🍀
Pagi ini, jam olahraga. Lesya duduk lesu di bawah pohon rindang yang berada di dekat lapangan. Ia sangat malas dengan pelajaran olahraga, kalau pelajaran fisika dan kimia ia akan menerima nya dengan lapang dada. Namun, jika pelajaran olahraga, penyakit malas Lesya akan kambuh.
Melihat teman sekelasnya yang berdiam diri di tengah lapangan dengan terik matahari yang panas, membuat rasa malas Lesya memuncak.
"Lesya, ayo! Pemanasan nya udah mau dimulai!" seru Runa memberi tahu Lesya. Ia berdecak kesal, tapi tetap beranjak dari duduknya. Melangkah bersama Runa menuju tengah lapangan.
Pak Eko, selaku guru olahraga memulai pelajaran dengan membaca doa terlebih dahulu. Lalu mulai pemanasan.
"Sekarang, kalian lari tiga kali keliling lapangan!" ucap pak Eko, membuat decakan kesal dan helaan nafas lesu terdengar dari para murid termasuk Lesya.
Lesya berlari mengelilingi lapangan, dengan keringat didahinya. Membiarkan Runa yang tertinggal jauh dari jangkauan.
"Lesya, tungguin gua!" seru Runa, tapi tak membuat lari Lesya memelan.
Runa menyamakan langkah larinya dengan Lesya. Nafasnya tak beraturan karena berusaha mati-matian menyamakan langkah mereka. "Sya, bisa pelan-pelan gak sih?! Gua capek ngejar lo!" gerutu Runa kesal.
"DL." Balas Lesya singkat dan tak jelas.
"Hah? DL apaan?" tanya Runa bingung.
"Derita Lo!" jawab Lesya membuat Runa mati-matian mencoba menahan diri untuk tidak mencakar wajah Lesya yang sayang nya cantik itu. Ia kembali menyamakan langkahnya dengan Lesya.
"Eh eh, liat deh mereka sosweet banget gak sih??" ujar Runa menunjuk dua orang yang sedang kasmaran.
Lesya menatap mereka malas, bisa-bisanya semua lagi lari mereka malah mesra-mesraan!! Pikir Lesya kesal.
Penampakan yang mereka lihat itu adalah adegan pemeran utama. Terlihat Gion yang menyamakan langkahnya dengan Metasa, sesekali ia menatap Metasa yang berlari sekuat tenaga dengan keringat bercucuran dipelipisnya.
"Stop!" Gion menghentikan lari Metasa, membuat sang empu bingung.
"Kenapa?" tanya Metasa, tanpa menjawab Gion menatap intens Metasa. Perlahan tangannya terulur, mengusap keringat dipelipis Metasa. Membuat para penonton menggigit jari merasa baper.
"Dasar bucin!" komen Lesya, ia melanjutkan larinya yang terhenti karena pekikan lebay orang-orang yang melihat adegan tersebut.
Setelah menyelesaikan lari, pak Eko menyuruh semua berbaris seperti awal.
"Oke, kali ini kita masih dimateri Minggu lalu tentang basket ya?!"
"Iyaaa pakk!" jawab mereka serentak.
Tidak dunia nyata, tidak dunia novel, basket terus. Lesya agak muak dengan materi basket, padahal masih ada materi bola atau materi renang. Tapi, kenapa hanya basket? Dunia novel setiap olahraga selalu menyoroti olahraga basket daripada olahraga bola yang lainnya. Lesya agak kesal, padahal ia ingin sekali mempelajari voly.
Lesya kembali fokus mendengarkan penjelasan pak Eko dalam teknik permainan bola basket.
"Rafael, kamu sebagai ketua basket tolong bantu bapak melatih teman sekelas mu ini ya!" perintah pak Eko pada Rafael yang hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Untuk Gion tolong bantu juga ya!" lanjut pak Eko, Gion tak menjawab karena ia sibuk memandangi wajah Metasa di sampingnya. Bucinnya udah melewati angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Tanpa Judul
Fiksi RemajaAlana Falansa, menemukan Buku Tanpa Judul. Ia memasuki dunia buku itu, menempati tokoh figuran yang sekali muncul karena terlibat konflik kecil. Lama dalam dunia ini, ia temukan berbagai masalah setiap pemeran. Bahkan masalah tentang dirinya sendiri...