*
*
Enghh.. shh..
Arsya terbangun dari tidurnya, karna pusing yang mendera di bagian kepalanya.
" Shh.. kenapa sakit sekali sih "
menggeleng gelengkan kepalanya dia merasakan kepalanya seperti mau pecah, sakit sekali di tambah dengan penglihatan nya yang tiba tiba sedikit buram.
Ntah kenapa akhir akhir ini Arsya sangat sering merasakan sakit di area kepalanya.
Arsya berjalan ke arah meja berlajar membuka salah satu laci Disana kemudian mengambil obat sakit kepala yang biasa dia minum dan segera menelannya tanpa bantuan air,pahit memang tapi dia sudah terbiasa jadi tak masalah bagi Arsya.
Setelah merasa kepalanya tak pusing lagi, Arsya berjalan menuju kamar mandi yang ada di pojok samping kanan.
Dua puluh menit berlalu, Arsya keluar dari kamar mandi,bergegas mengambil pakaian sekolahnya,
Setelah selesai Arsya keluar kamar,
Untuk segera pergi dari rumah dengan cepat,karna tak ingin ketinggalan bus dan berakhir dia akan berjalan kaki jarak antara rumah dan sekolahnya sangat jauh dia tak mau telat.Namun langkahnya terhenti kala mendengar gelak tawa dari seseorang, Arsya mengendarkan pandangannya ke arah ruang makan, disana keluarganya makan dengan hikmat,
sungguh bahagia pikirnya." bahagia banget.. kapan ya Arsya bisa duduk makan bareng sama mereka "
Sejenak Arsya terdiam, kemudian kembali melanjutkan lagi kalimatnya.
" Dulu aku sering makan bersama mama seperti itu walau berdua tapi sangat bahagia rasanya , tapi Itu dulu sekarang sangat berbedaBahkan sampai sekarang aku gak tau mama ada dimana"
"Hah.."
Arsya menghela nafas pendek.
" Kapan mama jemput Arsya ma,
Arsya pengen sama mama,Arsya ingin ikut tinggal bareng mama lagi, di sini Arsya gak bahagia ma, Arsya memang ingin ketemu sama ayah, tapi bukan seperti ini bukan untuk tinggal disini,
kalau tau dulu bakalan seperti ini Arsya gak akan pernah nanya soal ayah,Arsya gak nyesel jumpa sama ayah, tapi Arsya lebih bahagia sama mama.."Arsya berucap dengan lirih.
" Hiks.. Arsya rindu mama"
...
"
"
"Ayah bunda Arsya pamit sekolah ya "
Hening, tak ada seorang pun yang menjawab bahkan hanya untuk sekedar membalikkan badan pun tak ada sama sekali,mereka seakan tak terganggu sedikit pun dengan suaranya mengabaikannya ,suara nya dianggap seperti angin lalu bagi mereka.
Sudah biasa sebenarnya Arsya pun sudah terbiasa diacuhkan seperti ini , tapi tetap saja Arsya masih merasakan sakit di hatinya, tak menyerah dia mencoba sekali lagi"
" Bang___"
" Lo bisa pergi aja gak sih dari sini gue muak dengar suara Lo itu, apalagi melihat muka Lo yang sialan itu !!"
" Ma..maaf bang Vian,Arsya hany__"
" Hanya apa ha!! "
" Lo ngapain sih masih disini,bikin nafsu makan gue hilang aja " Sakha
" Pergi sana, ganggu suasana aja Lo.."
Ares.Arsya menundukkan kepalanya,
melihat ke arah lantai, dia tak berani menatap orang di depannya ini,semua orang menatapnya dengan tajam,apa salah nya, dia kan hanya pamit, tapi kenapa mereka semarah itu padanya."Lio, Sakha udah selesai kan makannya, yuk berangkat ntar telat kesekolah nya "
Lio dan Sakha melihat ke arah Dika ayahnya itu sudah berdiri dan bersiap siap untuk pergi.
"Iya yah" mereka menjawab bersama
" Sayang aku berangkat ya.."
" Iya mas,kalian hati hati "
Setelah Dika, Lio, dan sakha, menghilang di balik pintu,Vian ,agav, Ares dan Arkan pun ikut berpamitan.
" Kita berangkat juga ya bunda "
" Kalian juga hati hati ,ingat bawa mobilnya pelan pelan.."
" Siap bunda.."
Meraka menciumi tangan moza satu persatu setelah itu mereka berlalu, dan ikut menghilang dibalik pintu.
Setelah semua anak dan suaminya pergi,Moza hendak berlalu juga menuju kamarnya, tapi urung kala mendengar satu suara dari sampingnya,
dia melupakan Arsya,anak itu sedari tadi hanya diam saat melihat ayah dan saudaranya pergi tanpa melirik dia sedikit pun.
" Bund__"
"Apa !"
" Bo..boleh Arsya mencium tangan bunda juga.."
Moza menepis tangan Arsya dengan kasar disaat tangan anak itu hendak menyentuh tangan nya.
" Cih, gak Sudi saya, sana pergi kalau bisa pergi yang jauh gak usah kembali kesini lagi "
Hancur, Arsya merasa dunianya semakin hancur disaat mendengar penolakan yang kasar dari Moza,dunia memang kejam untuk nya bahkan hanya untuk sedikit pun dunia seperti tak mengijinkan nya merasakan bahagia.
Melihat Moza pergi Arsya juga berjalan keluar rumah dengan hati yang perih, dia juga ingin diperlakukan dengan baik tak perlu banyak sedikit saja, tapi apa? Itu hanyalah sebuah angan angan yang tak pernah tercapai , sungguh miriss.
...
TBC.
Vote and comment
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Di Anggap { END }
FanfictionIni tentang seorang anak laki-laki yang hidup tapi berkali kali di matikan oleh keadaan. Seorang anak yang menangis di setiap malamnya,seorang anak yang gagal menjadi dirinya sendiri dan seorang anak yang gagal menemukan apa itu defenisi bahagia. di...