🍀
Tatapan tajam itu beradu dengan manik hitam legam milik Lesya, beberapa waktu berlalu tanpa ada sepatah kata yang di ucap. Lelah menunggu sosok di hadapannya untuk berbicara duluan, Lesya yang akan mengambil alih peran itu.
"Ada yang mau di omongin?" tanya Lesya, hanya anggukan yang Lesya dapatkan sebagai balasan.
"Gua kangen lo, Dek."
Kalimat itu terlontar begitu saja, menciptakan sesuatu dalam diri mereka berdua seolah bergemuruh. Ada rindu yang tak bisa di jelaskan oleh kata.
"Boleh gua peluk lo untuk salam pertemuan pertama kita sebagai saudara?" Ijin Kenzo pada saudara kandungnya yang sudah lama tak berjumpa. Beberapa waktu lalu, setelah ia tau Lesya adalah saudara kandungnya, Kenzo tak dapat seenaknya mengungkapkan rasa rindunya pada Lesya waktu itu.
Maka kali ini, bolehkah Kenzo melepas rindu pada Adeknya?
Lesya bungkam, ia bingung untuk bereaksi seperi apa. Jujur saja, dalam dirinya ini mengalir perasaan yang begitu ingin di lepaskan saat ini. Apakah ini adalah perasaan rindu Lesya asli pada Kenzo, saudaranya?
Dalam manik pekat Kenzo, ada begitu banyak harapan pada Lesya untuk mengijinkan nya melepas rindu. Tanpa kesadaran penuh, Lesya mengangguk sebagai tanda mengijinkan.
Puk
Kenzo memeluk Lesya dengan erat, rasa hangat tercipta dalam diri mereka berdua. Rindu yang terlalu lama di pendam akhirnya terlepas begitu saja hanya dengan sebuah pelukan hangat. Sungguh, Kenzo rasanya ingin dunia berhenti sejenak, membiarkan pelukan ini berlangsung lama sampai rindunya benar-benar terobati.
"Abang kangen banget sama kamu, Dek." Ungkapmya kembali.
"Abang selalu tunggu momen yang pas untuk melepaskan rindu ini, dan Abang senang sekali momen itu terjadi saat ini." Lanjut Kenzo, suaranya terdengar bergetar.
Apakah seberat itu rindu yang Kenzo tanggung selama ini?
Lesya juga pasti kangen lo, Kak. Batin Alana, ia menyayangkan pertemuaan ini, karena yang seharusnya menerima semua ini adalah Lesya asli, bukan jiwa Alana. Mengapa Lesya asli harus pergi begitu saja? Mengapa Alana yang menggantikannya? Bukankah ini tidak adil? Alana dapat bertemu Ibu dan Abang kandung Lesya, tapi Lesya? Ia tidak dapat merasakan semua ini.
Alana merasa mengambil posisi yang tidak seharusnya menjadi miliknya. Dengan ini, siapa yang harus ia salahkan? Takdir? Tuhan? Tidak. Tuhan dan takdir tidak salah. Yang seharunya disalahkan ialah Alana. Ia yang salah, meminta Tuhan memberikan kasih sayang padanya dari sekumpulan orang yang lebih hangat di sebut keluarga.
---
Melody lembut mengalun dalam ruang kecil dengan minim pencahayaan, di setiap sudut tembok terdapat berbagai foto yang ia tempel dengan berbagai hiasan. Jika di lihat, ruangan itu cantik, tapi kecantikannya hilang ditelan kegelapan.
Seorang gadis duduk di kursi yang tersedia dengan menatap bingkai foto seseorang. Senyumnya melebar menatap foto sang pujaan hati. Dalam setiap pikirannya hanya ada berbagai macam ide untuk mendapatkan yang seharusnya menjadi miliknya.
"Apa yang gua cintai, harus menjadi milik gua." Ucapnya dengan senyum lebar yang tak luntur dan mata yang menyiratkan sebuah obsesi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Tanpa Judul
Teen FictionAlana Falansa, menemukan Buku Tanpa Judul. Ia memasuki dunia buku itu, menempati tokoh figuran yang sekali muncul karena terlibat konflik kecil. Lama dalam dunia ini, ia temukan berbagai masalah setiap pemeran. Bahkan masalah tentang dirinya sendiri...