🍀
Lesya meregangkan otot-otot tubuhnya, melakukan pemanasan sebelum latihan basket. Ya, hari ini, mereka mulai latihan basket dilapangan indoor gedung IPA.
Setiap jurusan di SMA Bhintara memiliki gedung sendiri. Gedung kanan dengan lantai empat adalah gedung jurusan bahasa. Gedung tengah dengan lantai empat juga adalah gedung jurusan IPA, pusat terjadinya alur novel. Gedung kiri adalah gedung jurusan IPS, yang memiliki empat lantai juga, dan setiap Gedung memiliki lapangan indoor dan outdoor untuk setiap ekskul olahraga.
"Lesya, ayok!" seru Runaya setelah menyelesaikan pemanasan nya. Lesya menghampiri Runaya ditengah lapangan dengan beberapa teman tim, termasuk pemeran utama wanita.
Kenapa ada Metasa? Intan yang awalnya ikut, harus digantikan oleh Metasa, karena Intan tiba-tiba terkena cacar air. Keadaan yang tidak memungkinkan membuat Intan mengundurkan diri dari perlombaan, dan terpaksa digantikan oleh Metasa.
Sekarang waktunya untuk berlatih bagi tim basket putri 11 IPA 1, setelah tim basket putra menyelesaikan latihan nya lebih dulu.
Latihan berjalan lancar, tapi sesekali Lesya merenggut kesal saat Metasa merebut paksa bola basket darinya. Ia menahan diri untuk tidak menyembur Metasa dengan kata-kata mutiara. Jika Lesya kelepasan memaki Metasa, bisa-bisa ia diserang oleh para pahlawan Metasa yang duduk anteng menonton dari tribun. Langsung kedua pahlawannya. Gion dan Rafael.
Sial. Batin Lesya memaki.
Satu jam berlalu begitu saja, akhirnya Lesya bebas dari kekesalannya yang ia tahan setengah mati. Latihan pertama mereka selesai.
"Wah, kalian habis latihan juga?" suara angkuh itu terdengar, Selly melangkah mendekat kearah tim basket Lesya. Ah, lebih tepatnya kearah Metasa.
"Kebetulan banget, gua juga habis latihan. Gimana latihan pertama Lo, Metasa?" tanya Selly dengan nada mencemooh.
"eum, bagus kok!" jawab Metasa pelan.
"Bagus dari mananya, bego! Latihan berantakan kayak tadi, Lo bilang bagus! Gila Lo!" Lesya memaki Metasa dalam hati. Mana mungkin ia berani bersuara langsung, masih ada pahlawannya Metasa cuy! Mental Lesya menciut seketika. Eh, lebih ke gak mau cari masalah sih sebenarnya.
"Selly, gak usah cari ribut!" cetus Gion, ia sudah berdiri dihadapan Selly, membawa Metasa kebelakang tubuhnya untuk dilindungi.
"Gua cuma nanya, Gion!"
"Mau nanya atau apapun itu, lo pasti berniat buruk pada Metasa."
Selly menatap Gion dengan tatapan sendu, ia dituduh lagi. Apa yang Selly lakukan pasti akan dipikirkan buruk oleh mereka.
"Metasa, aku anter kamu pulang. Ayo!" Gion menggandeng tangan Metasa, membawanya pergi dari lapangan indoor.
Lesya menatap adegan singkat tersebut dengan kesal. Pasalnya, Lesya masih tidak menemukan buku novel yang hilang entah kemana itu!! Jadi, Lesya nantinya akan tersesat dalam alur yang tidak ia tau arahnya kemana. Lesya takut.
Haruskah ia mengobrak-abrik kamarnya?
"Sya, yuk pulang!" ajak Runaya, Lesya tersentak dari lamunannya, lalu mengangguk. Ia menggendong tasnya disatu bahunya. Berlalu bersama Runaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Tanpa Judul
Teen FictionAlana Falansa, menemukan Buku Tanpa Judul. Ia memasuki dunia buku itu, menempati tokoh figuran yang sekali muncul karena terlibat konflik kecil. Lama dalam dunia ini, ia temukan berbagai masalah setiap pemeran. Bahkan masalah tentang dirinya sendiri...