•MARMUT 51: KEMBALI BERLAYAR

60 16 0
                                    

Koala 51: Berusaha baik.
•••

"Kamu mau pindah?" tanya Milly dengan suara yang lemas.

"Iya." Nuca mengangguk, membenarkan apa yang Milly pertanyakan. Hal tersebut juga menjadi tujuan Nuca datang ke rumah Milly sendiri. Yakni, untuk berpamitan pada Liam, teman ayahnya, dan pada kekasihnya itu.

Nuca pun sebenarnya enggan untuk pindah dari kota tempat ia lahir ini. Tapi, biaya tanggungan yang akan ia dapat jika hidup sendirian tentunya akan lebih banyak.

Bude dan Pakde pun belum mengizinkan Nuca untuk tinggal sendiri. Mereka mengajak Nuca untuk merintis usaha nya di kota kelahiran ayahnya saja, melanjutkan bisnis lama yang sempat tertinggal.

Bude ingin Nuca membangkitkan kembali usaha restoran milik Nata yang beberapa tahun terakhir menjadi redup sebab di tutup.

Mau tidak mau, Nuca harus menurut pada permintaan bude nya, sebab wanita itu telah menjaganya selama ini. Dan jika usaha itu berhasil di kelola dengan baik, nanti nya akan berdampak bagus untuk Nuca sendiri kan.

"Kok mendadak?" Milly masih belum percaya jika Nuca akan segera pergi meninggalkan kota tersebut sekarang juga.

Setelah mendengar perkataan Tari di sekolah tadi, Milly pikir Nuca akan pindah setelah hari kelulusan yang tinggal sebentar lagi.

"Kamu tau sendiri, di Jakarta ini aku tinggal sendiri, dengan ayah yang kemarin masih koma, dan .." Nuca menarik nafas dalam-dalam, berusaha menghilangkan rasa sedih dalam hati.

"Bude dan Pakde itu datang ke kota ini, cuma buat jagain aku. Memang mereka ada rumah disini, tapi mereka juga udah punya usaha sendiri di kampung halaman yang harus dikelola, jadi aku harus ikut mereka," jelas Nuca dengan tatapan sendu.

"Pekerjaan di kota ini udah gak layak untuk bude sama pakde yang udah usia renta, Mil," lanjut Nuca, kasihan dengan keluarganya yang harus bekerja keras demi membiayainya.

Kini pria itu harus bertanggung jawab untuk mengurusi pakde dan bude nya juga, dengan cara mengelola bisinis tadi sebagai ladang pemasukan untuk hidup mereka ke depannya.

"Bukan gitu, Nuca. Cuma, kamu tau kan kalau ujian sekolah tinggal sebentar lagi. Apa gak nunggu sebentar lagi aja? sayang tau."

Nuca menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan apa yang dikatakan Milly pada nya. "Aku bisa ikut ujian di sekolah lain di tempat baru aku."

"Emangnya gak susah untuk pindah di akhir semester kayak begini?"

"Aku udah keterima kok. Nilai-nilai raport aku cukup memadai untuk ikut serta ujian di sekolah yang baru." Nuca tersenyum tipis, walaupun berat rasanya untuk berpisah dengan semua orang yang ia sayangi di kota ini.

Apalagi, di tempat baru nanti Nuca juga diharuskan bersosialisasi dan mengenal orang-orang yang sebelumnya tidak ia kenal. Susah lah pokoknya kalau untuk orang Introvert seperti dirinya.

Berat juga rasanya untuk melepaskan Nuca pergi. Terlebuh, hubungan mereka baru saja dekat kembali setelah beberapa hari saling berjauhan karena kesibukan masing-masing.

"Balik ke Palembang kan ya?" tanya Milly, memastikan sekali lagi.

"Iya, itu daerah asal ayah kamu juga kan?" Nuca berusaha mencairkan suasana yang kini terasa tidak enak.

Milly membalasnya hanya dengan menganggukan-anggukan kepala nya pelan. Duh, belum siap jika harus long distance relationship aka LDR bersama Nuca yang nanti akan berbeda pulau.

Nuca melihat adanya perbedaan yang signifikan dari sorot mata Milly. Gadis itu terlihat lebih lesuh sebab harus kehilangan satu orang terdekatnya lagi.

"Hey."

Nuca meletakkan kedua tangan nya di samping kepala Milly, supaya mereka berdua dapat saling bertatapan.

"Cuma beda pulau kok, bukan beda alam," kata nya, berusaha melucu tapi tidak berhasil membuat Milly tertawa.

Memang susah sih jika orang kaku seperti nya untuk membuat jokes. Walaupun jokes nya lucu sekalipun, jika pembawaannya tidak fun ya, tetap aja terkesan cringe.

"Haha, lucu," balas Milly, dengan raut wajah yang datar.

Ia mengambil kedua tangan Nuca yang memegang samping kepalanya. Milly menggenggam tangan Nuca erat, sembari menghembuskan nafas pelan.

"Berat tau kalau harus kehilangan seseorang yang udah deket gitu," kata Milly dengan ekspresi wajah masih memelas seperti anak pinggiran yang belum makan.

"Apalagi kalau orang nya mas Jaja." Nuca tersenyum mendengar penuturan dari Milly si kekasih.

"Nanti kan pas hari kelulusan bakalan ada prom night. Aku janji bakalan datang kesini buat temuin kamu dan yang lain." Nuca memberikan sebuah janji lagi pada Milly.

Cuma, gadis itu terlihat ragu sekarang. Bukan kenapa, janji kecil yang kemarin saja Nuca tidak sampai menepatinya. Apalagi janji yang seperti ini? eum, ragu rasanya.

"Beneran? itu jarak nya jauh banget loh Nuca," kata Milly mengingatkan pria itu akan jarak yang nanti ia tempuh jika harus bolak-balik kesana kemari hanya untuk menemui mereka di Jakarta.

"Beneran. Kapan lagi bisa kumpul sama kalian kalau bukan pas prom night nanti." Nuca menggerakan tangan kanan yang sudah tersiap jari kelingking itu untuk mendekat ke Milly.

Milly tersenyum, melakukan hal serupa dan menautkan jemari kelingking mereka untuk menanamkan sebuah janji.

Setelah melakukan hal tersebut, ia pun mulai melirik ke arah jam di dinding untuk melihat sudah berapa lama ia berada disana.

"Duh, mil. Maaf banget, aku udah harus pamit buat bantu bude sama pakde beres-beresin barang," terang Nuca karena memang mereka harus bersiap.

Besok, Nuca dan keluarganya akan berangkat pulang ke Palembang dengan jalur darat, menaiki bus yang tiketnya telah mereka pesan tadi pagi.

Untung, mereka masih bisa mendapatkan kursi penumpang yang memang kosong. Jadi, hal tersebut tidaklah memperhambat perjalanan mereka untuk berlabuh ke tujuan.

"Yaudah, aku cuma bisa antar sampe depan ya. Besok, kalau mau pergi, jangan lupa kabarin!" todong Milly dengan air muka mengancam.

Nuca tertawa pelan, kemudian mulai menepuk-nepuk puncak kepala Milly, gemas.

Ia berjalan keluar dari dalam sana, dengan Milly juga ikut tampak berjalan di belakangnya. "Hati-hati!"

Nuca menganggukan kepalanya. Ia memasang pelindung kepala itu pada kepalanya sendiri, kemudian mulai bergegas naik ke atas motor vespa nya.

Nuca memasati wajah Milly yang sampai sekarang masih terlihat murung. Ia menghembuskan nafas panjang, mengerti jika gadis itu belum siap untuk hubungan jarak jauh.

"Udah Mil, aku juga bakalan tetap hubungin kamu kok. Pokoknya, kalau lagi ada sesuatu, aku atau kamu bisa saling bertukar cerita."

Milly tersenyum tipis. "Iya, aku pasti bakalan selalu hubungin kamu kok."

Sekali lagi, Nuca mengacak-acak puncak kepala Milly. Sorot matanya terlihat tidak ingin pergi, cuma, ia harus melakukan semuanya.

Nuca harus kembali berlayar dan meninggalkan Jakarta sebagai tempat awal pelabuhannya. Ia menaiki motor itu, kemudian mulai melambaikan tangannya pelan.

"See you, mbak koala."

•••
To Be Continued..
Ig: myogaaprm_

NUCA VS KOALA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang