*
*
Eunghh..
Shh..
Erangan tertahan yang timbul dari celah bibirnya , sakit di sekitaran perutnya masih terus terasa.
Arsya sadar dari pingsannya, setelah sekian lama berbaring dia atas tanah tanpa seorang pun yang mau menolongnya.
Melirik sekitarnya , ternyata Arsya masih berada di belakang sekolah, di tempat yang sama waktu dia dipukuli tanpa henti.
Disini sangat sepi ,tempat ini juga sangat jarang sekali dilewati, hari juga sebentar lagi akan berubah gelap.
Tunggu , gelap?!.
" Astaga Arsya telat pulang!!"
Mencoba bangkit dengan susah payah, berjalan keluar dari area sekolah , bahkan sekolah sudah sangat sepi hanya tinggal dirinya disini.Berjalan tertatih-tatih menuju halte.
Keadaan Arsya tak bisa di bilang baik-baik saja, bahkan bisa dikatakan Arsya tak pernah dalam keadaan baik.
Wajahnya begitu pucat pasi, dengan noda darah yang sudah mengering masih berbekas di bawah hidung dan juga tangannya, tubuh itu semakin lemah dengan rasa sakit di mana"....
...
Pukul dua puluh wib Arsya baru sampai dirumahnya. Dengan langkah ragu dan badan gemetar . Arsya melangkah memasuki pekarangan rumahnya. Sebelumnya dia sempatkan untuk menghapus noda darah yang sudah mengering di bagian bawah hidung dan juga tangannya.
Plak!!!..
Suara keras tamparan bergema di ruangan itu. Baru saja membuka pintu, Arsya sudah mendapat tamparan kuat dari ayahnya serta tatapan tajam yang mengerikan .
" A_ayah.."
" Berani pulang ?!"
Arsya hanya menunduk terdiam tak berani menatap ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Di Anggap { END }
FanfictionIni tentang seorang anak laki-laki yang hidup tapi berkali kali di matikan oleh keadaan. Seorang anak yang menangis di setiap malamnya,seorang anak yang gagal menjadi dirinya sendiri dan seorang anak yang gagal menemukan apa itu defenisi bahagia. di...