•MARMUT 28: MENJAUH

500 56 115
                                    

Koala 28: musuh
•••

"Jihan.." lirih Milly, melihat Jihan yang berbicara dengan nada menyentak ke arahnya.

Jihan menatap Milly dengan sorot mata yang tajam, dengan ekspresi yang masih terlihat datar.

"Kenapa? Ada yang salah sama gue?" tanya Jihan jutek, tanpa ada sedikit senyuman tercetak di wajahnya itu.

"Jihan, lo kenapa?"

"Gak apa-apa. Lagian, bukan urusan lo juga kalau gue ada masalah. Jangan sok asik deh!" cetusnya.

Jihan melengos, mengalihkan pandangannya yang tadinya tertuju pada wajah 'sahabatnya' itu.

Milly masih memberikan air muka bingung, dengan dahinya terlihat berkerut.

Milly mencoba mengingat-ingat kembali, apakah ia ada berbuat salah pada gadis itu? Tapi, sejauh ingatan Milly menelusuri, ia tidak merasa jika dirinya ada berbuat salah pada Jihan.

Toh, kemarin saja hubungan mereka masih baik. Karena itulah, Milly mulai bingung dengan perubahan sikap Jihan yang benar-benar berbeda sekarang.

"Kenapa?" tanya Nuca tanpa suara dan hanya dengan bibir yang bergerak, dibantu tangan terangkat yang memberikan isyarat.

Kekasihnya itu menggelengkan kepalanya, menjawab tidak tau.

Milly kembali menyenggol lengan Jihan, berusaha untuk bercakap-cakap kembali pada gadis dengan rambut panjang dikuncir kuda itu.

"Jihan, gue ada salah?" tanya Milly dengan suara pelan.

"Jihan, lo denger kan?"

Jihan menoleh, kemudian membanting bolpoin biru itu hingga menghantam meja dan menghasilkan bunyi yang tidak enak di dengar telinga.

"Kenapa lagi sih lo?!" Jihan memukul meja itu, hingga membuat telapak tangannya memerah. "Ada urusan apa lo sama gue?!"

Milly tersentak, begitupun beberapa siswa-siswi lainnya yang mulai terdiam senyap, dan menatap ke arah mereka berdua. "Kok?"

Bisik-bisik mulai terdengar keluar dari dalam mulut para warga penghuni kelas tersebut.

Nuca berdiri, kemudian menarik tangan Milly untuk ikut pergi dengannya, karena dirasa suasana mulai tidak enak. "Ayo Mil!"

"Bentar Nuca."

"Lo mau terus bertahan disini? Dia udah ngebentak lo Milly," kata Nuca dengan memasang wajah tidak suka pada Jihan.

"Enggak, bentar dulu!" Milly menepis tangan Nuca yang berusaha menariknya menjauh.

"Ck, pencitraan banget sih. Pengen banget jadi bahan perhatian semua orang." Gadis itu mengambil barang-barang yang ada di atas meja.

"Udahlah, pergi aja sana! Gue juga gak ada waktu buat ngurusin orang kayak lo," tandas Jihan dengan senyuman miring.

"Buang-buang waktu," sambung Jihan, yang kini berniat untuk keluar saja dari dalam sana.

"Jihan!" seru Milly memanggil. Milly mencengkeram tangan Jihan, dengan sorot mata meminta untuk jangan pergi.

"Lepas," suruh Jihan. Milly malah semakin mencengkram erat pergelangan tangan Jihan yang dihiasi gelang nama, yang merupakan gelang persahabatan milik mereka.

"Gue bilang lepas!" Jihan menarik tangannya kuat, hingga membuat Milly mundur beberapa langkah dan ditangkap oleh Nuca.

"Apaan sih lo?!" pungkas Nuca, melihat perlakuan kasar yang Jihan lakukan pada Milly.

NUCA VS KOALA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang