Twenty one: Backstage

3.9K 290 8
                                    

Happy Reading.
🍀

"Kaki lo beneran udah gapapa?" tanya Runaya khawatir, pasalnya Lesya memaksa untuk datang kesekolah, menikmati stan yang ada karena ia merasa bosan dirumah. Padahal, ia selalu malas jika Runa mengajak keluar.

"Udah mendingan kok! Lihat, gua udah bisa jalan!" jawab Lesya, ia memang sudah bisa berjalan, tetapi masih ada rasa nyeri yang selalu menghampiri. Pergelangan kakinya pun di perban, Ayah Lesya yang meminta, karena ia terlalu khawatir.

"Kalau sakit, bilang sama gua, jangan maksain diri!" ujar Runaya.

"Iyaaa," balas Lesya.

Setelah perlombaan olahraga dua hari, agenda sabtu ini dilaksanakan fashion show sore hari dan pensi jam 7 malam nanti sekaligus puncak acara.

"Mau kemana lagi? keliling liat stan lagi atau fashion show?" tanya Runa.

"Emangnya fashion show nya udah mulai?" balas Lesya bertanya.

Runaya menatap jam dipergelangan tangannya, jam 4.00, "sepuluh menit lagi!"

Lesya berpikir untuk memutuskan, "kelas kita undi berapa?"

"Seinget gua, delapan belas," jawab Runa.

Lesya mengangguk, "fashion show aja deh, sekalian gua mau lihat-lihat backstage nya."

"Ngapain lihat backstage?" tanya Runa bingung.

"Nanti gua tampil,"

Runa menepuk jidatnya, "oh iya, lo kan ikut pensi!"

"Lo yang ngajuin gua, malah lo yang lupa!" seru Lesya membuat Runa tersenyum cengengesan.

"tapi, kaki lo kan masih sakit, nanti gimana?" tanya Runa khawatir.

"Kata Ruto, gua nyanyi sambil duduk, Razean juga, tapi dia sesekali bisa berdiri." Jawab Lesya, membuat Runa mengangguk mengerti.

Lesya dan Runa memasuki aula, tempat ini sudah mulai ramai. Lesya memasuki pintu samping panggung aula untuk menuju backstage, Runaya mengikuti dibelakang. Yang pertama kali terlihat saat pintu terbuka adalah lorong panjang dan beberapa belokan lorong.

"stage kelas kita ruang berapa?" tanya Runaya.

"sepuluh," jawab Lesya, ia membelokkan langkah ke kanan, trus melangkah dilorong yang cukup kecil hingga di ujung lorong, pintu dengan kertas bertulis angka sepuluh ada di sebelah kiri.

Ia membuka pintu, ruangan yang tidak terlalu besar itu sepi, Lesya masuk bersama Runaya.

"Kok yang fashion show belum pada siap-siap, ya? Padahal bentar lagi mulai," Runaya terheran-heran, sebentar lagi acara mulai, tapi di backstage tidak ada orang untuk mempersiapkan acara ini.

Lesya sibuk melihat-lihat ruangan ini, ia tak sengaja melihat pakaian kebaya dan kemeja putih yang dibiarkan disofa. Lesya menaruh haendphone diatas meja rias, dengan inisiatif ia membereskan kebaya dan kemeja putih itu, menggantungnya dengan hanger dirak gantungan baju.

Setelahnya, ia duduk dikursi meja rias yang tersedia, menatap pantulannya.

"Sya, balik aula, yuk!" ajak Runaya, ia merasa bosan di ruang sepi ini.

Lesya mengangguk, ia beranjak dari duduknya, melangkah keluar ruangan bersama Runaya.

Sampai di luar backstage, ia lihat aula sudah mulai ramai, Lesya mengikuti Runaya menuju kursi yang tersedia untuk penonton. Ia masih tertatih, karena beberapa kali nyeri dikakinya terasa.

Buku Tanpa JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang