak ada perbincangan. Karena merasa bosan, Lesya mengambil kertas origami yang selalu ia bawa dalam tas sekolah.

Satu kertas dan pulpen ia ulurkan pada pemuda di depannya, "tulis keinginan Lo disini, trus coba deh buat pesawat kertas!" Seru Lesya, entah mengapa ia berani berinteraksi lebih dulu dengan seseorang yang termasuk memiliki peran penting di dalam novel.

Kenzo menatap kertas origami dan pulpen pemberian Lesya, lalu beralih menatap Lesya. "Emangnya keinginan yang gue tulis, bisa terkabul?" tanya nya.

"Enggak." Jawab Lesya sambil sibuk menulis keinginan dikertas itu, lalu tangannya mulai membentuk kertas tersebut menjadi pesawat.

"Setidaknya keinginan gua tersimpan di pesawat kertas ini, terkabul enggak nya itu urusan Tuhan." Ucap Lesya menunjukkan pesawat kertas yang ia rangkai.

Kenzo mengangguk, lalu mulai mengambil kertas dan pulpen pemberian Lesya. Menuliskan keinginannya, kemudian merangkai kertas menjadi pesawat.

Lesya tersenyum tipis melihat nya, "oh ya, nama lo siapa?" tanya Lesya, sekedar basa-basi, karena ia sudah tahu jelas siapa seseorang di hadapannya ini.

"Kenzo Mayozoe."

Kakak tiri protagonis.

"Oh, abangnya Metasa!" sahut Lesya sambil mengangguk, ia meminum es teh nya yang masih tersisa setengah.

"Kira-kira keinginan apa yang lo tulis?" tanya Lesya penasaran.

"Ketemu adek gua." Jawab Kenzo membuat Lesya terkekeh pelan.

"Lo mau ketemu Metasa? Padahal kalian setiap hari ketemu, sayang banget ya sama Metasa?" tanya Lesya, padahal tanpa Lesya bertanya, ia tau seberapa sayang Kenzo pada Metasa, walaupun awalnya Kenzo tidak pernah menerima kehadiran Metasa.

Mungkin, kali ini Kenzo sudah mulai menerima Metasa dan menyayangi Metasa seperti adek kandungan nya. Walaupun, gengsinya lebih besar dari rasa sayang nya pada Metasa.

Kenzo tak menjawab. Ia malah melontarkan pertanyaan, "nama lo siapa?"

Lesya menatap manik gelap Kenzo, "gua Lesya."

Buku Tanpa JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang